Oleh: Dr. Ivan Rahmat Santoso, SEI., MSI
Musim kemarau yang berlangsung beberapa saat ini cukup memberikan tekanan bagi masyarakat. Setidaknya penulis merasakan sendiri kondisi panas yang dirasakan beberapa hari ini. Masyarakat khususnya di Gorontalo cuaca panas mungkin sudah menjadi hal yang tidak asing lagi. Namun beberapa hari terakhir ini suhu panas ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Gorontalo menginformasikan jika cuaca panas ekstrem akan berlangsung hingga akhir September atau awal Oktober 2023.
Dalam sudut pandang ekonomi musim kemarau yang berlangsung mempunyai efek positif maupun negatif pada sebagian kalangan masyarakat. Sisi positifnya cuaca panas menjadi peluang rezeki untuk meraup keuntungan bagi penjual minuman dingin, hal ini terbukti dengan menjamurnya para pedagang yang menjual produk penghilang dahaga tersebut baik di wilayah perkantoran, kampus maupun tempat umum.
Beberapa tempat makan yang menyajikan minuman dingin juga tidak luput dari para konsumen yang ingin bersantai. Sebagai contoh salah satu tempat yang terbilang baru dan selalu ramai yaitu raja es yang berlokasi  di jalan Nani Wartabone Kota Gorontalo. Tempat makan yang mempunyai menu utama minuman es tersebut selalu ramai dikunjungi beberapa hari terakhir ini.
Dampak negatif dari musim kemarau bisa dilihat secara spesifik dari naiknya harga olahan pangan. Hal ini bisa dibilang merupakan suatu kewajaran dikarenakan musim kemarau yang panjang berakibat gagalnya panen beberapa hasil pertanian ataupun hasil yang didapatkan kurang maksimal akibat lahan kering dan sukar ditanami, hal tersebut dapat memicu kelangkaan bahan pangan yang mengakibatkan naiknya harga jual. Terlebih bagi petani yang memang menggantungkan hidupnya pada usaha tersebut. Keberhasilan pertanian berpengaruh besar terhadap perekonomian masyarakat baik itu petani maupun usaha lainya.
Kesimpulannya musim kemarau yang berlangsung saat ini mempunyai dampak yang berbeda beda pada beberapa kalangan masyarakat, terlepas apakah itu bersifat positif maupun negatif, kondisi ini harus disikapi dengan bijak oleh masyarakat khususnya di daerah Gorontalo. Setidaknya ada beberapa hal yang harus menjadi bahan perenungan dan solusi bagi masyarakat menghadapi perubahan iklim:
pertama, khusus masyarakat yang berprofesi sebagai petani di bidang pengolahan pangan merupakan kelompok yang paling rentan terhadap perubahan iklim, upaya untuk meningkatkan adaptasi petani terhadap perubahan iklim terhambat oleh kurangnya informasi tentang bagaimana mereka mengalami dan merespons perubahan iklim. Untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim, petani dapat mengambil langkah-langkah adaptasi untuk mencapai ketahanan pangan, pendapatan dan penghidupan mereka.
kedua, bagi masyarakat umum salah satu cara termudah yang bisa dilakukan saat ini adalah dengan menghemat air. Ketika musim hujan tiba dan persediaan air melimpah, banyak orang yang lupa akan ada musim kemarau setelahnya. Jika tidak menghemat air, kemungkinan besar persediaan air akan semakin terbatas saat musim kemarau. Namun tentunya hal ini perlu dilakukan bersama-sama dengan banyak pihak agar kecukupan air di musim kemarau dapat terwujud.
Selain itu di beberapa lokasi yang rawan kekeringan tetap perlu waspada dan sebisa mungkin menghemat air. Masyarakat bisa melakukan konservasi sederhana, misalnya dengan menanam pohon dan melakukan resapan air agar pada saat musim kemarau kondisinya tidak kering. Mari sikapi kondisi iklim saat ini dengan bijak. Wallahu a’lam bish-shawab
Penulis adalah Dosen pada program studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Gorontalo