No Result
View All Result
gopos.id
  • BERANDA
  • NEWS
    • Hukum & Kriminal
    • Indepth News
    • INFOGRAFIS
    • Info Pasar
    • Olahraga
    • Pemilu
    • Peristiwa
    • Politik
  • DAERAH
    • Gorontalo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
    • Kabupaten Gorontalo
    • Boalemo
    • Bolmut
    • Kota Smart
    • Wakil Rakyat
  • NASIONAL
  • LIFESTYLE
    • Infotaintment
    • Kuliner
    • Tekno
  • Derap Nusantara
  • MULTIMEDIA
    • Foto
    • Video
  • Gopos Literasi
  • BERANDA
  • NEWS
    • Hukum & Kriminal
    • Indepth News
    • INFOGRAFIS
    • Info Pasar
    • Olahraga
    • Pemilu
    • Peristiwa
    • Politik
  • DAERAH
    • Gorontalo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
    • Kabupaten Gorontalo
    • Boalemo
    • Bolmut
    • Kota Smart
    • Wakil Rakyat
  • NASIONAL
  • LIFESTYLE
    • Infotaintment
    • Kuliner
    • Tekno
  • Derap Nusantara
  • MULTIMEDIA
    • Foto
    • Video
  • Gopos Literasi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
gopos.id

Pendidikan Multikultural di Kanada

Hasanuddin by Hasanuddin
Sabtu 20 Mei 2023
in Perspektif
0
Pendidikan Multikultural di Kanada
0
SHARES
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Oleh:

Meiske Puluhulawa, Abdul Haris Panai, Sitti Roskina Mas,
Nina Lamatenggo
(Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen Program Doktor Pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo)

     Pendidikan multikultural menjadi kebutuhan bagi negara yang memiliki masyarakat multikultural seperti Kanada. Penduduk Kanada yang berjumlah kira-kira 31,006,347 (World Almanac 2000) terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kebudayaan yang juga bervariasi. Etnis yang dominan adalah Inggris (British Isles) kira-kira 40%, Perancis 27%, Eropa lainnya 20%, Indian 1,5% dan etnis lainnya (kebanyakan dari Asia) 11,5%. Bahasa resmi di Kanada adalah bahasa Inggris dan bahasa Perancis. Secara geografis, Kanada terdiri dari daerah metropolitan yang cukup luas, daratan yang subur, daerah pertanian, gugusan pegunungan, sungai-sungai, hutan liar di utara dan daerah tundra Arktik (kutub utara). Hampir 2/3 penduduk Kanada menempati daerah perkotaan, terkonsentrasi terutama di daerah-daerah sepanjang perbatasan Kanada dan Amerika Serikat. Lebih dari 60% penduduk Kanada tinggal di dua provinsi, yaitu Provinsi Ontario, dengan sebagian besar penduduknya berbahasa Inggris, dan Provinsi Quebec yang penduduknya sebagian besar berbahasa Perancis. Berdasarkan sejarahnya, Kanada adalah Negara dwi bahasa (bilingual country) (Agustiar Syah Nur, 2001). Pada sensus tahun 2011, populasi Kanada tercatat sebanyak 33,476,688 orang dan pada sensus nasional terakhir pada tahun 2016, populasi Kanada naik sebanyak 5.0 persen dengan populasi total sebanyak 35,151,728 orang. Menurut sensus tahun 2016, Bangsa Inggris, Bangsa Skotlandia, Bangsa Prancis, dan Bangsa Irlandia merupakan keturunan suku bangsa paling banyak di Kanada dengan total populasi berjumlah 20,4 juta orang atau sekitar 58.1 persen dari total penduduk Kanada. Sisanya merupakan keturunan asal Eropa lainnya dan kelompok etnik lainnya (berasal dari imigran-imigran asal Asia dan Afrika). Kelompok etnis minoritas paling banyak antara lain orang Tionghoa, orang India, dan orang Filipina.

