GOPOS.ID, GORONTALO – Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo (FIP UNG) resmi meluncurkan Program Studi Pendidikan Khusus, bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan Halalbihalal di lingkungan fakultas, Rabu (23/4/2025).
Peluncuran ini menjadi momen penting dalam perjalanan UNG dalam memperluas akses pendidikan yang inklusif dan berkeadilan.
Dekan FIP, Arwildayanto menyampaikan, pembukaan prodi Pendidikan Khusus merupakan bagian dari komitmen UNG untuk menghadirkan layanan pendidikan yang adil dan setara bagi semua kalangan, khususnya bagi penyandang disabilitas.
“UNG memberikan keadilan bagi semua untuk dapat memperoleh layanan pendidikan. Terutama bagi orang-orang yang berkebutuhan khusus. Maka, pendidikan khusus ini hadir sebagai bagian dari upaya kita mewujudkan inklusivitas pendidikan. Semua orang berhak dan harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar,” ujar Arwildayanto.
Ia juga mengumumkan bahwa program studi ini mulai menerima mahasiswa baru pada tahun akademik 2025 melalui jalur mandiri, dengan kuota awal sebanyak 30 mahasiswa.
“Kami ingin memanfaatkan semua media dan jaringan, termasuk dukungan dari Dinas Pendidikan kota dan provinsi. Kuota yang kami buka sebanyak 30 orang. Harapannya, kuota ini bisa segera terpenuhi dalam waktu sesingkat-singkatnya agar seluruh sumber daya yang kami miliki bisa dimaksimalkan,” tambahnya.
Selain itu, Arwildayanto juga menginformasikan bahwa mahasiswa yang diterima akan dikenakan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) sebesar Rp4 juta, serta Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar Rp2 juta per semester.
Besaran biaya ini disesuaikan untuk tetap memberikan akses yang terjangkau bagi calon mahasiswa, sejalan dengan semangat inklusivitas pendidikan yang diusung program studi ini.
Rektor UNG, Eduart Wolok turut menyoroti pentingnya kehadiran program studi ini di tengah keterbatasan sumber daya manusia (SDM) di bidang pendidikan khusus, baik di tingkat lokal maupun nasional.
“Pendidikan khusus ini adalah sebuah kebutuhan, tetapi tidak mudah untuk mewujudkannya karena keterbatasan sumber daya yang ada. Bahkan, untuk wilayah Kota Gorontalo saja, kita masih kekurangan SDM, apalagi jika melihat situasi secara nasional,” ujar Eduart.
Ia menekankan bahwa kehadiran prodi ini bukan hanya untuk mencetak tenaga pendidik di Sekolah Luar Biasa (SLB) semata, tetapi juga untuk menjangkau semua jenis sekolah yang perlu bersikap inklusif terhadap siswa berkebutuhan khusus.
“Jangan sampai muncul stigma bahwa mahasiswa pendidikan khusus hanya disiapkan untuk SLB. Padahal, seluruh sekolah seharusnya terbuka bagi anak-anak berkebutuhan khusus, selama mereka mampu mengikuti proses pembelajaran. Artinya, kita harus membangun lingkungan pendidikan yang lebih ramah terhadap disabilitas,” tegasnya.
Lebih lanjut, ia berharap prodi Pendidikan Khusus ini mampu memperkuat eksistensi UNG dalam menyediakan SDM pendidikan yang kapabel dan responsif terhadap kebutuhan zaman.
“Semoga kehadiran program studi ini akan semakin meneguhkan posisi UNG dalam mencetak tenaga pengajar yang profesional dan berdaya saing di bidang pendidikan. Ini bidang yang sangat dibutuhkan, namun selama ini kurang mendapatkan perhatian. Kita patut bersyukur, UNG bisa hadir dan memberikan kontribusi nyata,” pungkasnya.
Dengan diluncurkannya prodi Pendidikan Khusus, UNG menegaskan komitmennya untuk menjadi kampus yang inklusif dan adaptif, menjawab tantangan zaman dan kebutuhan masyarakat akan layanan pendidikan yang merata dan berkeadilan.(Arni/Rama/Gopos)