GOPOS.ID, GORONTALO – Cakupan imunisasi terus mengalami penurunan, Dua tahun terakhri ini, cakupan imunisasi dasar anak tidak lagi menyentuh angka 90 persen seperti yang terjadi pada 2019. Pandemi Coronavirus 2019 (Covid- 19) memberi dampak terhadap cakupan Imunisasi hampir di seluruh wilayah di Indonesia.
Sejak awal tahun 2020 memberikan dampak penurunan cakupan imunisasi yang cukup signifikan. Di tingkat global cakupan imunisasi menurun dari 86 persen di tahun 2019 menjadi 83 persen di tahun 2020. Jumlah anak yang tidak mendapat imunisasi dasar sebesar 23 juta anak.
Indonesia juga mengalami penurunan cakupan imunisasi dasar dari 93,7 persen di tahun 2019 menjadi 77,3 persen di tahun 2021. Jumlah anak yang tidak mendapat imunisasi sejak tahun 2017-2021 sebesar 1.862.342 anak.
Penurunan cakupan imunisasi ini akan mengakibatkan timbulnya daerah-daerah kantong yang berpotensi menjadi sumber kasus-kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), bahkan dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Menurut dokter spesialis anak, dr. Fadel Bilandato, Sp.A bahwa imunisasi penting untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit. Sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Imunisasi juga dapat meningkatkan kekebalan individu atau kelompok.
“Anak-anak harus di imunisasi. Tidak ada ruginya. Malah bisa mencegah mereka terinfeksi virus dari penyakit yang menular,” ucap dr. Fadel saat diwawancarai, Senin (12/4/2022) di tempat prakteknya di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie Provinsi Gorontalo.
Dirinya menepis jika dahulu orang tua tidak mengalami sakit ketika tidak mendapatkan imunisasi.
“Memang ada anggapan orang tua bahwa dahulu saja mereka tidak di imunisasi, tidak sakit. Padahal jika melihat ke belakang, orang-orang tua dulu sering mengalami penyakit seperti Hepatitis, TBC, Difteri, Tetanus, Campak dan radang paru-paru, kemudian mereka menularkan lagi ke anak-anak mereka. Sebenarnya dengan di imunisasi penyakit-penyakit itu bisa dicegah, dan jika ada anak atau bayi terjangkit penyakit itu, minimal sakitnya tidak berat,” sambungnya.
Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar itu memaparkan bahwa pemberian imunisasi dasar disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B (HB-0).
Usia 1 bulan diberikan (BCG dan Polio 1), usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia 3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik), dan usia 9 bulan diberikan (Campak atau MR).
“Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2 dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (Td),” beber dr. Fadel.
Ditegaskan dr. Fadel bahwa vaksin Hepatitis B (HB) diberikan untuk mencegah penyakit Hepatitis B yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati. Imunisasi BCG diberikan guna mencegah penyakit tuberkulosis.
“Imunisasi Polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk semakin sempurna,” jelasnya.
Sementara untuk imunisasi Campak diberikan untuk mencegah penyakit campak yang dapat mengakibatkan radang paru berat (pneumonia), diare atau menyerang otak.
Imunisasi MR diberikan untuk mencegah penyakit campak sekaligus rubella. Rubella pada anak merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu hamil. Terutama pada periode awal kehamilannya, dapat berakibat pada keguguran atau bayi yang dilahirkan menderita cacat bawaan, seperti tuli, katarak, dan gangguan jantung bawaan.
Vaksin DPT-HB-HIB diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib.
“Itulah fungsi dan kegunaan dari vaksin-vaksin dari imunisasi itu sendiri. Jika ada anak atau bayi yang terlambat di imunisasi, maka bisa dilakukan kejar imunisasi. Dengan melakukan imunisasi yang sekuens, jadi ketika ada bayi yang tertinggal imunisasi bulan ke dua dan ketiga dan dia datang nanti bulan keempat. Maka kita lakukan secara simultan atau bersamaan. Sekarang itu yang lagi digalakkan itu vaksin kombinasi agar sesegera mungkin anak mendapatkan imunisasi dasar tersebut,” tandasnya. (andi/gopos)