    Data di atas menunjukkan bahwa Kanada memiliki masyarakat yang multikultural, dan Kanada juga berusaha untuk mencapai “persamaan semua orang Kanada” di setiap aspek kewarganegaraan termasuk dimensi ekonomi, sosial, politik dan budaya, bahasa yang dipresentasikan oleh negara Kanada seperti yang tertuang dalam Undang-undang Multikulturalisme Kanada, baik dalam negeri maupun di tingkat dunia, berani dalam menjamin inklusivitas dan kesetaraan, multikulturalisme “fundamental”, mendorong harmonisasi rasial dan etnis, pemahaman lintas budaya, menghambat ghettoisasi, kebencian, diskriminasi dan kekerasan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menerapkan pendidikan multikultural. Banks mendefinisikan pendidikan multikultural adalah ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan proses pendidikan, yang tujuan utamanya adalah merubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria dan wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan budaya (kultur) yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi (Najmina, 2018). Pendidikan multikultural merupakan sarana pendidikan untuk memberikan kesetaraan bagi semua peserta didik menumbuhkan gagasan kesetaraan, yang memberikan keadilan dan mengakomodasi keragaman dalam lingkungan pendidikan. Selain itu, pendidikan multikultural memupuk prinsip keadilan sosial bagi semua orang, tanpa memandang latar belakang identitas mereka (Jayadi K., Abduh A. Basri M., 2020).

Baca Juga :  Polda Gorontalo Usut Dugaan Pelecehan Mahasiswi Profesi Ners UNG

    Kanada dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah kultur penduduknya paling  banyak  di  dunia.  Keadaan  di  Kanada  ini  sangat   terbuka,  saling  menghormati  dan damai   untuk   para   imigran  dan  pendatang   lainnya.   Kanada menjadi negara pertama di dunia yang menerapkan kebijakan multikultural  pada tahun  1971. Kebijakan   ini membuat semua orang di Kanada dipaksa untuk menerima perbedaan dan mengajak seluruh imigran untuk ikut  berpartisipasi  dalam hidup yang  setara  dan  bermasyarakat di  Kanada. Pada tahun 1972 di dirikanlah Direktorat Multikultural di dalam lingkungan Departemen Luar Negeri untuk memajukan cita-cita multikultural, integrasi sosial, dan hubungan positif antar ras. Upaya tersebut melahirkan Canadian Multiculturalism act (1988) yang isinya antara lain: (1) Alokasi dana untuk memajukan hubungan harmonis antar ras, (2) Memperluas saling pengertian kebudayaan yang berbeda, (3) Memelihara budaya dan bahasa asli, (4) Kesempatan yang sama untuk berpartisipasi, dan (5) Pengembangan kebijakan multikultural di semua kantor pemerintah federal.

     Kanada   merupakan   negara   pertama   yang   memberikan   pengakuan   legal   terhadap multikulturalisme. Sekalipun kebijakan multikultural merupakan kebijakan federal, namun masing-masing   negara   bagian  melaksanakan   kebijakan   sesuai   dengan   kebutuhannya. Kebijakan multikultural   dimasukkan  dalam   bentuk  yang   berbeda-beda  di   dalam  program sekolah,  penataran  guru.   Kurikulum  dikaji  ulang  untuk  dilihat  hal-hal  yang  mengandung stereotip   dan   prasangka   antar   etnis.   Demikian   pula   di   dalam   pendidikan   oleh   Ontario Heritage  Language  Programme  yang  didirikan tahun  1977  memberikan  bantuan  terhadap pengajaran bahasa etnis yang bermacam-macam sesudah jam resmi sekolah. Guru diberikan penataran   untuk   menyebarluaskan  sumber-sumber   yang   bebas   dari   prasangka,   terutama kelompok   kulit   berwarna   (black   population).   Di  provinsi   Manitoba,   Alberta   dan Saskatchewan  sekolah  diijinkan   memberikan   bahasa   di   luar   bahasa  Inggris  dan   Perancis sampai 50 % dari jumlah jam di sekolah. Kebijakan ini diterima dengan baik oleh kelompok imigran,  terutama  imigran  Ukraina dan   Jerman.  Sejak  1993,  beberapa  dewan   pendidikan seperti   Vancouver  School   Board   melaksanakan   penataran   guru-guru   untuk   Pendidikan Multikultural,   mendirikan   komite  penasehat   untuk  hubungan   rasial,   serta   melembagakan hubungan   rasial   di   distrik   sekolah.  

