GOPOS.ID, GORONTALO – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo mengimbau pemerintah daerah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi Gorontalo mewaspadai tren inflasi saat ramadan dan Idulfitri. Meski pada Januari 2025 mengalami deflasi dan Februari 2025 inflasi sebesar 0,1 persen, sejumlah komoditas mengalami inflasi.
Salah satu komoditas yang mengalami inflasi cukup signifikan adalah makanan dan minuman. Komoditas makanan dan minuman pada Februari 2025 (month to month) mengalami inflasi sebear 1,25 persen. Komoditas ini perlu mendapat perhatian serius pada saat ramadan dan Idulfitri tahun 1446 H.
“Kita ketahui bersama pada Ramadan dan Idulftri nanti permintaan kebutuhan bahan makanan, minuman, termasuk juga pakaian dan alas kaki akan meningkat. Tentunya permintaan tinggi harga juga cenderung akan ikut naik,” ungkap Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif usai menyampaikan rilis berita resmi statistik Provinsi Gorontalo, Senin (3/3/2025).
Data BPS Provinsi Gorontalo, komoditas penyumbang inflasi pada Februari 2025 (mtm) adalah: Tomat (0,37 persen), Kangkung (0,07 persen), Emas Perhiasan (0,07 persen), Ikan Cakalang/Ikan Sisik (0,04 persen), dan Ikan Layang/Ikan Benggol (0,04 persen).
Selanjutnya komoditas penyumbang inflasi pada tahun berjalan (Februari 2025 terhadap Desember 2024) yakni Cabai Rawit (0,26 persen), Tomat (0,24 persen), Kangkung (0,11 persen), Emas Perhiasan (0,10 persen) dan Kelapa (0,06 persen).
Di sisi lain, kebijakan subsidi tarif listrik untuk pelanggan prabayar sudah berakhir pada Februari 2025. Sedangkan untuk pelanggan pascabayar akan berakhir pada Maret 2025. Kebijakan subsidi listrik ini akan memberikan pengaruh signifikan terhadap angka inflasi. Dengan berakhirnya kebijakan subsidi listrik dipastikan akan meningkatkan nilai inflasi Gorontalo pada Maret 2025.
Mukhamad Mukhanif menjelaskan, penurunan tarif listrik mengimbangi angka inflasi secara keseluruhan. Di kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi, tetapi adanya penurunan tarif listrik membuat kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar mengalami deflasi.
“Pada Maret ini tarif untuk pelanggan prabayar sudah kembali normal. Pastinya situasi ini akan menjadi inflasi di bulan Maret meski kita belum tahu besaran andilnya terhadap inflasi berapa,” ungkap Mukhanif.
Menurut Mukhanif, tingginya permintaan makanan dan minuman saat ramadan dan lebaran Idulfitri serta berakhirnya penurunan tarif listrik harus bisa diwaspadai oleh Pemda dan TIPD Gorontalo.
“Situasi ini perlu dikendalikan agar tidak terjadi lonjakan inflasi yang sangat tinggi,” imbau Mukhanif.
Sementara itu Kepala Bidang Ekonomi dan Sumber Daya Alam Bapppeda Provinsi Gorontalo, Max Moerad, mengungkapkan salah satu kebijakan yang akan dilakukan Pemprov Gorontalo menghadapi meningkatkan kebutuhan pokok (makanan dan minuman) pada Ramadan dan Lebaran Idulfitri yakni pasar murah.
“Bapak Gubernur Gorontalo sudah menginstruksikan untuk mengintensifkan pasar murah untuk menjaga daya beli masyarakat sekaligus mengendalikan inflasi,” ujar Max Moerad.
Ia menambahkan, untuk ketersediaan bahan pokok di Provinsi Gorontalo saat Ramadan 1446 H dalam keadaan cukup dan memadai. Oleh karena itu Max mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir.
“Tidak perlu melakukan aksi borong (panic buying) karena stok untuk bahan pokok memadai,” imbaunya.(hasan/gopos)