Dampak pandemi Covid-19 tak ubahnya efek domino. Tak hanya bidang kesehatan, pandemi yang berlangsung sejak awal 2019 itu, ikut berpengaruh terhadap geliat ekonomi. Hal itu turut dirasakan oleh para pelaku usaha, salah satunya penjahit pakaian.
Ramlan Tangahu, Marisa
Nilan Hatabu tampak serius di depan mesin jahit. Tangannya cekatan mengatur kain yang hendak dijait. Perempuan berusia 46 tahun itu begitu bersemangat menyelesaikan pekerjaan yang ditanganinya.
Nilan merupakan salah seorang penjahit pakaian yang ada di Desa Marisa, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato. Usaha ketrampilan itu sudah dilakoni sejak 2009 silam. Ibu sembilan anak itu menjadikan usaha penjahitan pakaian sebagai sumber perekonomian keluarga. Tidak hanya kebutuhan hidup, tetapi juga kebutuhan pendidikan bagi putra-putrinya.
“Alhamdulillah walaupun hanya tukang jahit, saya masih bisa menyekolahkan, menikahkan dan merawat anak-anak saya,” ungkap Nilan, saat ditemui gopos.id, Jumat (28/5/2021).
Bermula dari modal Rp9 juta, Nilan mengembangkan usaha menjahitnya dengan penuh suka duka. Para ASN dan Anggota DPRD Kabupaten Pohuwato menjadi pelanggan yang sering memesan jasa Nilan untuk menjahit pakaian.
Baca juga: Seorang Penumpang KM Sabuk Nusantara Pagimana-Gorontalo Terjatuh di Tengah Laut
Pandemi Covid-19 yang melanda tanah air, termasuk Kabupaten Pohuwato, ikut berdampak terhadap usaha yang dilakoni Nilan. Pesanan yang biasanya ramai menjadi berkurang. Tak sedikit pelanggan menunda untuk menjahit pakaian sembari menunggu ekonomi kembali pulih dan bergeliat lagi.
“Tapi sekarang yang sering kita dapatkan kadang hanya Rp1juta-2 juta, belum termasuk gaji karyawan,” katanya.
Meskipun demikian, perempuan asal Kelurahan Molosipat W, Kota Gorontalo itu tetap gigih melakoni pekerjaannya itu. Pasalnya, ia harus membantu suami untuk membiayai tujuh orang anaknya yang masih dibangku sekolah dan satu orang bayi.
“Walaupun masih situasi corona, kami tetap bekerja. Kalau tidak anak-anak saya tidak bisa makan dan sekolah,” imbuhnya.
Sebenarnya penghasilan yang ia dapatkan dalam sebulan saat pandemi ini sangat tidak mencukupi untuk kebutuhan mereka. Jasa yang ditawarkan Nila dalam sepasang pakaian adalah seharga Rp250-300 ribu.
Saat ini masih banyak pakaian dari pelanggannya yang belum mereka ambil. Ia mengaku sudah kekurangan modal untuk membeli bahan-bahan kain lainnya, serta masih ada karyawannya yang belum dia berikan gaji.
“Mereka saya gaji sesuai kain yang mereka jahit. Dan masih ada karyawan yang belum diberi gaji, karena masih menunggu bayaran kain yang mereka pesan ini,” tandasnya.(*)