GOPOS.ID – Pemilihan Umum (Pemilu) 17 April 2019 tinggal tersisa 43 hari lagi. Berbagai lembaga survei mulai mengeluarkan merilis hasil survei mereka. Ada yang menempatkan tokoh-tokoh baru untuk memperoleh suara terbanyak. Ada juga yang masih menempatkan incumbent sebagai kandidat kuat mengamankan kursinya.
Lantas bagaimana tanggapan para kandidat maupun maupun pimpinan Partai Politik di Gorontalo?
Ketua DPD I Partai Golkar Gorontalo, Rusli Habibie yang ditemui gopos.id di kediaman pribadinya di Moodu, Rabu (6/3) pagi mengungkapkan, Golkar mampu mempertahankan dua kursi DPR RI yang kini dimiliki. Bahkan berpotensi tiga kursi.
“Saya kurang tahu ya kalau Y-Publica mengeluarkan survei itu. Namun dari hasil survei Golkar terakhir yah tidak jauh berbeda. Caleg Golkar, Idah Syahidah dan Roem Kono masih berada di posisi tertinggi. Suara Golkar bahkan bisa memperoleh tiga kursi di DPR RI,” kata Rusli.
Lagi-lagi, survei bukan menjadi jaminan, tetapi rujukan untuk evaluasi. Menurut Rusli setiap survei yang dilakukan oleh lembaga survei atau caleg tertentu pastinya lebih melihat pada komposisi siapa yang ingin dimenangkan. Sehingga Idah maupun Roem Kono harus berfokus kepada kalangan bawah di waktu yang tersisa.
“Harus sosialisasi, harus kampanye. Manfaatkan waktu yang tersisa. Meski survei tinggi, tapi itu bukan jadi jaminan, itu tidak mutlak. Saya orang yang sudah berpengalaman terhadap survei ini, ketika jadi calon Bupati Gorut sampai dua periode saat ini,” terang Rusli.
Senada dengan Rusli yang tak ingin menjadikan survei sebagai patokan. Ketua DPD I Partai Gerindra yang juga Caleg DPR RI, Elnino Husein M. Mohi bahwa Gerindra tidak berpatokan kepada hasil survei. Sehingga hasil survei Gerindra tidak pernah dipublis.
“Biarlah Gerindra bergerak di bawah saja, di ujung-ujung TPS dan tidak membentuk opini melalui survei,” kata Elnino.
Baca juga : Berebut Tiga Kursi DPR RI, Siapa Paling Unggul?
Penegasan Elnino ini bukan tanpa acuan. Sebab dalam tiga kali pemilu terakhir (2004, 2009, 2014), juga Pilkada-Pilkada di Gorontalo, semua hasil survei beda jauh dengan fakta yang terjadi.
“Sudah dua kali saya ikut pemilu, selalu saja tidak muncul di survei. Di 2009 menurut survei saya urutan 10, tidak tahu jadinya 3. Di 2014 menurut survei saya urutan 8, jadinya urutan 3. Begitulah kuasa Allah. Ada takdir dan jalan-jalan Allah yang kita tidak ketahui,” tegas Elnino.
Pendatang baru, Partai NasDem di Gorontalo berpendapat sama. Mengusung tokoh sekelas Rachmad Gobel yang pernah menjadi Menteri Perdagang di era Presiden Joko Widodo.
Dan memiliki latar belakang keluarga masyhur di Bumi Serambi Madinah. Partai NasDem berpendapat bahwa hasil survei Y Publica tersebut berbeda jauh dengan yang telah dilakukan internal.
“Yang pasti kalau survei seperti ini, tentu kita memperhatikan lembaga mana yang melakukan survei tersebut. Karena pastinya lembaga survei pasti berbeda-beda. Kami menggunakan lembaga survei untu mengukur kinerja kita. Kebetulan hasil dengan lembaga yang kita gunakan berbeda,” ucap Eka Abdul Wakil ketua Komisi Saksi Nasdem Provinsi Gorontalo.
Baca juga : Idah, Rachmad, Hana Kans Kuat DPR RI
Terakhir, ketua DPD I Partai Demokrat Gorontalo, Gusnar Ismail mengaku bahwa sejauh ini yang dilakukan adalah intens untuk sosialisasi dari rumah ke rumah. Sebab menggunakan lembaga survei, ia tak mengetahui metode yang digunakan. Hasil akhir ditentukan oleh perhitungan TPS, bukan hasil survei tersebut.
“Kita kan tidak tahu gimana mereka mengambil simple. Sejauh ini saya turun lapangan, dan saya optimis dengan kinerja mesin partai serta kader-kader partai saya untuk intens mengkampanyekan program Demokrat di masyarakat. Kami bisa meraih satu kursi di DPR RI,” tegas caleg Partai Demokrat untuk ke DPR RI itu. (andi/gopos)