GOPOS.ID, GORONTALO – Posisi sebagai petahana bukan garansi kembali terbukti. Itu sebagaimana terjadi pada pertarungan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota (Dekot) Gorontalo daerah pemilihan (dapil) II. Yakni wilayah Kecamatan Dungingi dan Kota Barat.
Beberapa calon anggota legislatif (caleg) petahana dapil II harus mengakui ketatnya persaingan. Bahkan tiga di antaranya harus tumbang. Hal itu dikarenakan raihan dukungan suara yang diperoleh tak mampu mendongkrak untuk melaju kembali ke ‘Parlemen Andalas’.
Baca juga : Ini Caleg Dekot Gorontalo Dapil III yang Lolos
Tiga petahana yang harus menghadapi kerasnya persaingan di dapil II yakni Fadly Dungga (PAN), Yolan Polontalo (PDIP) dan Betty Ibrahim (PPP). Fadly yang sukses mendulang suara terbanyak pada Pemilu 2014, harus merelakan posisinya digantikan rekannya Herman Haluti.
Begitu pula Yolan Polontalo. Srikandi legislatif Andalas ini gagal kembali, setelah rekan sesama caleg PDIP Supangkat Ramadan HKN berhasil meraih suara terbanyak. Sementara itu posisi Betty Ibrahim digantikan rekannya caleg PPP Arifin Miolo.
Baca juga : Ini Wakil Rakyat Kota Gorontalo di Deprov
Sementara itu Risman Taha berhasil kembali melenggang ke Dekot Gorontalo. Risman yang mendulang suara tertinggi di dapil II yakni sebanyak 3.161 suara, memastikan satu kursi milik Partai Golkar dari dapil II.
Sebelumnya, pada Pemilu 2009 Risman Taha berhasil merebut satu kursi anggota Dekot Gorontalo. Pada Pemilu 2014, pria yang dikenal vokal itu gagal melangkah kembali ke Dekot Gorontalo. Selanjutnya pada Pemilu 2019, Risman Taha berhasil kembali melenggang ke Dekot Gorontalo.
Di sisi lain, komposisi kursi yang diraih partai politik (parpol) untuk Dekot Gorontalo dapil II pada Pemilu 2019 sama persis Pemilu 2014. Yakni Partai Golkar, PPP, Gerindra, PAN, Demokrat serta PDIP. Masing-masing parpol meraih satu kursi.(adm-02/gopos)