Oleh: Hajrah Rizkiyani
#resesi2023 menjadi topik hangat di berbagai social media pada 1 bulan terakhir ini. Tahun 2023 yang disebut sebut akan menjadi tahun paling mengerikan dalam sejarah, memberikan opini yang berbeda-beda bagi para pembacanya. Sebelum lebih jauh kita telaah dulu yuk!
Resesi adalah kondisi dimana kondisi perekonomian negara memburuk karena adanya penurunan produk domestic bruto, yang disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya guncangan ekonomi (seperti covid), adanya inflasi atau kenaikan harga barang dan bisa juga karena deflasi karena penurunan harga.
Kondisi ini mulai banyak disampaikan oleh financial influencer sebagai bentuk “jaga-jaga” dan untuk meningkatkan awareness pada masyarakat. #resesi2023 ini dikenal dengan “tahun gelap”, “PHK massal” “kesulitan cash flow” “banyak perusahaan bangkrut” “sales akan turun” dan lain sebagainya.
Sehingga situasi ini menimbulkan pandangan dan respon yang berbeda-beda dari setiap masyarakat. Ada yang menganggap bahwa yang disampaikan influecer ini terlalu dilebih-lebihkan dan kesannya “menakut-nakuti”, ada yang menganggap hal ini sebagai tanda kiamat, ada pula yang turut ikut asertif dalam menanggapi hal ini yaitu dengan berusaha mengikuti saran yang diberikan agar dapat tetap bertahan selama #resesi2023.
Untuk itu, kita tinjau lebih lanjut bagaimana power dari #resesi2023 ini dalam mempengaruhi perilaku individu. Hashtag membawa informasi emosional yang tidak secara langsung terkait dengan konteks yang muncul. Penggunaan hashtag semakin diperluas fungsinya oleh pengguna sebagai media metakomunikatif, artinya memberikan informasi tambahan yang bertujuan untuk memperjelas maksud dan makna pesan.
Menurut Daer (dalam Giannoulakis & Tsapatsoulis, 2016), fungsi metakomunikatif dapat dibagi menjadi 5, yakni emphasizing (menekankan), iterating (mengulangi), critiquing (mengkritik), identifying (mengidentifikasi), dan rallying (menggalang). Emphasizing biasa digunakan untuk menarik perhatian; critiquing digunakan untuk mengungkapkan penilaian atau putusan; identifying digunakan untuk mengidentifikasi maksud dari penulis/pengunggah; iterating digunakan untuk mengekspresikan humor; dan rallying digunakan untuk membawa kesadaran dan dukungan untuk suatu tujuan.
Menurut beberapa penelitian mengatakan bahwa hashtag membawa informasi emosional yang tidak secara langsung berhubungan dengan konteks yang muncul. Ferrara, dkk (Giannoulakis & Tsapatsoulis, 2016). Dari hasil yang diusut, ada 3 tipe orang atau masyarakat dalam merespon terkait #resesi2023, yaitu masyarakat yang takut, bingung, serta menerima Sekarang kita bahas yuk ada proses Informasi emotional apa yaa dari #resesi2023 ini?
Respon yang berbeda-beda ini menunjukkan bahwa adanya proses persuasi saat masyarakat membaca atau memproses informasi terkait #resesi2023. Persuasi adalah adalah suatu proses di mana pesan dapat memberikan perubahan dalam keyakinan, sikap, atau perilaku seseorang (Myers, 2010). Sedangkan menurut R. Bostrom (1995) dalam buku S. Djuarsa Senjaya menyatakan bahwa komunikasi persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan untuk mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) sebagai sasaran komunikasi.
Baca juga: WhatsApp Group Motabiya
Central Route Persuasion terjadi ketika orang yang tertarik fokus pada argumen dan merespon dengan pemikiran yang menguntungkan. Burhan Bungin (2006) mengatakan bahwa komunikasi persuasif termasuk kedalam ranah teknik komunikasi, yang bertujuan untuk:
- Perubahan sikap (attitude change): komunikasi persuasif ini ditujukan untuk mengubah pola pikir dimana pola pikir tersebut membuat komunikan mengubah sikapnya terhadap pesan yang diterimanya.
- Perubahan pendapat (opinion change): adanya perbedaan pendapat atau anggapan antara komunikan dan komunikator bisa diubah dengan adanya komunikasi persuasif sebagai alat pengubah pola pikiran yang mempengaruhi pemikiran komunikan.
- Perubahan perilaku (behavior change): saat komunikan terpengaruhi, maka perilaku pada seseorang atau komunikan pun juga ikut berubah mengikuti pola pikir dari pesan yang diterima.
- Perubahan sosial (social change): komunikator yang berbahasa persuasif akan membawa perubahan dalam lingkungan masyarakat, pola pikir, hingga perilaku komunikan.
Tujuan awal dari komunikasi persuasif adalah mengenai perubahan sosial, proses tersebut banyak terjadi dan dialami oleh masyarakat, unsur-unsur dan sistem-sistem sosial sehari-hari. Sehingga respon dari masyarakat ini akan mengarahkan individu itu sendiri kedalam behavior change mereka, yang dimana mungkin individu yang merasa takut akan situasi #resesi2023 ini akan cenderung merasa depresi.
Individu yang bingung akan mulai mencari tau dampak jangka panjangnya, keabsahannya dan mengumpulkan lebih banyak informasi. Serta individu yang menerima sudah mulai mempersiapkan apa yang menjadi “tips&trick” dalam mempersiapkan situasi #resesi2023. Apapun respon yang diambil, namun dalam prosesnya ada pola serta pemikiran yang turut diubah, karena individu telah ter-persuasif pada #resesi2023 ini. ***