GOPOS.ID, GORONTALO – Suasana ramadan tahun ini di Gorontalo terasa agak berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sejumlah tradisi yang biasanya dilaksanakan setiap ramadan, pada ramadan kali ini tak bisa digelar akibat merebak wabah corona (covid-19).
Namun situasi tersebut bukan berarti semua tradisi masyarakat Gorontalo di kala ramadan tak digelar. Masih ada tradisi yang tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19. Yakni tradisi malam qunut, pada pertengahan Ramadan, yang berpusat di Kecamatan Batuda, Kabupaten Gorontalo.
Pantauan gopos.id, perayaan tradisi malam qunut di Kecamatan Batudaa, Kabupaten Gorontalo sudah berlangsung dua malam. Pada malam pertama, Kamis (7/5/2020), suasana terasa lebih lengang. Walaupun cukup pedagang pisang dan kacang kulit yang membuka lapak di lapangan Batudaa, hanya sedikit warga yang datang. Bisa dihitung dengan jari warga yang datang.
Situasi berbeda ketika malam kedua, Jumat (8/5/2020). Animo masyarakat cukup tinggi. Para warga berdatangan memadati lapangan Batudaa. Mereka datang untuk membeli dagangan yang dijajakan para pedagang yang ada di kompleks lapangan Batudaa.
Baca juga: Ramadan di Gorontalo Tanpa Festival Tumbilotohe dan Pasar Senggol
Di tengah animo warga yang datang, Kepolisian Sektor (Polsek) Batudaa bersama Pemerintah Kecamatan Batudaa memberikan pemahaman kepada warga. Yakni menaati ketentuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), yang saat ini sedang diberlakukan di Provinsi Gorontalo. Sosialisasi itu dilakukan untuk mengantisipasi makin banyaknya warga yang datang.
“Saya sudah siagakan personil, dihari pertama tidak ada giat. Namun hari ini tiba-tiba banyak masyarakat yang datang,” ungkap Kapolsek Batudaa, IPTU Muhammad Adam.
Lebih lanjut IPTU Muhamamd Adam menjelaskan, pihaknya bersama tim gugus tugas kecamatan sudah mengimbau masyarakat untuk bubar.
“Alhamdulillah tidak berapa lama masyarakat berangsur-angsur membubarkan diri,” kata IPTU Muhammad Adam.(Abin/Gopos)