GOPOS.ID, MARISA – Sinar matahari memenuhi seluruh ruang berukuran sekitar 4 x 6 meter itu. Menerabas masuk dari kaca tanpa penghalang. Tak banyak perabot di dalam ruang yang bercat krem tersebut. Sebuah meja kerja yang lebarnya sekitar 1,5 meter berpadu dengan sebuah kursi dengan sandaran. Di depan meja ada dua buah kursi berwarna biru. Tak jauh dari meja ada pula sofa berwarna biru tosca.
Tak ada lukisan ataupun hiasan yang menempel di dinding. Hanya ada sebuah pendingin ruangan yang warnanya tak lagi cerah. Suara baling-baling dari dalam pendingin ruangan sesekali terdengar cukup kencang. Menghembuskan udara sejuk untuk menghalau terik dari cahaya mentari yang memenuhi seluruh ruangan.
Seperti itulah kondisi ruangan yang ditempati Bupati Pohuwato, Saipul Mbuinga. Sejak Senin, 25 September 2023, Bupati Pohuwato, Saipul Mbuinga, bersama Wakil Bupati, Suharsi Igirisa, Sekretaris Daerah, hingga asisten dan staf ahli berpindah tempat. Menempati gedung kantor bersama yang digunakan Dinas Pariwisata Pohuwato, dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pohuwato.
Tak ketinggalan para staf yang sebelumnya bekerja di gedung Sekretariat Daerah (Setda) Pemkab Pohuwato. Lebih tepatnya di Kantor Bupati Pohuwato. Mereka juga ikut boyongan berpindah dan bekerja di gedung kantor bersama.
Bupati, Wakil Bupati hingga staf di Setda Pohuwato harus berpindah tempat bekerja lantaran kantor Bupati Pohuwato tak bisa digunakan lagi saat ini. Kantor yang dibangun dengan anggaran Rp12 miliar itu luluh lantak akibat dibakar oleh sejumlah demonstran pada aksi unjuk rasa, Kamis, 21 September 2023.
Situasi kantor bersama yang dimanfaatkan sebagai kantor bupati berbanding terbalik dengan situasi kantor bupati sebelumnya. Perangkat kerja terbatas. Bahkan sejumlah staf terpaksa duduk di kursi plastik. Satu meja digunakan berdua lantaran meja yang tersedia hanya sedikit.
Selain perangkat kerja, kenyamanan ruang kerja juga ala kadarnya. Memang di beberapa dinding ada pendingin udara yang menempel. Namun udara yang dihembuskan mendekati sejuk. Mungkin karena sudah lama terpakai atau berumur. Bisa jadi pula lama belum dibersihkan. Mirip seperti kipas angin. Hanya beda suaranya yang lebih senyap dibandingkan kipas angin.
Cat gedung yang berdiri sejak 2009 itu mulai pudar. Di beberapa titik tak lagi kentara warna krem. Lebih menonjol warna putih karena lama tak dilakukan pengecatan ulang. Beberapa bagian plafon sudah jebol. Menjadi penanda bila musim hujan maka air dari atap tembus ke bawah.
Bupati Pohuwato, Saipul Mbuinga, mengatakan para pegawai di lingkungan sekretariat daerah mulai bekerja sebagaimana mestinya, sambil menunggu dana APBN.
“Kita akan maksimal pelayan walaupun di tempat sederhana ini. Tidak kata selain memaksimalkan pelayanan terhadap masyarakat,” ujar Saipul.
Menurut dia, insiden tersebut bukanlah menjadi halangan pemerintah daerah dalam melayani masyarakat, sehingga mereka tetap optimis pelayanan tetap berjalan sebagaimana mestinya.
“Saya di kantor bersama wakil Bupati Pohuwato, sekretaris Daerah, para asisten, para staf ahli, itu berkantor di rumah dinas lama,” tutup Saipul.(Yusuf/Gopos)