GOPOS.ID, GORONTALO – Dengan nada suara agak terbata-bata. Dinda Toyino, mahasiswi Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Gorontalo, akhirnya buka suara. Warga Desa Tabongo Dua, Kecamatan Tabongo, Kabupaten Gorontalo itu mengakui membuat sandiwara diculik.
Keputusan Dinda Toyino membuat sandiwara diculik bukan tanpa alasan. Berawal dari perasaan dilema dan bimbang ketika memasuki waktu pembayaran SPP untuk semester ganjil 2019/2020. Perasaan itu dialami Dinda dikarenakan kondisi perekonomian orang tua yang terbatas.
Seiring makin dekatnya tenggat waktu pembayaran SPP, perasaan Dinda makin berkecamuk. Di satu sisi ia ingin menggapai cita-citanya meraih gelar di Poltekkes Gorontalo. Sebaliknya, gadis berusia 20 tahun itu tak kuasa menahan sedih ketika harus terus meminta uang kepada orang tuanya. Dengan ekonomi yang terbatas, setiap semester kedua orang tuanya harus menyiapkan uang Rp 1 juta lebih untuk pembayaran SPP.
“Setiap semester harus membayar SPP. Dan untuk membayar itu (SPP,red) mereka (kedua orang tua) harus meminjam. Jadi saya kasihan,” ungkap Dinda saat memberi keterangan didampingi Kabid Humas Polda Gorontalo AKBP Wahyu Tri Cahyono di Polda Gorontalo, Jumat (5/7/2019).
Baca juga: Heboh, Mahasiswi Poltekkes Gorontalo Diduga Diculik
Hari terus berganti. Dinda makin dibuat dilema. Apakah terus melanjutkan pendidikan dengan beban orang tua yang makin berat? Atau sebaliknya memilih mengubur impiannya melanjutkan pendidikan. Hingga Kamis (4/7/2019), Dinda membuat janji dengan beberapa temannya membayar SPP bersama-sama. Sekitar pukul 09.00 wita, Dinda mengontak temannya bila ia sudah bersiap menuju ke Kota Gorontalo.
Dari rumahnya di Desa Tabongo Dua, Dinda mengendarai sepeda motor menuju Kota Gorontalo. Perasaan kalut mewarnai perjalanan gadis berkulit sawo matang itu. Tujuan pergi ke kampus berubah. Dinda memutuskan menuju ke arah pantai. Mencoba menenangkan diri setelah mengambil keputusan tak lagi melanjutkan kuliah.
Sejalan hal tersebut, anak pertama dari tiga bersaudara itu memulai sandiwara diculik. Ia mengabarkan dihadang oleh orang tak dikenal saat di tengah perjalanan. Tepatnya di wilayah Kota Gorontalo. Selanjuntya ia dibawa menggunakan sebuah mobil. Pengakuan itu lantas diunggah rekannya melaui akun facebook Dhea Yunus ke laman Portal Gorontalo.
“Saya sudah tak mau lagi kuliah. Saya kasihan kepada orang tua saya. Kalau minjam-minjam terus, kan hutang makin banyak. Jadi saya ambil keputusan begini,” tutur Dinda Toyino.
Baca juga: Mahasiswi Poltekkes Gorontalo yang Hilang Akhirnya Ditemukan
Awalnya, Dinda tak menyadari bila kabar penculikan yang dibuatnya berbuntut. Ia pun sempat kaget setelah mengetahui bila kabar tersebut menjadi viral dan heboh. Niat awal yang hanya alasan tak melanjutkan kuliah, kini menjadi permasalahan umum. Sehingga Dinda memutuskan mematikan perangkat komunikasi dan kemudian menuju ke salah satu tempat kos di Desa Tuladenggi, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo.
Di sisi lain, pihak keluarga dibuat panik setelah mendapat kabar bila Dinda menjadi korban penculikan. Apalagi informasi di jejaring media sosial berseliwiran simpang siur. Selain melapor ke Polda Gorontalo, pihak keluarga turut melakukan pencarian.
Jumat (5/7/2019) sekitar pukul 10.00 wita, keberadaan Dinda diketahui berada di sebuah kos di Desa Tuladenggi. Hal itu diperkuat dengan keberadaan sepeda motor yang terpakir di depan kos. Sepeda motor itu dikenali merupakan motor yang dikendarai Dinda.
Kabid Humas Polda Gorontalo AKBP Wahyu Tri Cahyono menerangkan, setelah mendapat laporan keluarga, Polda Gorontalo menurunkan Res Mobile untuk menelusuri keberadaan Dinda. Dan pada Jumat (4/7/2019) diketahui Dinda berada di sebuah kos di Desa Tuladenggi, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo.
“Dari Polda sendiri terkait kasus ini kita sudah memberikan konseling kepada yang bersangkutan. Bahwa tidakan yang dilakukan tidak benar,” kata Wahyu Tri Cahyono.
Menurut Wahyu, alasan Dinda membuat rekayasa diculik karena dirinya sudah tak mau lagi melanjutkan kuliah. Dinda merasa kasihan kepada orang tuanya yang terus meminjam uang untuk membayar SPP.
“Yang bersangkutan masuk di kos-kosan pada hari itu juga. Uang yang diberikan oleh orang tuanya untuk dibayarkan SPP dimanfaatkan untuk membayar kos,” kata mantan Kapolres Bone Bolango itu.(muhajir/gopos)