GOPOS.ID, GORONTALO – Tradisi ketuk sahur (koko’o) di Kota Gorontalo berlangsung meriah diikuti oleh ribuan masyarakat Kota Gorontalo mulai dari anak-anak hingga dewasa.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Gorontalo, Fikram AZ Salilama menilai, meriahnya kegiatan ketuk sahur ini merupakan bentuk solidaritas masyarakat Kota Gorontalo dalam melestarikan tradisi yang selama ini secara turun temurun terpelihara tersebut.
Ketuk sahur merupakan tradisi masyarakat Kota Gorontalo yaitu membawa pentongan dari bambu berjalan dengan membunyikan bambu. Tujuannya membangun orang untuk sahur.
Dari tahun ke tahun, tradisi ini berkembang dalam bentuk pawai diiringi dengan lantunan lagu religi. Masyarakat Kota Gorontalo berjalan kaki hingga mengendarai kendaraan untuk ikut pada pawai tersebut.
“Ketuk sahur ini sebagai penanda awal ramadan kita akan sahur pertama,” ujar Fikram, Kamis dini hari (23/3/2023).
Fikram yang merupakan promotor dari pawai yang digelar oleh masyarakat Tenda, Kecamatan Hulonthalangi ini mengaku bersyukur. Hingga saat ini, tradisi ketuk sahur atau koko’o masih lestari.
“Saya mulai menggalakkan tradisi ini sejak saya di dewan kota tahun 1999. Pawai ini menandakan kita sudah masuk pada ramadan pertama,” ujarnya.
Melihat animo masyarakat yang besar dalam mengikuti ketuk sahur ini menjadi hal yang positif menurut Fikram. Pasalnya, masyarakat terutama anak muda bakal terdorong untuk melakukan hal yang positif.
“Makanya tadi saya imbau kegiatan ini kita arahkan untuk positif. Saya tidak mau masyarakat melakukan hal negatif seperti balap liar. Makanya kita himpun mereka untuk berbuat yang positif,” ujar politisi golkar ini.
Pawai ketuk sahur masyarakat Kelurahan Tenda dilepas langsung oleh Penjabat Gubernur Gorontalo, Hamka Hendra Noer di Depan Rumah Dinas Gubernur Gorontalo. (muhajir/gopos)