GOPOS.ID, GORONTALO – Epidemiolog Kamaluddin Latief memaparkan vaksin booster adalahdosis vaksin virus corona (COVID-19) untuk membantu dan memperkuat perlindungan yang dimiliki setelah mendapatkan 2 dosis pertama. Dosis booster ini berperan penting karena antibodi atau imunitas yang dibentuk oleh vaksin dapat turun atau berkurang seiring berjalannya waktu.
“Merujuk kepada data sementara dan adanya varian Delta dan (B.1.617.2) Omicron (B.1.1.529) menegaskan pentingnya vaksinasi dan booster,” ujar Kamal, Kamis (9/12/2021).
Dia menjelaskan bahwa data menunjukkan peningkatan transmisibilitas varian Omicron dan efektivitas vaksin terhadap COVID-19 mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Hal ini disebabkan oleh perlindungan dari vaksin yang menurun seiring berjalannya waktu, serta tingkat infeksi yang lebih besar dari berbagai varian tersebut, maka booster membantu memberi perlindungan jangka panjang dan juga agar tidak sakit parah akibat COVID-19.
Kamal menjelaskan, kemunculan berbagai varian belakangan ini menegaskan pentingnya vaksinasi, booster, dan upaya pencegahan yang diperlukan untuk melindungi diri dari COVID-19.
Efektivitas yang lebih rendah ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi penurunan perlindungan seiring berjalannya waktu sejak divaksinasi, serta infeksi yang lebih besar dari varian Delta. Vaksin COVID-19 bekerja dengan baik untuk mencegah penyakit parah, rawat inap, dan kematian, bahkan terhadap varian Delta yang beredar luas.
Baca juga: Pemprov Dorong Pengoptimalan Anjungan Gorontalo di TMII, Untuk Tingkatkan Promosi Daerah
“Namun, para ahli kesehatan masyarakat mulai melihat perlindungan yang berkurang, terutama di antara populasi tertentu, terhadap penyakit ringan dan sedang,” ujarnya.
Kamal menjelaskan, belum banyak data tentang semua vaksin COVID-19 untuk mengetahui apakah semua vaksin dapat dikombinasikan untuk dosis kedua dan booster.
Dia mengakui, masih memerlukan lebih banyak riset di masa depan untuk menjawab hal tersebut. Namun, apabila dosis kedua AstraZeneca tidak tersedia, WHO telah menyatakan bahwa dosis kedua Pfizer atau Moderna dapat digunakan.
“Ada beberapa bukti bahwa orang yang menerima satu dosis AstraZeneca diikuti dengan dosis Pfizer atau Moderna memiliki kemungkinan efek samping ringan yang lebih tinggi,” katanya.
Meski demikian, Kamal berpendapat sebelum memikirkan booster, program vaksinasi harus mendahulukan vaksinasi dua dosis penuh untuk mengejar target herd immunity.
Menurutnya, pemberian booster harus diprioritaskan kepada para pejuang di garis depan, seperti kepada tenaga kesehatan karena mereka benar-benar berhadapan langsung dengan COVID-19.
“Booster ditawarkan setidaknya 6 bulan setelah dosis terakhir anda, ini berkaitan dengan penurunan efektivitas vaksin. Dosis booster akan membantu untuk memperpanjang proteksi terhadap virus Corona,” tandasnya. (andi/gopos)