GOPOS.ID, POHUWATO – Nampaknya persoalan tambang di wilayah Kabupaten Pohuwato tidak ada habisnya. Bahkan baru-baru ini, disinyalir akibat dampak dari aktivitas tambang ilegal, warga di wilayah Kecamatan Popayato Timur dan sekitarnya mengalami krisis air bersih.
Persoalan krisis air bersih di wilayah itu sudah berangsur lama sejak Agustus 2024, terutama sejak adanya aktivitas tambang ilegal. Bahkan mereka mengaku sampai saat ini masih sulit memperoleh air bersih.
Di beberapa tempat yang terdampak seperti Kecamatan Popayato, Popayato Timur dan Popayato Barat, masih banyak warga mengeluhkan persoalan air bersih. Untuk bisa mendapatkan air bersih sebagian dari mereka harus membeli air galon di depot isi ulang demi keperluan sehari-hari.
Seperti yang disampaikan Sekretaris Desa Telaga Biru, Mohamad Jamil Panyili, meminta agar pihak PDAM dapat memaksimalkan sistem perairan yang ada saat ini. Adapun hal-hal mengenai aktivitas pertambangan ilegal yang berdampak pada krisis air bersih, bisa dicarikan solusinya.
Sebagai pelanggan, Jamil mengaku air milik PDAM keruh sampai berjam-jam. Bahkan belakangan ini diawal Januari 2025 warga selalu diperhadapkan dengan kondisi air keruh.
“Kami berharap pihak PDAM dapat memberikan pelayanan terbaik dengan hasil yang maksimal,” pintanya.
Awalnya, kata Jamil, mereka mengira air keruh hanya disebabkan oleh faktor alam seperti hujan. Namun setelah dilakukan pengecekan di lapangan ternyata terdapat aktivitas pertambangan ilegal yang menyebabkan air menjadi keruh.
“Jadi mungkin setelah kami konfirmasi ke pihak PDAM, mereka mengatakan pihaknya akan maksimal untuk pelayanan ini. Jadi kami juga meminta ke masyarakat secara bersama memerangi air keruh ini,” kata dia.
“Di akhir Desember juga warga masih merasakan air yang keruh. Persoalan air bersih sengaja disampaikan karena demi kepentingan masyarakat,” timpanya.
Sementara itu, menurut penjelasan Direktur PDAM Tirta Maleo Kaharudin Rahim, penyebab air keruh disebabkan adanya curah hujan cukup tinggi. Ketika terjadi curah hujan maka pihak PDAM menggunakan sistem pengolaan yang ada di masing-masing KK.
“Karena di Pohuwato kita ada 13 KK sistem pengolahan. Seperti yang berada di kilo 13, kita menggunakan sistem jaringan pipa ke pengolahan PDAM,” jelas Kaharudin.
Terkait berapa lama air keruh, kata Kaharudin, tergantung alam saat curah hujan tinggi. Ketika ada masyarakat yang tidak terjangkau dengan air PDAM, maka dibantu dengan cara pendistribusian melalui mobil tangki.
Kamarudin juga warga di wilayah Popayato grup sudah lama mengalami krisis air bersih. Akan tetapi, menurut dia, dengan adanya sistem distribusi air bersih warga bisa memahaminya.
“Pihak PDAM sendiri telah mengantisipasi ketika air keruh dengan mendistribusikan air bersih menggunakan mobil tangki tiap minggu sekali di beberapa wilayah,” katanya.
Namun ketika disinggung air keruh disebabkan oleh aktivitas pertambangan liar, Kaharudin enggan berkomentar lebih jauh terkait masalah itu.
Krisis air bersih di wilayah Popayato seharusnya menjadi perhatian serius dan dicarikan solusinya. Namun kenyataannya Pemerintah Kabupaten Pohuwato terkesan hanya bungkam dan tidak ada reaksi.(Isno/gopos)