GOPOS.ID, GORONTALO – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Prof. Dr. Ir. Fadel Muhammad, berbagi pengalaman hidupnya yang mengesankan dan penuh inspiratif. Kisah hidup semasa kecil dalam lingkungan keluarga yang kental dengan nilai-nilai pendidikan dan agama, perjalanan menimba ilmu di bangku kuliah Institut Teknologi Bandung (ITB), perjuangan merintis serta mengembangkan usaha, menularkan ilmu di lingkungan akademik, hingga lika-liku menapaki karir politik dan mengabdi untuk bangsa.
Pengalaman hidup yang begitu panjang tersebut dirangkum Fadel Muhammad dalam sebuah buku berjudul Building A Legacy, Menimba Ilmu, Mengajar, Mengepakkan Bisnis dan Berbakti Pada Bangsa. Buku setebal 344 halaman ini ditulis oleh Fadel Muhammad, dan diluncurkan bertepatan pada usianya ke-70 tahun pada 20 Mei 2022, sebagai persembahan bagi masyarakat Indonesia.
Meski di dalamnya menceritakan keberhasilan dan kesuksesan, buku Building A Legacy bukan semata-mata bertujuan menunjukkan sebesar besar kesuksesan seorang Fadel Muhammad. Sesuai dengan judulnya, “Membangun Warisan”, Fadel Muhammad berkeinginan agar kisah perjalanan hidup dan pengalaman yang menyertainya dapat menjadi pembelajaran bagi orang lain.
“Sesuai pengalaman hidup yang ada dalam buku ini, saya ingin menyampaikan bahwa sukses itu adalah perjalanan, sukses bukanlah tujuan akhir. Succes is journey, isn’t a destination,” ujar Fadel Muhammad pada Bicara Buku Pustaka Bersama Wakil Rakyat, yang mengupas buku Building A Legacy, Selasa (27/9/2022) di lantai IV Gedung Rektorat Universitas Negeri Gorontalo (UNG). Kegiatan tersebut menghadirkan pembicara Bupati Gorontalo, Prof. Nelson Pomalingo, Akademisi UNG, Dr. Lukman A.R Laliyo, serta Wakil Rektor Bidang Akademik UNG, Dr. Harto S Malik.
Perjalanan hidup, menurut Fadel Muhammad, bukanlah sebuah perjalanan yang landai. Melainkan perjalanan yang menanjak maupun menurun. Oleh karena itu dalam mengarungi kehidupan untuk menggapai kesuksesan maka tidak boleh stagnan dan berputus asa.
“Ada begitu banyak rintangan, tantangan maupun masalah yang akan dihadapi. Walaupun begitu kuncinya kita harus tetap tenang agar bisa mengambil keputusan yang tepat,” kata mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI itu.
Fadel Muhammad mengungkapkan, ada dua masa yang paling berkesan sekaligus dinikmatinya. Pertama, ketika ia menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB). Diawali ketika ia harus meninggalkan tanah kelahirannya di Ternate, Maluku Utara, menuju Bandung dengan perjalanan kapal laut. Saat harus berhadapan langsung dengan Rektor ITB saat itu, Doddy Tisna Amidjaja, agar bisa diizinkan mendaftar sebagai calon mahasiswa karena hanya bermodalkan surat tanda lulus SMA. Selanjutnya bertemu dan berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai daerah, sampai dengan membina dan mengasah jiwa entrepreneur (wirausaha).
“Masa-masa di kampus, paling saya menikmati. Saya bertemu dengan banyak orang, berkomunikasi, dan membangun kolaborasi,” ungkap suami Hana Hasanah ini.
Kedua, saat menjabat Gubernur Gorontalo pada 2001. Di tahun tersebut, Fadel Muhammad harus memboyong keluarganya dari Ibukota ke Gorontalo. Kenyamanan hidup dan fasilitas yang memadai di Jakarta rela ditinggalkannya demi sebuah pengabdian. Memimpin sebuah daerah yang baru dengan keterbatasan anggaran, Fadel Muhammad, dituntut harus bekerja keras dan berpikir cerdas. Pengalaman merintis perusahaan dari skala kecil hingga menjadi perusahaan besar di tanah air, diaplikasikan Fadel Muhammad membangun Gorontalo dengan satu kata kunci, yaitu fokus. Kata kunci ini kemudian melahirkan tiga program unggulan yang mampu mengibarkan nama Gorontalo di kancah nasional hingga internasional. Yaitu pengembangan sumber daya manusia (SDM), pertanian dengan komoditi utama jagung, serta kelautan dan perikanan.
“Banyak yang tanya kepada saya, kenapa di awal-awal pemerintahan saya tidak membangun infrastruktur. Saya sampaikan, jauh lebih penting membangun SDM dibandingkan membangun infrastruktur, karena sejarah telah membuktikan negara-negara maju ditentukan oleh kualitas SDM-nya,” tutur Gubernur Gorontalo dua periode itu.
Legacy atau warisan seorang Fadel Muhammad tidak hanya terbatas pada perjalanan hidup yang tertuang dalam buku Building A Legacy. Dalam lingkup yang lebih luas, legacy Fadel Muhammad telah menjadi bagian dari eksistensi dan perjalanan Gorontalo. Fadel Muhammad menjadi identitas sekaligus kebanggaan bagi Gorontalo.
“Kita tidak bisa memungkiri bahwa Fadel Muhammad telah membawa sekaligus menjadi kebanggaan bagi Gorontalo. Kita ke mana-mana orang akan menyebut, Fadel Muhammad, Gorontalo. Ini merupakan sebuah legacy yang sangat berarti,” ungkap Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo.
Mantan Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG) ini menyampaikan, salah satu kehebatan yang dimiliki seorang Fadel Muhammad adalah terus mengembangkan keilmuan. Terus belajar dan mengajarkan keilmuan dan pengalaman yang dimilikinya secara akademis.
“Ilmu sangat penting, karena di mana pun dan apa pun semuanya pakai ilmu,” ujar Nelson Pomalingo.
Hal senada disampaikan akademisi UNG, Dr. Lukman Laliyo. Menurutnya, Fadel Muhammad menaruh perhatian sangat besar terhadap pendidikan dan pengembangan SDM di Gorontalo. Hal itu menjadi sebuah legacy yang dapat dirasakan oleh masyarakat Gorontalo saat ini. Di antaranya hadirnya Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amay Gorontalo.
“Pak Fadel Muhammad mengawal penuh berdirinya UNG dari sebelumnya STIKIP (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Kemudian IAIN dari sebelumnya STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri),” tegas Lukman Laliyo.
Sementara itu Wakil Rektor Bidang Akademik UNG, Harto Malik, mengatakan buku Building A Legacy karya Fadel Muhammad merupakan sebuah inspirasi bagi generasi muda. Buku tersebut tak hanya menceritakan kesuksesan yang dicapai seorang Fadel Muhammad, tetapi mengajarkan nilai-nilai serta kompetensi yang dibutuhkan oleh generasi muda dalam meraih prestasi dan kesuksesan.
Menurut Harto Malik, sedikitnya ada empat kompetensi atau kemampuan yang harus dimiliki oleh generasi muda untuk meraih masa depan yang terkandung dalam buku Building A Legacy karya Fadel Muhammad. Yaitu kompetensi atau kemampuan berpikir kritis, kompetensi berkolaborasi, kompetensi berkomunikasi, serta kompetensi berinovasi.
“Semoga buku ini menjadi sinar inspirasi bagi generasi mendatang dalam meraih kesuksesan,” katanya.(hasan/gopos)