Berbuka puasa dengan minuman segar sangat digemari sebagian masyarakat. Tak terkecuali minuman bersoda. Lalu bagaimana berbuka dengan minuman bersoda dari sisi kesehatan? Berikut ulasannya oleh Dr.Arifasno Napu,S.SiT.,M.Kes/Ahli Gizi
Minuman bersoda digemari di Indonesia sekalipun bukan minuman khas Indonesia. Ada para ahli penyakit saluran cerna mengatakan bahwa minuman ini sebaiknya dibatasi dalam mengkonsumsinya atau bahkan tidak dikonsumsi sama sekali oleh orang yang sehat dan apalagi orang sakit. Ada juga yang menyampaikan jika dikonsumsi sering atau berlebihan dapat menambah resiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, ginjal, diabetes mellitus (gula), tulang keropos (osteoporosis), dan juga dapat berpengaruh pada lambung atau yang sering disebut maag (gastritis).
Sebelum berbuka puasa, pastilah perut dalam keadaan kosong yang hanya terisi dengan udara. Dan juga jangan sampai terjadi kenaikan asam lambung, maka stress fisik maupun psikhis sangat mempengaruhi terjadinya peningkatan produksinya. Di sinilah letak dari kemampuan pengendalian diri seseorang yang tersadarkan, artinya pada saat puasa kemungkinan besar dapat terkendali dengan baik.
Ketika berbuka puasa dengan minuman bersoda, banyak hal yang tidak diinginkan terjadi seperti kerja lambung akan semakin bertambah berat seiring bertambahnya gas dari minuman bersoda yang dimasukkan ke lambung. Kandungan gas dalam lambung yang bertambah ini sangat berbahaya untuk kesehatan dan juga dapat menghilangkan manfaat bahwa puasa itu menyehatkan.
Baca juga:Â Takjil yang Sehat untuk Buka Puasa
Lambung bisa saja lebih teriritasi, sistem pengolahan makanan di lambung yang berasal dari mulut tidak berlangsung dengan baik apalagi pengunyahan dalam mulut tidak dilakukan maksimal (33 kali kunyah satu kali telan). Tentu semuanya akan berbuntut pada ketidaknyamanan dan akan membuat kesulitan proses metabolisme.
Pada kondisi perut yang kembung dan tidak nyaman, ada yang flatus (kentut) atau bersendawa, baru terasa nyaman olehnya; bisa saja ada yang terkena diare; sebaliknya ada juga malah sulit untuk buang air besar (konstipasi); bagi yang berpenyakit jantung bisa saja jantung tertekan oleh lambung yang kembung sehingga memperparah kondisi tubuh.
Oleh karena itu kembalilah berbuka, makan malam, sahur dan snack-snak yang dikonsumsi selalu didasari dengan keadaan makanan yang  halal, alami, bergizi, beragam, berimbang dan menyehatkan sehingga dapat diraihlah predikat bahwa puasa itu membuat tubuh sehat (Insya Allah). Pada bukan Ramadhan, pedoman dalam mengkonsumsi makanan lengkap terdiri dari: nasi/penggantinya; lauk pauk/pengganti, sayuran, dan buah. (***)
Baca juga:Â Tips Sehat Menjalankan Puasa Ramadan