GOPOS.ID, MARISA – Eksistensi Kabupaten Pohuwato sebagai produsen komoditi pertanian di Provinsi Gorontalo menghadapi tantangan serius. Saat ini kualitas air untuk pasokan lahan pertanian di Kecamatan Duhiadaa dan Buntulia diduga mengalami pencemaran. Para petani di dua kecamatan tersebut kini menghadapi permasalahan yang cukup pelik. Produktivitas lahan mereka menurun, dan penyakit gatal-gatal pun ikut menyerang.
Ketua kelompok tani Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Desa Duhiadaa, Abdul Manan Lukum, mengungkapkan para petani mengalami gangguan kulit setelah bersentuhan dengan air irigasi. Selain itu, ia menyebut adanya fenomena sedimentasi yang luar biasa pada saluran dan lahan, serta air yang diduga memiliki pH tidak stabil, diduga akibat pencemaran lingkungan sekitar.
“Kami ini sering sekali gatal-gatal setiap habis bekerja di sawah. Selain itu, endapan lumpur di saluran sangat tebal. Tanaman tidak bisa tumbuh normal, bahkan tanaman tidak memiliki hasil. Kami minta ada penelitian serius soal air, termasuk kadar pH tanah,” ujar Abdul Manan kepada Gopos.id, Senin (21/7/2025) kemarin.
Lebih lanjut, Abdul Manan, mengaku para petani saat ini memilih untuk bersabar dan menunda masa tanam berikutnya, karena kondisi lahan yang tidak mendukung. Mereka berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, tidak hanya sebatas bantuan bibit atau pupuk, melainkan solusi jangka panjang berupa pemulihan dan perlindungan lingkungan.
“Kalau seperti ini terus, bukan cuma gagal panen yang kami alami. Tapi kami bisa benar-benar bangkrut. Kami hidup dari pertanian, dan kalau ini hancur, maka selesai sudah,” tambahnya.
Sementara itu, sejumlah petani lainnya Sili Madjiji, menyebut keluhan tentang air dan kualitas lingkungan sebenarnya sudah sering mereka sampaikan dalam berbagai forum musyawarah desa, namun belum ada tindakan nyata dari pihak terkait.
“Kami bukan menuntut muluk-muluk. Cuma ingin ada penelitian, apakah air kami masih layak untuk pertanian atau tidak. Karena air yang di pakai pestisida tidak ada fungsinya untuk hama,” kata Sili
Dengan situasi ini, pemerintah daerah dan instansi teknis segera turun tangan, mereka menantikan adanya kolaborasi antara Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup, dan lembaga akademik untuk melakukan uji laboratorium terhadap air dan tanah, serta menyusun langkah-langkah pemulihan yang konkret.
“Petani tak ingin terus-terusan berada dalam ketidakpastian. Mereka ingin bertani tanpa rasa takut, tanpa rasa gatal, dan yang paling penting tanpa gagal panen,” ungkap Sili
Hingga berita ini diterbitkan, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pohuwato, Sumitro Monoarfa, belum memberikan keterangan resmi terkait permintaan tersebut. Saat dihubungi oleh Gopos.id, Selasa (22/07/2025) nomor yang bersangkutan tidak aktif dan pesan tidak dibalas. Bahkan, tim redaksi mendapati nomor kontak jurnalis telah diblokir oleh yang bersangkutan. (Yusuf/gopos)