     Tujuan dari dibentuknya pendidikan multikultural di Kanada diantaranya sebagai berikut : 1) Agar terbentuknya budaya nasional; 2) Untuk mengurangi perbedaan-perbedaan antara sekolah dan keluarga yang dikenal dengan kebudayaan sekolah dan kebudayaan rumah; 3) Untuk membantu peserta didik dalam menguasai Bahasa resmi; 4) Untuk memberikan kesempatan yang sama atau peluang yang sama kepada setiap peserta didik dalam memperoleh pendidikan yang lebih baik; 5) Untuk memperkuat keadilan dan memberantas tindakan diskriminasi.; 6) Untuk melestarikan keberagaman kebudayaan. (Yanuarti dan HS Purnama Sari, 2020).

Baca Juga :  Balada Sambo, Kau Bukan Dirimu Lagi

     Secara   terinci  Magsino   (Sutarno, 2008) mengidentifikasi 6 jenis model Pendidikan Multikultural: (1) Pendidikan   “emergent   society”.   Model   ini   merupakan   suatu   upaya   rekonstruksi   dari keanekaan budaya yang diarahkan kepada terbentuknya budaya nasional. (2) Pendidikan   kelompok   budaya   yang   berbeda.   Model   ini   merupakan   suatu   pendidikan khusus pada anak  dari kelompok budaya yang berbeda. Tujuannya adalah memberikan kesempatan yang sama dengan mengurangi perbedaan antara sekolah dan keluarga, atau antara kebudayaan yang dikenalnya di rumah dengan kebudayaan di sekolah. Model ini bertujuan membantu anak untuk menguasai bahasa resmi serta  norma dominan dalam masyarakat. (3) Pendidikan untuk  memperdalam  saling  pengertian  budaya. Model  ini  bertujuan  untuk memupuk sikap  menerima dan apresiasi terhadap kebudayaan kelompok yang berbeda. Model ini merupakan pendekatan liberal pluralis yang melihat perbedaan budaya sebagai hal   yang   berharga   dalam   masyarakat.   Di   dalam  kaitan   ini,   pendidikan   multikultural diarahkan   kepada   memperkuat   keadilan   sosial   dengan   menentang  berbagai   jenis diskriminasi dan etnosentrisme. (4) Pendidikan   akomodasi   kebudayaan.   Tujuan   model   ini   adalah   mempertegas   adanya kesamaan   dari  kelompok   yang   bermacam-macam.   Mengakui   adanya   partikularisme dengan tetap mempertahankan kurikulum dominan. (5) Pendidikan “accommodation and reservation” yang berusaha untuk memelihara nilai-nilai kebudayaan dan identitas kelompok yang terancam kepunahan. (6) Pendidikan   multikultural   yang   bertujuan   untuk   adaptasi   serta   pendidikan   untuk memelihara kompetensi  bikultural. Model ini mengatasi pendekatan kelompok spesifik, identifikasi dan mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi secara cross-cultural dengan mendapatkan pengetahuan tentang bahasa atau kebudayaan yang lain.

     Pendidikan multikultural di Kanada juga didasarkan pada 6 jenis pendidikan multikultural yang diungkapkan oleh Magsino (Yanuarti dan HS Purnamasari, 2020), namun tergantung di mana multietnis itu berada di dalam kerangka struktur ekonomi, politik, dan sosial masyarakatnya.

Sumber:

Jayadi, K., Abduh, A., Basri, M. (2022). “A meta-analysis of multicultural education paradigm in Indonesia”. Journal Heliyon. Vol 8 (2022) 1-5.

Najmina N. (2018). “Pendidikan Multikultural Dalam Membentuk Karakter Bangsa Indonesia”. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial 10 (1) (2018): 52-56.

