GOPOS.ID, GORONTALO – Aspal kembali bergetar oleh deru mesin dan tawa para rider. Sejak matahari belum tinggi, halaman Warkop Amal Kota Gorontalo sudah penuh dengan semangat. Satu per satu motor berjejer rapi bukan hanya Vespa, tapi juga NMAX, XMAX, Aerox hingga motor sport dan klasik.
Hari itu, mereka semua bersatu dalam satu tujuan: melaju menuju Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Touring kali ini dirangkai dengan acara besar komunitas Vespa. Tapi seperti biasa, Warkop Amal datang dengan gaya berbeda. Mereka tidak peduli jenis motor, warna helm, atau emblem di jaket. Yang mereka jaga adalah rasa rasa setia kawan yang tumbuh dari meja kopi dan ditempa di jalanan.
“Kami ini bukan sekadar komunitas, kami keluarga di atas roda dua,” ujar Ardi Wiranata Asryad, salah satu penggerak touring kali ini, dengan mata yang berbinar di antara gemuruh mesin.
Menurut Ardi, touring bukan hanya tentang sampai di tujuan, tapi tentang bagaimana perjalanan itu dijalani. Ada nilai, ada kisah, dan ada pelajaran di setiap kilometer.
“Kita jalan bukan untuk cari sensasi, tapi untuk cari arti. Di jalan kita belajar sabar, belajar setia, dan belajar menghargai teman di sebelah kita. Karena touring itu bukan soal siapa paling cepat, tapi siapa yang mau berhenti kalau ada yang tertinggal,” ungkapnya.
Rombongan warga Warkop Amal dikenal tak pernah sepi cerita. Setiap touring, selalu ada momen yang melekat dari tawa lepas di warung kecil pinggir jalan, hingga cerita motor mogok yang justru jadi bahan candaan semalaman.
Di antara perjalanan panjang, mereka menemukan sesuatu yang jarang ditemukan di tempat lain: rasa kebersamaan yang tulus tanpa pamrih.
“Kita bisa beda motor, beda gaya, tapi di jalan kita sama. Yang penting kita saling jaga. Karena touring bukan soal bensin, tapi soal niat dan hati,” lanjut Ardi.
Touring ke Kota Kotamobagu kali ini terasa istimewa. Selain untuk meramaikan acara Vespa, juga menjadi momen reuni dan pengikat kembali semangat warga Warkop Amal yang sempat vakum setelah touring Manado. Di setiap pemberhentian, obrolan santai dan tawa menjadi bagian wajib. Di situ letak daya tarik Warkop Amal tidak ada tekanan, tidak ada senioritas, yang ada hanya persaudaraan dan kebersamaan yang mengalir alami.
Bagi Ardi, daya tarik utama touring bersama Warkop Amal justru bukan rutenya, tapi atmosfernya.
“Kalau kamu ikut sekali, kamu bakal ngerti kenapa kami betah. Karena di sini, yang dingin cuma angin tapi hatimu akan hangat. Setiap touring selalu punya cerita baru, dan cerita itu terus nempel sampai pulang,” tuturnya.
Ia menegaskan, touring bersama Warkop Amal bukan sekadar jalan-jalan atau ikut tren motoran. Ini adalah cara mereka menjaga silaturahmi, membangun ikatan, dan menemukan kembali semangat hidup.
“Hidup itu butuh jeda. Dan bagi kami, touring adalah cara paling jujur untuk berhenti sejenak dari dunia yang sibuk, sambil mengingat bahwa di luar sana masih ada tawa dan teman yang siap berbagi,” kata Ardi.
Suasana keberangkatan pun penuh energi. Bendera Warkop Amal berkibar di depan barisan, deru knalpot berbaur dengan sorak semangat. Tak ada yang berangkat dengan ambisi, semua berangkat dengan niat yang sama menjalin rasa, bukan sekadar menambah jarak.
Touring ke Kotamobagu ini bukan sekadar perjalanan lintas kota. Ini adalah perjalanan lintas perasaan antara nostalgia, persahabatan, dan keinginan untuk terus menjaga tali yang sudah terjalin.
“Kalau ditanya kenapa kami touring lagi? Jawabannya sederhana,” tutup Ardi dengan nada mantap.
“Karena yang kami cari bukan tempat baru, tapi momen baru bersama orang yang sama. Di Warkop Amal, perjalanan selalu berakhir dengan satu kalimat: kapan kita gas lagi?”(*)








