GOPOS.ID, POHUWATO – Ribuan petani padi sawah di kecamatan Buntulia dan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato, mengalami gagal panen tiga musim berturut-turut.
Diklaim ada sekitar 4.000-an petani dilaporkan merugi setelah hasil panen anjlok drastis, bahkan banyak di antaranya tak memperoleh hasil sama sekali.
Ketua kelompok tani Kecamatan Duhiadaa, Abdurahman Lukum mengungkapkan, dari lahan seluas 2 hektar miliknya, panen pertama berhasil menghasilkan 90 karung gabah. Namun seiring musim berjalan, hasil semakin menurun hanya 60 karung, panen ketiga 40 karung dan terakhir tinggal 23 karung.
“Bahkan gabah itu tidak layak konsumsi. Banyak yang rusak dan menghitam. Kami tidak bisa jual dan tidak bisa makan,” ungkap Abdurahman kepada Gopos.id, Minggu (21/7/2025).
Saat ini, para petani seharusnya memasuki musim penghamburan atau penyebaran bibit pada 23 Juli mendatang. Namun mayoritas memilih menunda karena berbagai faktor belum mendukung, terutama kondisi hasil panen ketidakpastian.
“Bibit dari dinas pertanian memang sudah tersedia, tapi kami belum ambil. Banyak petani masih trauma. Kami tidak mau gagal lagi,” imbuh Abdurahman.
Senada juga disampaikan Mohamad Badu, salah satu petani dari kelompok tani Sinar Tani. Badu mengaku juga mengalami penurunan hasil yang sangat tajam. Dari luas lahan 2 hektar, yang biasanya bisa menghasilkan 100 karung gabah, kini hanya mampu memanen 20 karung.
“Panen pertama memang sempat lumayan, tapi panen terakhir benar-benar buruk mendapa 20 karung kualitasnya juga jelek,” katanya.
Kondisi lebih parah dialami, Sili Madjiji, mengelola lahan 3 hektar pada panen pertama ia masih dapat memanen 120 karung gabah, panen kedua 70 karung. Namun pada panen ketiga tidak mendapatkan hasil sama sekali.
“Memang sudah resiko petani, biaya belasan juta keluar tetapi hasil tidak memuaskan,” keluh Sili.
Situasi ini semakin memprihatinkan dengan hasil panen, Marwan Olii, menyebutkan dari total lahan seluas 50 hektar yang dikelola, seluruhnya telah mengalami tiga kali gagal panen berturut-turut.
“Musim panen ketiga ini yang paling parah, tidak ada satu pun hasil yang bisa saya ambil. Padi tidak tumbuh sempurna,” tutur Marwan.
Terpisah, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Duhiadaa yang juga seorang petani aktif, Midun Rahim, ikut merasakan dampak kerugian. Dari lahan seluas 1,5 hektar miliknya, biasanya ia bisa memanen lebih dari 100 karung gabah. Tapi kali ini, hasilnya hanya 24 karung.
“Ini musim terburuk yang saya alami dalam beberapa tahun terakhir. Padahal upaya sudah maksimal, semprot hama, pupuk lengkap, tetatp gagal panen,” ujar Midun.
Para petani kini memilih bersabar dan menunggu kondisi membaik sebelum melanjutkan musim tanam berikutnya. Mereka berharap ada perhatian serius dari pemerintah, tidak hanya berupa distribusi bibit, tetapi juga solusi jangka panjang.
“Kalau seperti ini terus, bukan cuma gagal panen yang kami alami. Tapi kami bisa benar-benar bangkrut,” tutup Abdurahman.(Yusuf/Gopos)