Nur, Agustiar Syah. (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung: Lubuk Agung.

Sutarno. (2008). Pendidikan Multikultural. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.

Yanuarti, E., HS, D, Purnamasari.  (2020). Analisis Perbandingan Pendidikan Multikultural (Indonesia, Amerika, Kanada, Inggris). At-Ta’lim Media Informasi Pendidikan Islam Vol. 19, No. 1, pp 46-65, 2020 e-ISSN: 2621-1955.(***)

Tags: KanadaPendidikan MultikulturalUNG
Previous Post

DPRD Dorong ASN Ber-KTP Pohuwato untuk Tingkatkan Partisipasi Pemilih

Next Post

Tambah Aman dan Efisien, Suzuki Hadirkan S-Presso 2023 Untuk Memberi Kepuasan Bagi Konsumen

Related Posts

Koperasi Desa Merah Putih, Jalan Pembangunan dari Pinggiran
Perspektif

Koperasi Desa Merah Putih, Jalan Pembangunan dari Pinggiran

Minggu 29 Juni 2025
Jejak Kepemimpinan di Bone Bolango
Perspektif

Jejak Kepemimpinan di Bone Bolango

Senin 26 Mei 2025
Masjid Raya yang Agung di Gorontalo
Perspektif

Masjid Raya yang Agung di Gorontalo

Sabtu 3 Mei 2025
Siapa yang Berpeluang Memenangkan PSU Gorut?
Perspektif

Siapa yang Berpeluang Memenangkan PSU Gorut?

Jumat 18 April 2025
Mendelik Ke-ogah-an Orang Tilamuta Berolahraga Lari
Perspektif

Mendelik Ke-ogah-an Orang Tilamuta Berolahraga Lari

Kamis 30 Januari 2025
Hati-Hati Gerakan GERINDRA
Perspektif

Hati-Hati Gerakan GERINDRA

Selasa 14 Januari 2025
Next Post
Suzuki Spresso

Tambah Aman dan Efisien, Suzuki Hadirkan S-Presso 2023 Untuk Memberi Kepuasan Bagi Konsumen

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Terpopuler

  • Pilrek IAIN Sultan Amai Gorontalo: Sahmin Madina Resmi Mendaftar

    Pilrek IAIN Sultan Amai Gorontalo: Sahmin Madina Resmi Mendaftar

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Flash News: Longsor di Desa Olele Bone Bolango, Akses Kendaraan Terputus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Warga dan Polisi Gotong Royong Angkut Kendaraan Roda Dua Lewati Longsor di Desa Olele

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Satu Unit Alat Berat Dikerahkan Bersihkan Material Longsor di Desa Olele

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pendaftar AIR Fun Run Sentuh 2.200 Peserta, Pendaftaran Ditutup 7 Juli

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
WA Saluran
Facebook Icon-x Youtube Instagram Icon-ttk

© 2019 – 2023 Gopos.id  |  Gopos Media Online Indonesia | Gorontalo.

Iklan  |  Karir  |  Pedoman Media Cyber  |  Ramah Anak  |  Susunan Redaksi  |  Tentang Kami  |  Disclaimer

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • NEWS
    • Hukum & Kriminal
    • Indepth News
    • Info Pasar
    • INFOGRAFIS
    • Olahraga
    • Pemilu
    • Peristiwa
    • Politik
  • DAERAH
    • Gorontalo
    • Ayo Germas
    • Boalemo
    • Bone Bolango
    • Bolmong Utara
    • Gorontalo Hebat
    • Gorontalo Utara
    • Kabupaten Gorontalo
    • Kota Smart
    • Pohuwato
    • Wakil Rakyat
  • NASIONAL
  • LIFESTYLE
    • Infotaintment
    • Kuliner
    • Tekno
  • Derap Nusantara
  • MULTIMEDIA
    • Foto
    • Video
  • Gopos Literasi

© 2019-2023 Gopos.id Gopos Media Online Indonesia | Gorontalo.