GOPOS.ID, GORONTALO – Orang tua korban dugaan penganiayaan oleh terdakwa Darwis Moridu alias Ka Daru, Satari Idrus dan Hamari Sako, mengaku tak lagi keberatan. Pengakuan itu disampaikan Satari dan Hamari saat bersaksi di Pengadilan Negeri (PN) Gorontalo, Selasa (29/9/2020).
Menurut Satari, dirinya tak lagi mempersoalkan perkara dugaan penganiayaan terdakwa Ka Daru terhadap anaknya, Awis Idrus. Alasannya, terdakwa hanya memegang kerah baju anaknya. Selain itu terdakwa sudah banyak membantu baik saat korban dirawat maupun setelah korban meninggal.
“Tidak lagi keberatan. Sudah diselesaikan secara kekeluargaan,” ujar Satari di hadapan majelis hakim yang diketuai Dwi Hatmodjo, S.H dengan anggota Pangeran Hotma Hio Putra Sianipar, S.H, dan Efendy Kadengkang, S.H.
Baca juga: Sidang Darwis Moridu: Kurang Memahami Bahasa Indonesia, Keterangan Saksi Berbelit
Satari yang didampingi penerjamah (alih bahasa) mengaku, sempat diundang oleh terdakwa melalui perantara untuk datang ke rumah terdakwa. Terdakwa lalu datang bersama istrinya, Hamari Sako. Setibanya di rumah terdakwa, Satari mengaku diberi makan.
Akan tetapi Satari tidak bisa merinci lebih jauh mengapa terdakwa mengundang dirinya. Satari yang sudah berusia lanjut itu mengaku tak ingat lagi. Termasuk kondisi anaknya, Awis Idrus, saat di rumah terdakwa saat itu. Satari mengaku tak mengtahui ada luka di bibir korban, atau lebam di bagian tubuh.
“Korban dirawat di Rumah Sakit Tani dan Nelayan (RSTN) Boalemo karena mengalami sakit perut dan ambeien. Setelah dirawat di rumah sakit, korban dibawa ke rumahnya Wati (anaknya yang ketiga),” tutur Satari.
Majelis Hakim sempat mencoba memastikan kembali apakah Satari mengetahui bila anaknya dianiaya. Akan tetapi Satari tetap kukuh mengaku tidak tahu dan sudah lupa.
Hal senada juga disampaikan ibu korban, Hamuri Sako. Hamuri mengaku sempat mendengar cerita bila anaknya, Awis Idrus, dipukul oleh terdakwa. Hamuri juga mengaku mendampingi suaminya, Satari Idrus, untuk datang ke rumah terdakwa.
“Saya tak ingat lagi,” ujar Hamuri saat ditanya oleh majelis hakim apakah dirinya melihat kondisi korban saat itu.
Hamuri sempat diingatkan oleh majelis hakim untuk menyampaikan apa adanya. Sebab keterangan yang disampaikan sering berubah dan tak sesuai Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Hamuri mengatakan, setelah dari rumah terdakwa, ia, suaminya, dan korban, pulang ke rumah di Towahu. Mereka bertiga jalan kaki.
“Jaraknya lumayan jauh,” aku Hamuri.
Menurut Hamuri, korban dibawa ke rumah sakit karena keluhan sakit perut dan berak darah. Selain itu korban juga menderita ambeien. Penyakit tersebut diderita korban sejak belum menikah.
“Setelah korban meninggal, terdakwa memberikan uang Rp1 juta serta beras. Bantuan itu diberikan karena masih ada hubungan keluarga (antar terdakwa dan korban,red),” kata Hamuri.
Lebih lanjut Hamuri menegaskan bila dirinya sudah tak lagi keberatan. Sebab perkara ini sudah lama.
Terdakwa Darwis Moridu yang dimintai tanggapan oleh Hakim terkait keterangan saksi, mengakui keterangan para saksi.(Ilham/gopos)