GOPOS.ID, GORONTALO – Kebijakan pemerintah yang membatasi akses media sosial berdampak luas. Tidak hanya kenyamanan warga untuk berinteraksi satu dengan lainnya. Kebijakan yang dikeluarkan untuk meredam hoaks pasca aksi 22 Mei 2019 itu berdampak terhadap aktivitas perekonomian. Terutama aktivitas perdagangan online yang memanfaatkan jejaring medsos.
Dampak pembatasan akses medsos terhadap perdagangan online turut dirasakan oleh para pedagang online di Gorontalo. Sejak adanya pembatasan medsos sejak Rabu (22/5/2019) intensitas perdagangan menurun.
Baca juga: Pembatasan Medsos Berlaku Tiga Hari?
Beberapa pedagang online di Gorontalo saat berbincang dengan gopos.id mengaku, pasca pemblokiran medsos tingkat permintaan dan transaksi perdagangan menurun. Padahal, menjelang lebaran saat ini menjadi momen bagi pedagang online untuk mempromosikan produk yang dijual.
“Agak susah untuk mengupload gambar lewat facebook ataupun messenger facebook. Padahal, banyak costumer, lihat produk dan transaksinya via facebook,” ungkap Ernawati salah seorang pedagang pakaian online.
“Ada pula costumer via WhatsApp, hanya untuk pengiriman pict (gambar,red) sedikit lambat dari biasanya. Jadi kenyamanan transaksi dengan costumer berkurang,” sambungnya.
Baca juga: Alasan Cegah Hoaks, Pemerintah Blokir WhatsApp, FB & IG
Hal Senada disampaikan, Rini yang menjajakan kue via medsos. Menurutnya, pemblokiran medsos terutama facebook sangat berdampak terhadap produksi dan tingkat permintaan kostumer.
“Sebelum diblokir, banyak yang pesan lewat messenger facebook. Tapi setelah diblokir, kami sulit untuk berinteraksi dengan pembeli ataupun calon pembeli,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut Rini, pihaknya mengandalkan medsos Instagram untuk mempromosikan produknya. Hanya saja ia mengaku, dari sisi aksesbilitas dan jangkauan dirinya lebih familiar mengunakan facebook.
“Lebih mudah pakai Facebook,” katanya.
Karena itu, para pedagang online di Gorontalo berharap, pemblokiran/pembatasan akses medsos bisa segera dicabut.(hasan/gopos)