PADA wanita, menstruasi secara alami terjadi setiap bulannya. Siklus menstruasi yang normal berkisar antara 21-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki siklus menstruasi 28 hari. Dengan lama menstruasi 3-5 hari, ada juga yang 7-8 hari.
Panjang siklus ini biasanya dipengaruhi oleh usia, berat badan, aktivitas fisik, tingkat stres, genetik dan gizi.
Siklus menstruasi dihitung dari sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode berikutnya. Siklus menstruasi yang tidak normal pada wanita merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya anemia.
Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak maka dapat menyebabkan masalah anemia pada wanita. Lama menstruasi yang berlangsung lebih dari 8 hari dan siklus mentruasi yang pendek. Yaitu kurang dari 28 hari memungkinkan untuk kehilangan zat besi dalam jumlah yang lebih banyak.
Lama proses menstruasi akan mempengaruhi jumlah sel darah merah, semakin lama proses menstruasi maka semakin banyak darah yang keluar.
Keluarnya darah dari pada saat menstruasi mengakibatkan hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah juga ikut terbuang, sehingga cadangan zat besi dalam tubuh juga akan berkurang dan menyebabkan terjadinya anemia.
Anemia adalah kondisi dimana tubuh kekurangan sel darah merah. Anemia didefinisikan suatu penyakit yang ditandai dengan penurunan hemoglobin (Hb) atau volume sel darah merah (RBC). Artinya kurangnya kadar hemoglobin yang terkandung dalam sel darah merah.
Hemoglobin memiliki peran penting yang bertugas mengikat oksigen dan menghantarnya keseluruh tubuh, jika hemoglobin yang tidak mencukupi kebutuhan tubuh, maka oksigen dalam darah juga akan berkurang, dan menyebabkan energi yang dibutuhkan tubuh akan ikut berkurang.Â
Sehingga tubuh akan merasa lemah, mudah lelah, sakit kepala, vertigo, dan wajah menjadi pucat.
Baca juga: Kisah Penjaja Makanan Ringan di Kawasan Pohon Cinta yang Mengais Rezeki di Tengah Pandemi
Di katakan anemia jika pemeriksaan laboratorium seseorang menunjukkan Hb kurang dari 13 g/dL (kurang dari 130 g/ L ; kurang dari 8,07 mmol/L) pada pria dan kurang dari 12 g/dL (kurang dari 120 g/L ; kurang dari 120 g/L ; kurang dari 7,45 mmol /L) pada wanita.
Gejala yang ditimbulkan biasanya pada penderita anemia yaitu mengalami kelelahan, merasa lemas, sakit kepala atau sering pusing, vertigo, pinsan, tubuh terasa dingin, pucat, nyeri dada, sesak nafas dan sering mengalami takikardi atau detak jantung menjadi cepat.
Anemia dapat terjadi akibat kekurangan zat besi. Banyaknya darah yang dikeluarkan oleh tubuh seperti menstruasi berpengaruh pada kejadian anemia terutama pada wanita.
Wanita tidak mempunyai simpanan zat besi yang terlalu banyak sehingga tidak dapat menggantikan zat besi yang hilang selama menstruasi.
 Kandungan zat besi yang normal dibutuhkan tubuh yaitu sekitar 3 sampai 4 g, dimana zat besi mengandung komponen hemoglobin (Hb), mioglobin, dan sitokrom. Sekitar 2 g zat besi dalam bentuk hemoglobin (Hb), dan sekitar 130 mg sebagai protein yang mengandung zat besi seperti mioglobin, dan sisa zat besi akan disimpan di jaringan lain seperti sitokrom.
Hal-hal yang dapat dilakukan agar siklus menstruasi teratur yakni menghindari stress yang berlebihan, banyak minum air putih, olahraga secara rutin, istirahat yang cukup, menjaga berat badan tetap sehat, mengkonsumsi vitamin, dan mengatur pola makan untuk pemenuhan pengganti zat besi.
Pengobatan anemia juga bergantung pada penyebabnya, yaitu anemia disebabkan oleh defisiensi besi, dimana anemia terjadi karena menurunnya jumlah sel darah merah akibat kekurangan asupan zat besi.
Untuk mencegah hal tersebut yaitu pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan tubuh terutama makanan pengganti zat besi yang hilang selama menstruasi. Beberapa makanan mengandung zat besi yang tinggi yakni kacang-kacangan (seperti kacang hijau, kacang merah), daging merah, makanan laut dan sayur-sayuran seperti bayam dan brokoli yang banyak mengandung zat besi.
Adapun penyebabnya anemia pernisiosa, dimana kondisi tubuh kekurangan asam folat atau vitamin B12. Asupan vitamin B12 ini dibutuhkan tubuh untuk mengahasilkan sel darah merah yang dapat berfungsi normal.
Anemia pernisiosa  dapat dicegah dengan mengkonsumsi dari beberapa makanan tinggi akan kandungan vitamin B12 yaitu konsumsi hati sapi dan daging sapi yang dimasak, tiram, makanan laut (seperti ikan salmon dan ikan tuna) , dan sarapan sereal.
Namun ada beberapa makanan yang perlu dihindarkan bagi penderita anemia yaitu yang mengandung tannin (seperti teh hijau dan teh hitam), yang mengandung kafein (seperti kopi). Dan hindari mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi  zat besi bersamaan dengan kalsium (seperti daging yang dikonsumsi dengan susu).Â
Disarankan melakukan konsultasi ke dokter jika mengalami gejala anemia seperti diatas pada saat menstruasi untuk mengetahui penyebab kondisi anemia tadi disebakan oleh kurangnya zat besi atau kurangnya vitamin B12 agar dokter memastikan diagnosis dan menentukan pengobatan yang tepat pada pasien.
Perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui jenis anemia yang diderita dan besar dosis yang dibutuhkan tiap individu. Namun dengan mengenali tubuh secara baik kita mampu melakukan pencegahan terhadap anemia yang bisa terjadi selama proses pre hingga post menstruasi.
Penulis: Nur Fadillah A. Habibie – Farmasi – Universitas Negeri Gorontalo
Referensi :
Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B,G., dan Posey, L.M. 2010. Pharmacotherapy A Phatophysio-logic Approach, Eleven Edition: Me Graw-Hill Companies Unit-ed State
Suhariyati. Rahmawati, Alfiah. Dkk. 2020. Hubungan Antara Pola Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Prodi Sarjana Kebidanan Unissula Semarang. Journal Akademika Baiturrahim Jambi, Vol 9, No 2. Hal 195-203.