GOPOS.ID, GORONTALO – Sebuah teladan ditunjukkan Brigadir Kepala (Bripka) Suparno Hamza, Kanit Bina Masyarakat (Binmas), Polsek Bongomeme, Kabupaten Gorontalo. Bripka Suparno berhasil mengubah lokasi yang sebelumnya tempat maksiat menjadi tempat penuh berkah, yaitu masjid.
Bangunan masjid tersebut berlokasi di Desa Pangadaa, Kecamatan Dungaliyo, Kabupaten Gorontalo. Walaupun kondisinya sederhana, bangunan masjid yang dibangun Bripka Suparno memiliki konstruksi yang unik dan menarik. Seluruh dinding masjid di bagian luar menggunakan bambu.Sementara pada bagian dalamnya dilapisi tripleks yang dicat warna krem. Untuk atap masih menggunakan rumbia. Sedangkan lantainya telah ditegel.
Selain bangunan masjid untuk tempat ibadah dan taklim, tersedia pula taman bacaan. Sama halnya bangunan masjid, taman bacaan untuk tempat anak-anak belajar Alquran itu terbuat dari bambu. Menariknya biaya pembangunan masjid beserta taman mengaji itu diperoleh Bripka Suparno dengan menyisihkan sebagian gajinya.
Beberapa waktu sebelumnya, kawasan tempat berdiri masjid berjejer sejumlah tempat hiburan malam. Yaitu cafe, serta tempat karaoke. Hampir setiap malamnya tempat tersebut menjadi lokasi maksiat. Seperti pesta minuman keras (miras), bahkan prostitusi.
Baca juga: Keunikan Hagia Sophia, Awalnya Gereja, Masjid, Museum, Kembali Jadi Masjid Lagi
Kondisi itu mengundang keprihatinan Bprika Suparno. Tidak hanya berkaitan dengan masalah gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas). Aktivitas di kawasan hiburan malam itu juga berdampak terhadap kehidupan masyarakat. Mulai kalangan anak-anak, remaja dan pemuda, hingga orang dewasa.
“Saya berpikir agar bagaimana kawasan tersebut memberi manfaat bagi masyarakat. Maka saya pun berinisiatif membangun masjid,” kata Bripka Suparno, Ahad (12/7/2020)
Akan tetapi untuk mewujudkan tekad yang muncul 8 bulan lalu itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Langkah Bripka Suparno untuk mendirikan masjid diawali dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat.
“Secara perlahan dan persuasif saya menyampaikan kepada masyarkat,” kata Bripka Suparno.
Setelah mendapat persetujuan dan dukungan masyarakat, Bripka Suparno mengawali pembangunan dengan membangun pondasi. Sejalan hal itu ia mulai mengumpulkan bahan satu demi satu. Gaji yang diterimanya setiap bulan, sebagian disisihkan untuk membeli bahan bangunan. Saat sebagian bahan terkumpul, Bripka Suparno mengajak para generasi muda di desa setempat untuk bersama-sama membangun masjid.
Kini masjid yang diberi nama An-Nur itu telah berdiri gagah dengan ukuran 6×9 meter. Mesjid tersebut telah digunakan oleh warga untuk ibadah.
“Selain untuk salat mesjid An-Nur juga dimanfaatkan warga. Bahkan ada beberapa orang tua yang biasa mabuk sudah bisa mengaji dan bisa jadi imam dalam pelaksanan salat sehari-hari,” tuturnya.(muhajir/gopos)