GOPOS.ID, GORONTALO – Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Gorontalo bakal menerapkan kurikulum berbasis kebutuhan kerja. Kebijakan itu merupakan langkah Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga (Dikbudpora) Provinsi Gorontalo untuk meningkatkan minat siswa untuk bersekolah di SMK.
Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Gorontalo menyoroti animo lulusan SMP di Gorontalo untuk bersekolah di SMK. Sebab dari tahun ke tahun lulusan SMP yang melanjutkan ke jenjang SMK menurun. Dalam penerimaan siswa baru tahun ajaran 2020/2021 di SMK Negeri 3 Gorontalo, misalnya. Kuota siswa baru yang disediakan sebanyak lebih kurang 800 orang. Akan tetapi hingga pekan terakhir pendaftaran, jumlah pendaftar baru sebanyak 500-an orang.
Kepala Dikbudpora Provinsi Gorontalo, Yosef P Koton, mengakui bila animo lulusan SMP untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMK berkurang. Kecenderungan lebih banyak yang mendaftar ke SMA. Saat ini jumlah lulusan SMP di Kota Gorontalo yang mendaftar ke SMA sebanyak 4.700 orang. Sementara daya tampung SMA hanya sebanyak 2.880.
“Berarti ada 2.000an siswa didik yang tidak bisa melanjutkan ke SMA. Nah sementara SMK kuotanya belum terpenuhi. Seharusnya ini (SMK) diminati agar masalah kuota siswa didik lulusan SMP terpenuhi di jenjang SMA maupun SMK,” kata Yosef kepada awak media, Kamis (9/7/2020).
Menurut Yosef Koton, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi fenomena tersebut. Di antaranya tak seluruh kebutuhan biaya di SMK ditalangi oleh Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
“Ada biaya praktek yang harus ditanggung oleh orang tua,” kata Yosef.
Faktor lain adalah ketidaksesuaian kompetensi yang dimiliki siswa SMK dengan kebutuhan dunia kerja. Hal itu mengakibatkan sebagian lulusan SMK tidak tertampung oleh dunia kerja. Oleh karena itu, Yosef mengatakan, Dikbudpora Provinsi Gorontalo akan merancang kurikulum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
“Kita sudah jalin kerjasama dengan berbagai sektor usaha seperti Perhotelan, Telkom, dan beberapa perusahaan lainnya. Ada juga pembuatan badan usaha atau koperasi di sekolah,” beber mantan Kepala Perpustakaan Provinsi Gorontalo itu.
Menurut Yosep Koton, penerapan kurikulum berbasis kebutuhan kerja ini akan disosialisasikan kepada para orang tua dan siswa. Harapannya dengan ada sosialisasi, animo masyarakat masih cenderung menyekolahkan anaknya di SMA bisa menyekolahkan anaknya ke SMK.
“SMK bisa meningkatkan kompetensi dasar siswa,” ungkapnya. (muhajir/gopos)