GOPOS.ID, KOTA GORONTALO – Momen pengukuhan Guru Besar di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Selasa (24/06/2025) diwarnai aksi unik dan menyentuh yang dilakukan oleh Prof. Dr. Nurdin, SP., M.Si.
Dalam prosesi pengukuhan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Tanah dan Konservasi Lahan, Prof. Nurdin tampil berbeda dari para akademisi lainnya. Ia memilih menaiki Jhon Deere atau traktor pertanian saat memasuki halaman Auditorium UNG, tempat berlangsungnya acara.
Langkah tak biasa ini bukan sekadar aksi simbolik. Prof. Nurdin, yang dikenal sebagai akademisi rendah hati dan dekat dengan masyarakat tani, ingin menyampaikan pesan kuat melalui traktor yang mengantarnya menuju panggung kehormatan akademik.
“Ini bukan sekadar simbol. Ini pesan bahwa ilmu tidak boleh menjauh dari rakyat. Saya besar dari keluarga petani. Jonder ini lambang kerja keras dan kemajuan teknologi pertanian. Maka, biarlah jonder ini yang mengantar saya menuju kehormatan akademik tertinggi,” ujar Prof. Nurdin dengan mata berkaca-kaca.
Kehadirannya yang diiringi keluarga dan sejumlah mahasiswa dengan jonder, disambut hangat oleh para hadirin. Suasana berubah menjadi penuh semangat dan haru. Banyak yang mengabadikan momen itu sebagai bentuk apresiasi dan inspirasi.
Prof. Nurdin tampil dengan cara yang mencerminkan identitas dan semangat Fakultas Pertanian. Aksi ini tidak hanya menjadi peristiwa simbolik, tetapi juga penegasan akademisi tidak boleh melupakan akar budayanya dan rakyat yang menjadi sumber inspirasi perjuangan ilmu.
Sosok Ilmuwan dari Desa Transmigrasi
Prof. Nurdin Baderan bukan nama baru dalam dunia pertanian. Pria kelahiran 10 April 1980 itu berasal dari Desa Sidodadi, Kecamatan Boliyohuto, Kabupaten Gorontalo, sebuah desa transmigrasi. Lahir dari keluarga sederhana, ayahnya seorang petani dan ibunya ibu rumah tangga. Sejak kecil, Nurdin telah menunjukkan semangat belajar tinggi.
Ia adalah anak sulung dari sebuah keluarga yang hidup dengan kerja keras. Cita-citanya sederhana, menjadi Insinyur Pertanian yang bisa mengangkat ekonomi keluarga. Namun, berkat kegigihan dan prestasinya, ia berhasil menyelesaikan pendidikan S1, S2, hingga S3 dengan beasiswa.
Magister ia raih dari Institut Pertanian Bogor (IPB), dan gelar doktor diperoleh dari Universitas Brawijaya — dua perguruan tinggi terbaik di Indonesia dalam bidang pertanian.
Prof. Nurdin juga pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Boalemo, serta aktif sebagai Ketua Himpunan Alumni Ilmu Tanah Indonesia (HITI) wilayah Gorontalo. Ia dikenal sebagai satu-satunya ilmuwan dari Indonesia Timur yang bergelar Profesor dengan keahlian khusus di bidang ilmu tanah dan konservasi lahan.
Ilmuwan yang Membumi
Dedikasi Prof. Nurdin terhadap dunia pertanian tidak berhenti di ruang kelas atau laboratorium. Ia aktif turun ke desa-desa, mendampingi petani, memberikan edukasi, dan mengembangkan konsep pertanian berkelanjutan berbasis sumber daya lokal. Ia juga aktif menulis buku dan jurnal ilmiah yang fokus pada pertanian dan konservasi lahan di wilayah timur Indonesia.
Pengukuhan sebagai Guru Besar ini pun menjadi pengakuan atas seluruh dedikasi tersebut. Rektor UNG, Prof. Dr. Ir. Eduart Wolok, S.T., M.T., IPM., ASEAN.Eng, turut memberikan apresiasi atas peran dan kontribusi Prof. Nurdin selama ini.
“Beliau adalah sosok ilmuwan yang tidak pernah meninggalkan ladang gagasannya. Bahkan dalam proses pengukuhan guru besar ini pun, beliau masih memberikan pesan kuat tentang pentingnya menjembatani ilmu dan praktik di lapangan,” ungkap Prof. Eduart.
Dengan pengukuhan ini, Prof. Nurdin Baderan tak hanya mengukir sejarah sebagai ilmuwan, tetapi juga sebagai simbol pengabdian ilmu kepada masyarakat. Aksi naik jonder bukan sekadar gaya, melainkan sebuah narasi kuat tentang bagaimana ilmu seharusnya berpijak pada bumi, dan bergerak bersama rakyat. (Yusuf/Gopos)