GOPOS.ID, GORONTALO – Fenomena suhu lebih dingin pada malam hari di musim kemarau kembali terjadi di beberapa daerah di Indonesia, termasuk diantaranya di Wilayah Provinsi Gorontalo.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Djalaluddin Gorontalo, fenomena suhu dingin sebetulnya merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau. Yaitu pada periode Juli sampai September.
“Saat ini wilayah Gorontalo menuju periode puncak musim kemarau. Periode ini ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia,” kata Koordinator Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Djalaluddin Gorontalo, Sayid Mahadir, Jumat (29/9/2023).
Menurut Sayid, adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Australia.
Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terasa juga lebih dingin.
Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Provinsi Gorontalo juga turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.
“Sebab, tidak adanya uap air dan air yang menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” ujar Sayid.
Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.
“Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari,” ujarnya. (muhajir/gopos)