Oleh: M. Idrak Olii (Omy Olii), 30 tahun tentang Halusinasi Masa Depan Industri Digital di Gorontalo
Tulisan ini, saya mulai dengan beberapa uraian tentang orang-orang IT yang saya kenal sedikit banyak rekam jejak mereka.
Dimas Wibowo, Ahli IT, programmer dan system analist, dari Gorontalo Saat ini memutuskan bekerja di Jakarta, gaji +8.xxx.xxx.
Chandra Pinuyut, android base programmer, web developer, membangun banyak sistem instansi di Pemerintahan yang ada di Gorontalo (dahulu bersama C55). Saat ini memutuskan bekerja untuk Pemda Kotamobagu, gaji +8.xxx.xxx.
Deden Gobel, bug hunter, data analyst, IT expert, dari Gorontalo saat ini memilih bekerja di Jakarta, gaji +20jt.
Eko Nasaru, founder blod id, carelaig, dari Gorontalo, memilih mengembangkan aplikasi di Makassar hingga Jakarta
Gamma Advertisa foundernya Iswan Febriyanto meskipun berkantor di Kota Gorontalo tapi banyak klien-klien GA justru dari luar daerah
Anang Suryana Musa, Desain Grafis Profesional. Dengan kontrak puluhan juta di Jakarta dan Luar Negeri, memutuskan kembali ke Gorontalo dengan kontrak hanya ratusan ribu per desain
Andhika Gemintang, Youtubers dengan 3 Juta Subscribers, hampir tak pernah terlihat mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Kota Gorontalo
Syamsu Panna, Founder Desa Digital Lamahu, menetap di Kota Gorontalo. Konsep dan inovasinya dihargai justru diluar daerah bahkan hingga ke luar negeri.
Baca juga:Â Hamim Resmikan Sanggar Tani dan Balai Rakyat Desa Digital
Dan banyak lagi teman-teman ahli IT yang memilih tidak berkarir di Gorontalo. Salah satu di antara beberapa sebabnya, yang paling utama adalah orang-orang hebat itu sepertinya tidak dihargai di Tanah Leluhur mereka !
Provinsi Gorontalo adalah daerah yang menurut saya paling sering membahas soal Industri 4.0,. Hampir setiap bulan ada saja pertemuan yang diadakan. Baik oleh komunitas atau dari Pemerintah yang membahas soal perkembangan industri IT dan digital. Yang sayangnya semuanya tak lebih hanya sekedar pembahasan, seremonial dan wacana belaka
Pernyataan ini dibuktikan dengan realita bahwa hampir tidak ada program layanan publik milik Pemerintah Provinsi Gorontalo. Yang muncul kepermukaan sebagai hasil kerja-kerja sumber daya digital masyarakatnya dan dirasakan manfaatnya oleh warga Gorontalo
Saya pun tiba di titik pesimis bahwa daerah ini agak sulit menjadi Provinsi layak digital. Kalau hampir semua sumber daya digital dan IT tidak mendapat tempat khusus di Pemerintahan.
Orang-orang IT dianggap hanya sebatas teknisi standar yang kemampuannya tidak begitu dihargai. Tak ada wadah yang jelas untuk mengeksplorasi kemampuan mereka di bidang digital yang di dukung oleh Pemerintah Provinsi.
Disisi lain, Kota Gorontalo sebagai jantung dan wajah dari Provinsi Gorontalo, juga memiliki masalah yang sama. Sumber daya digital dari kalangan pemuda di Gorontalo tidak nampak dipermukaan. Wajah kota ini sepertinya tidak banyak yang berubah dari 5-10 tahun yang lalu dari sisi penguasaan teknologi dan apresiasi sumber daya manusia dibidang IT.
Baca juga:Â Desa Digital Lamahu Versi 2.2 Diluncurkan
SMART CITY yang digaungkan sejak lima tahun lalu hingga saat ini seperti hanya menggema sesaat dan tak lebih dari sekedar seremonial belaka. Mungkinkah benar kata teman saya, bahwa SMART itu sebenarnya cuma sekedar singkatan bukan konsep yang jelas implementasinya.
Provinsi ini sedang ber-HALUSINASI tentang masa depan pemanfaatan digital dan IT yang keren, canggih, efisien dan memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. Karena hingga saat ini tak ada bukti konkret bahwa langkah daerah ini sedang menuju ke arah itu.
Saya secara pribadi telah kehilangan kepercayaan pada daya dukung Pemerintah Provinsi dan Kota untuk sektor IT dan digital. Sepertinya pembahasan tentang ini hanya akan habis kembali menjadi sekadar wacana.
Secara pribadi pun masih menaruh sisa harapan kepada para pemimpin muda yang setidaknya paham tentang betapa berdaya gunanya kekuatan teknologi informasi. Dan sektor digital untuk mewujudkan program-program kepemudaan di bidang IT. Meskipun dalam catatan saya hingga saat ini saya tak menemukan jejak digital apakah mereka sedang memperjuangkan hal tersebut atau tidak.
Baca juga:Â Curah Gagasan Digital
Mari kita berdoa atau lebih tepatnya mengheningkan cipta untuk ‘matinya’ perkembangan sumber daya digital di Gorontalo, dan kita harus memaklumi kalau orang-orang hebat di bidang IT dari daerah ini memilih berkarir di luar daerah. Di tempat dimana mereka lebih dihargai dan diapresiasi, mungkin saja 5 atau 10 tahun lagi. Barulah kita layak mengundang mereka untuk kembali, berbuat bagi daerah ini. Dan semoga saja dimasa itu kemampuan dan keahlian mereka mendapatkan tempat yang layak di Tanah Leluhur ini …! Aamiin.
Penulis: M. Idrak Olii (Omy Olii), 30 th
Latar Belakang: Penggiat IT, Idea Creator, CEO Anamuda, Direktur PT. Digital Sistem Komunikasi Niaga.
Penulis adalah praktisi dunia digital yang telah melahirkan beberapa Aplikasi dibidang e-commerce, website, game dan saat ini sedang giat mengembangkan usaha rintisan (Start Up) dan mengelola Komunitas Anamuda di Gorontalo.