GOPOS.ID, ASAHAN – Kekayaan alam yang melimpah ruah menjadikan Indonesia sebagai tempat dari hampir ribuan situs Cagar Budaya yang tersebar luas di seluruh pulau yang ada di bumi pertiwi. Terdapat berbagai bentuk Cagar Budaya yang tersimpan di Indonesia, mulai dari bentuk bangunan, benda-benda peninggalan, serta situs situs bersejarah. Cagar budaya sendiri, menurut UU No. 11 Tahun 2010, adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
Melalui cagar budaya, situs-situs, benda, serta peninggalan-peninggalan dengan usia lebih dari 50 tahun berhasil dilestarikan dan dilindungi hingga kini agar kelak dapat terus dikunjungi, maupun dijadikan tempat penelitian. Singkatnya, cagar budaya merupakan suatu situs atau benda bersejarah yang memiliki nilai ilmu pengetahuan penting, yang bersifat kebendaan dan keberadaannya harus dijaga serta dilestarikan. Dalam mempelajari cagar budaya banyak hal baru dari masa lalu yang dapat kita bawa juga berkaitan dengan masa sekarang.
Kabupaten Asahan sendiri memiliki beberapa cagar budaya, salah satunya adalah Rumah Syech Abdurrahman Silau Laut. Berlokasi di Desa Silo Lama Kecamatan Silo Laut, Cagar Budaya berbentuk Rumah Panggung dengan corak khas Melayu tersebut diketahui merupakan kediaman dari Syech Haji Abdurrahman Urrahim Bin Nahkoda Alang Batubara atau lebih dikenal sebagai Syech Abdurrahman Silau Laut.
Saat ini Rumah Syech Abdurrahman Silau Laut masih ditempati oleh keturunannya. Didepan rumah tersebut terdapat rumah Tuan Syech Ibrahim Ali yang merupakan keturunan dari Tuan Syech Abdurrahman Silau Laut. Dalam keterangannya, Haji Ibrahim Ali, menceritakan bahwa Syech Silau Laut pernah menjadi panglima perang di Kedah (Malaysia). Dirinya juga menambahkan bahwa Tuan Syech Abdur Rahman (Tuan Syech Silau Laut I), seusai menimba ilmu di Mekkah, kembali ke Sumatera Utara dan mengembangkan Tareqat Syattariah di Silau Laut hingga wafat pada 2 Jumadil Awal 1360 H atau 28 Februari 1941, dalam usia 125 tahun. “Semasa Tuan Syech Silau Laut hidup, murid beliau banyak di sini. Satu hal yang harus saya sampaikan, semasa hidupnya Tuan Syech Silau Laut adalah ulama yang dihormati. Tak heran banyak yang ziarah ke makamnya untuk mengambil iktibar. Zuriat Tuan Syech Silau Laut juga terbuka untuk siapapun,” katanya.
Sebagai bagian dari Cagar Budaya di Kabupaten Asahan, Pemerintah Kabupaten Asahan terus berikan perhatian terhadap keberadaan Rumah Syech Abdurrahman Silau Laut. Dikatakan Bupati Asahan, Surya, semasa hidupnya Tuan Syech Silau Laut adalah tokoh yang dihormati jamaah dan juga para bangsawan baik di Asahan maupun daerah lain di sekitarnya. “Generasi muda Islam sekarang harus tahu, kisah sejarah dan perjuangan beliau dalam berdakwah sangat banyak. Syech Silau sangat berjasa dalam menyebarkan Islam di Indonesia dan beberapa negara di Asia. Bisa dilihat, dari berbagai negara tetangga datang berziarah ke makam Syech Silau Laut. Ulama besar asal Sumatera Utara yang mendunia,” kata Surya.
Di sisi lain, Perkampungan Syech Silau Laut juga merupakan daerah yang dianggap bertuah dan bersejarah oleh masyarakat. Karenanya, rumah utama Tuan Syech Silau Laut yang berada di perkampungan tersebut ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Kabupaten Asahan karena telah berusia sekitar 1 abad. “dengan melindungi serta melestarikan satu cagar budaya, kita dapat lebih mendalami nilai-nilai di dalam cagar budaya sebagai alternatif ilmu”, ujar Bupati dalam kunjungannya melihat progres pembangunan replika rumah Tuan Syech Silau, Senin (25/11/2024).
Dalam kunjungan yang dilanjutkan dengan berziarah ke makam Tuan Syech Silau tersebut, Bupati beserta rombongan juga berkesempatan melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah di Masjid Raya Ar – Rahman Tuan Syech Silau Laut. “Sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Asahan, saya berharap pembangunan replika rumah Tuan Syech Silau, dapat menginspirasi kita untuk menjadikan cagar budaya sebagai media yang dapat kita gunakan untuk menimba ilmu, mengenang sejarah dan menjadi tauladan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan,” pungkasnya.