GOPOS.ID – Wabah virus korona (Covid-19) berefek domino. Tidak hanya sektor kesehatan. Wabah yang melanda tanah air sejak awal Maret 2020 itu berdampak ke berbagai lini. Kondisi ekonomi pun ikut lemas seiring wabah korona yang kian mengganas.
Adi menatap lamat-lamat layar smartphone di lengannya. Sembari menghela napas dalam-dalam, pria berkulit sawo matang itu memandang jauh ke ke kiri dan ke kanan.
“Sepi…,” ucapnya kepada lelaki yang duduk di sampingnya.
Sudah hampir setengah hari, Adi duduk menunggu di sebuah pangkalan becak motor (bentor) yang terletak di seputaran Jl. Nani Wartabone (eks. A.Yani) Kota Gorontalo. Namun pria yang sehari-hari bekerja sebagai abang bentor itu baru mengantongi beberapa lembar uang Rp2.000.
“Sudah mau satu bulan begini. Sepi sekali penumpang,” ungkapnya.
Kondisi yang dialami Adi dialami oleh sebagian besar para pengemudi bentor di Gorontalo. Sejak kebijakan belajar dan bekerja dari rumah diberlakukan, seiring upaya pencegahan Corona Virus Disease (Covid-19), pendapatan para abang bentor menurun drastis. Dari sebelumnya rata-rata berkisar Rp50-60 ribu per hari, kini hanya berkisar Rp20-an ribu. Bahkan ada yang dalam sehari hanya mendapatkan Rp10 ribu.
“Penumpang kami umumnya para siswa/mahasiswa, dan pegawai/karyawan. Tapi sekarang mereka libur. Tidak ke sekolah, ke kantor, dan tidak ke mana-mana,” tutur Adi.
Setali tiga uang. Menurunnya pendapatan para abang bentor ikut berdampak terhadap para pedagang/kios Bahan Bakar Minyak (BBM) eceran. Sejumlah pemilik kios BBM eceran mengaku pembelian mengalami penurunan seiring berkurangnya lalu lalang kendaraan. Terutama para abang bentor.
“Biasanya dalam satu hari bisa 10-15 botol. Ini sudah tiga hari baru 5 botol,” ungkap Ka Mudu, salah seorang penjual BBM eceran di Jl. Raja Eyato, Kota Gorontalo.
Baca juga: Maklumat Bupati Gorontalo: Keluar Malam, Siap-siap Ditindak Satpol PP
kondisi ekonomi lemas akibat corona mengganas, ikut dirasakan oleh para pedagang makanan, serta pemilik rumah makan/restaurant. Kebijakan pemerintah mengurangi aktivitas pertemuan masal dan keramaian warga, berdampak signifikan para bagi pemilik rumah makan, dan restaurant.
“Lebih dari 75 persen (penurunan omset,red). Apalagi sekarang ada imbauan tidak boleh berkumpul. Jadi kami hanya sediakan pembelian untuk dibawa pulang. Tapi bapak tahu sendiri, sekarang orang-orang harus di dalam rumah,” ungkap salah seorang pemilik rumah makan yang enggan dipublish namanya.
Padahal, sebelumnya rumah makan tersebut, cukup ramai dikunjungi pengunjung. Apalagi pada waktu-waktu tertentu. Seperti saat jam makan siang, serta malam Kamis ataupun malam Minggu.
“Mau bagaimana lagi. Terpaksa karyawan untuk sementara dirumahkan dulu. Mudah-mudahan bisa segera kembali normal. Sudah hampir dekat Ramadan,” ucapnya penuh harap.
Menurunnya pendapatan rumah makan dan restauran, secara tidak langsung berdampak pula terhadap aktivitas di pasar tradisional. Sejumlah pedagang, terutama pedagang bahan pokok serta ikan mengakui bila pasca wabah korona mencuat, tingkat pembelian mengalami penurunan. Hal itu dipicu oleh menurunnya tingkat permintaan baik dari rumah tangga maupun pelaku usaha rumah makan.
“Pembeli yang datang sedikit. Makin hari makin sedikit. Walaupun kami sudah menurunkan harga, tetap saja yang datang berbelanja sedikit,” ujar Hamid Nusi, salah seorang pedagang di Pasar Limboto, Kabupaten Gorontalo.
Baca juga: Gubernur Sediakan Insentif Bagi Petugas yang Jaga Perbatasan Gorontalo
Kondisi ekonomi yang lemas akibat wabah korona yang mengganas, ikut pula dirasakan oleh sektor jasa perhotelan, serta penerbangan. Sejumlah hotel berbintang di Kota Gorontalo memilih tutup dan merumahkan karyawannya akibat dampak Covid-19. Keputusan itu diambil pengelola, dan manajemen hotel lantaran tak seimbangnya pendapatan dan biaya operasional yang harus dikeluarkan.
Kalangan pelaku usaha perhotelan, sebenarnya telah melakukan sejumlah upaya untuk menyiasati dampak korona. Di antaranya dengan memberikan promo khusus, serta penyediaan paket-paket tertentu. Akan tetapi strategi yang diterapkan itu tak memberikan hasil yang optimal.
“Kita sudah coba beri diskon, sampai paket-paket promo. Tapi ya begitulah, pengunjung yang datang sepi. Kemudian pertemuan-pertemuan juga dibatalkan,” tutur salah seorang manajer hotel berbintang di Kota Gorontalo.
Sementara itu, Man Pipii, salah seorang petugas porter di Bandara Djalaluddin Gorontalo, mengaku sejak merebaknya wabah corona arus penumpang di bandara menurun. Bahkan di awal April 2020, penerbangan yang masuk ke Gorontalo tinggal dua kali dalam sehari.
“Turun sekali Pak. Kalau sebelumya bisa Rp100 ribu per hari. Ini sekarang Rp20 ribu susah Pak. Kurang sekali penumpang,” katanya.
Imbas penurunan penumpang di Bandara Djalaluddin Gorontalo ikut dirasakan sejumlah sopir taksi. Sebagian dari mereka memutuskan untuk berhenti beroperasi lantaran terkadang harus pulang tanpa penumpang.(tim gopos)
Jika anda merasakan gejala batuk-batuk, demam, dan lainnya serta ingin mengetahui informasi yang benar soal Wabah Virus Korona (Covid-19) hubungi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Gorontalo: 0823-4663-1929 atau Kemenkes: 021-5210411 / 0812-1212-3119