FASE Pandemi Covid-19 hampir hampir membatalkan seluruh rencana kita, tapi jangan sampai menghilangkan harapan kita semua. Apalagi pada anak anak kita.
Barangkali tidak ada orang tua yang mempersiapkan dirinya untuk menggantikan tugas guru sekolah bagi anak anak mereka di rumah. Begitupun tidak ada anak yang mempersiapkan dirinya untuk belajar di rumah, karena begitu indahnya pertemuan mereka dengan guru dan sahabat-sahabatnya di sekolah.
Namun ada sebuah anekdot yang sempat tersebar di masyarakat bahwa ada seorang anak yang pernah berujar “saya lebih suka diajari guru di sekolah daripada diajari ibu atau bapak di rumah, karena bapak/ibu suka marah-marah”.
Mungkin tidak semua anak bisa begitu terbuka menyampaikan kata hatinya seperti contoh tadi, namun kita semua memahami bahwa dunia anak adalah dunia yang begitu berbeda dengan dunia orang dewasa.
Dunia yang penuh dengan rasa ingin tahu, dan ingin memenuhinya dengan kegembiraan.
Kenyataannya di fase pandemi seperti ini, semua orang diliputi rasa khawatir, rasa takut, dan bisa jadi cemas dengan keadaan yang penuh dengan ketidakpastian ini. Para ayah bisa jadi cemas dengan kondisi pemasukan keuangan yang berubah drastis, para ibu pun cemas dengan terbatasnya akses interaksi langsung bersama teman temannya, dan anak anak pun menjadi mudah bosan dan menjadi tidak betah dan tidak nyaman berada di dalam rumah.
Namun sebagai orang tua, tentu kita tidak mengharapkan dengna kondisi pandemi ini, anak anak kita mengalami hambatan dalam tumbuh dan kembang mereka di rumah, apalagi di saat mereka benar benar “dibawah pengawasan kita”
Maka, saatnya kita menciptakan rumah layak anak di tempat tinggal kita masing-masing untuk menghindarkan anak anak kita dari stres. Apa itu rumah layak anak?
Rumah layak anak bukan tentang penataan dan aksesoris rumah, tetapi rumah yang dapat mengoptimalkan aktivitas anak untuk pertumbuhan dan perkembangan mereka yang baik. menurut Yanuar Jatnika ada dua kriteria rumah layak anak, yakni; setiap orang dewasa dalam keluarga memberikan pengasuhan pada anak anak dengan menciptakan suasana kondusif, dimana anak mendapatkan kasih sayang, anak dilibatkan dalam setiap keputusan keluarga, dan anak bisa menyampaikan aspirasinya.
Kriteria kedua ialah setiap orang dewasa memberikan perlindungan terhadap anak dari berbagai perilaku kekerasan, baik fisik, emosional, maupun verbal.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk membuat rumah terasa nyaman bagi anak-anak; pertama buatlah jadwal kegiatan yang proporsional untuk menentukan kapan waktu bermain dan belajar anak.
Pastikan pada kegiatan belajar anak, orang tua melakukan pendampingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan, serta berkoordinasi dengan guru terkait materi dan pendekatan seperti apa yang bisa digunakan untuk mengajari anak di rumah. Begitupun dengan mengatur kapan waktu bermain video game, gadget dan aktivitas menonton; bantu anak anda untuk melatih kontrol diri dalam menggunakan gadget dan menggunakan tv, serta jangan lupa untuk mengontrol konten yang mereka nikmati.
Khusus untuk orang tua yang memiliki anak pra sekolah, jadikan momen ini untuk membantu anak anda dalam mempersiapkan diri mereka masuk sekolah, seperti mengkondisikan mereka untuk duduk siap belajar, patuh dan mudah memahami perintah yang diberikan, dan jangan lupa untuk menceritakan kisah kisah terbaik anda di masa sekolah dulu untuk memberikan image positif sekolah pada diri anak.
Langkah kedua ialah temukan aktivitas keluarga yang penuh dengan suasana rileks dan saling berbicara. Misalnya dengan bermain ular tangga, bermain monopoli, membaca buku atau majalah bersama-sama, atau bermain bersama di halaman rumah.
Jangan sampai anak anak menjadi stress karena melihat orang tua mereka terjebak dalam aktivitas gadget yang berlebihan karena “tenggelam” dengan berita dan sosial media.
Sehingga langkah kedua ini selain membantu anak anak anda untuk melalui kebosanan mereka di rumah, juga membantu anda untuk mengambil jeda dari aktivitas penggunaan gadget anda.
Langkah ketiga, adalah lakukan aktivitas ibadah bersama dengan anak anak anda. Jadikan momen beribadah sebagai momen untuk peningkatan sistem iman dalam keluarga kita. Dalam momen beribadah, sertakan aktivitas menggali dan mengeksplorasi tentang kekhawatiran dan ketakutan kita dan anak anak kita terkait wabah ini, dan bangun suasana untuk berserah diri kepada Tuhan yang Maha Esa, dan saling menghargai serta mendukung satu sama lain. Dan jangan lupa untuk selalu menjelaskan tata cara menjaga kebersihan dan pentingnya social distancing ketika bertemu dengan orang lain.
Diantara pelajaran penting yang penulis resapi selama fase pandemi ini ialah kita seolah “dikondisikan” oleh alam untuk kembali dekat dan mengelola harta yang paling berharga, yang mungkin selama ini banyak teralihkan dengan rutinitas aktivitas bekerja kita.
Untuk para orang tua, jaga dan hidupkan harapan harapan terbaik kita untuk masa depan khususnya setelah pandemi ini berakhir, jangan sampai itu semua sirna dengan batalnya seluruh rencana yang telah kita buat di tahun 2020 ini. Corina Abdulah Negura pernah berkata, “Alam mempunyai sistem kerjanya sendiri. Kehidupan dunia tetap berlanjut dan kita – manusia – hanya punya pilihan untuk mencoba memahami, merubah cara pendekatan kita, keyakinan kita, dan sistem kerja kita. Walaupun ini sulit dan sangat sulit tapi kita tidak punya pilihan yang lain”.
Begitupun dalam menjadikan rumah kita sebagai rumah layak anak, saat ini sangat penting untuk kita optimalkan dengan cara kembali memahami pentingnya keberadaan anak anak kita, merubah cara pendekatan kita kepada mereka dengan pendekatan yang lebih partisipatif, dan membangun keyakinan dan harapan kita melalui aktivitas bersama yang penuh makna.
Penulis adalah Analis Kepegawaian BKD Provinsi Gorontalo.
Tenaga Psikologi Puspaga Gemilang Kab. Gorontalo
Sekretaris II HIMPSI Wilayah Gorontalo