Lillyan Hadjaratie, Abdul Haris Panai, Sitti Roskina Mas, Nina Lamatenggo
(Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen Program Doktor Pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo)
Korea Selatan termasuk salah satu negara maju di dunia. Negara ini memiliki ekonomi yang kuat dan terus berkembang, serta memiliki teknologi yang canggih dan modern. Sistem pendidikan tinggi Korea Selatan adalah salah satu indikator kemajuan negara tersebut. Korea Selatan memiliki beberapa universitas yang terkenal di dunia dan mempunyai reputasi yang sangat baik, seperti SKY yang merupakan istilah yang merujuk pada tiga universitas terkenal di Korea Selatan yaitu Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University. Selain itu, Korea Selatan juga memiliki banyak universitas terkemuka lainnya yang juga menawarkan program studi yang menarik dan berkualitas tinggi bagi mahasiswa lokal maupun internasional, diantaranya adalah Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) dan Pohang University of Science and Technology (POSTECH) yang merupakan dua universitas yang terkenal dalam bidang teknologi dan sains.
Untuk bisa masuk ke Perguruan Tinggi di Korea Selatan, pada tahun terakhir sekolah menengah atas, siswa harus mengambil tes standar nasional yang diakui secara resmi oleh semua universitas di Korea Selatan, yaitu Test Suneung (수능) atau yang disebut juga dengan College Scholastic Ability Test (CSAT). Test ini dianggap sebagai test yang sangat sulit dan memiliki pengaruh besar terhadap karir akademik dan profesional siswa Korea Selatan, sehingga banyak siswa yang mempersiapkan diri selama bertahun-tahun untuk mengambil test ini, dengan mengambil kursus persiapan Test Suneung dan menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari untuk mempersiapkan diri dengan baik. Tetapi tidak semua perguruan tinggi di Korea Selatan, menggunakan Test Suneung sebagai satu-satunya kriteria untuk penerimaan mahasiswa mahasiswa baru. Beberapa Universitas membuka jalur penerimaan alternatif bagi siswa yang tidak lulus Test Suneung seperti berdasarkan prestasi akademik maupun non-akademik. Selain Test Suneung, beberapa Perguruan Tinggi di Korea Selatan memiliki kriteria tambahan dalam memilih mahasiswa baru, seperti surat rekomendasi, wawancara, dan test kemampuan Bahasa Inggris. Bagi mahasiswa internasional, Test Suneung juga bukan merupakan satu-satunya pilihan untuk masuk ke Peguruan Tinggi di Korea Selatan. Beberapa universitas menerima hasil test internasional seperti SAT (Scholastic Assessment Test) dan ACT (American College Test) sebagai kriteria penerimaan mahasiswa baru pengganti Test Suneung, namun wajib memiliki persyaratan tambahan seperti kemampuan Bahasa Korea yang cukup dan test standar internasional seperti TOEFL dan IELTS. Setiap Perguruan Tinggi memiliki persyaratan yang berbeda-beda dalam menerima hasil test internasional. Hal ini tergantung pada kebijakan dan program studi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi tersebut. Namun demikian, Test Suneung tetap dianggap sebagai faktor penting dalam seleksi mahasiswa baru di Korea Selatan, karena sebagian besar universitas di Korea Selatan memberikan prioritas kepada hasil Test Suneung, khususnya untuk mahasiswa lokal. Test Suneung dianggap sebagai standar yang adil dan objektif bagi semua siswa yang mengambilnya.
Sebagai sebuat test yang sangat sulit dan memerlukan persiapan yang intensif, Test Suneung memiliki dampak negatif yang cukup signifikan bagi siswa dan masyarakat Korea Selatan, diantaranya adalah stress dan tekanan pada siswa, serta trend belajar yang tidak sehat. Test Suneung dianggap sebagai ujian hidup bagi banyak siswa di Korea Selatan. Beberapa siswa harus berlatih selama bertahun-tahun untuk mempersiapkan diri untuk Test Suneung sehingga menimbulkan stress yang dan tekanan yang cukup tinggi pada siswa. Karena Test Suneung sangat penting, banyak siswa di Korea Selatan cenderung belajar dengan cara yang tidak sehat. Beberapa siswa belajar hingga larut malam atau mengkonsumsi obat penambah stamina untuk tetap bisa fokus dalam belajar dan berlatih. Hal ini mengakibatkan banyak siswa di Korea Selatan mengalami kelelahan fisik, depresi, dan kelelahan mental. Tidak sedikit siswa harus rela meninggalkan hobinya, mengurangi waktu bermain dengan teman-teman, dan tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena fokus mengikuti kelas persiapan Test Suneung secara intensif.
Selain memberikan dampak negatif, Test Sunenung juga memiliki sisi positif, seperti mendorong siswa untuk senantiasa belajar dengan tekun dan disiplin untuk dapat berhasil dalam test tersebut. Sehingga Test Suneng membantu mengembangkan kebiasaan belajar siswa yang baik, yang juga dapat memotivasi siswa untuk meraih prestasi akademik yang lebih tinggi. Meskipun Test Sunenung sangat sulit, siswa yang berhasil dalam test ini akan memiliki kesempatan untuk masuk ke perguruan tinggi terbaik di Korea Selatan yang menawarkan pendidikan berkualitas tinggi dengan fasilitas terbaik serta diakui secara internasional. Test Suneung menyediakan standar seleksi yang jelas dan adil, sehingga siswa diberikan kesempatan yang sama untuk dapat bersaing tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi mereka.
Test Sunenung tidak hanya menentukan siswa masuk ke Perguruan Tinggi, tetapi juga dapat mempengaruhi prospek pekerjaan sesorang di Korea Selatan. Pada umumnya, perusahaan besar di Korea Selatan mempertimbangkan nilai Test Suneung sebagai salah satu faktor penting dalam rekrutmen karyawan baru. Semakin tinggi nilai hasil Test Suneung maka semakin tinggi pula kesempatan seseorang untuk diterima di perusahaan besar dan terkenal di Korea Selatan. Tetapi tidak semua perusahaan di Korea Selatan mempertimbangkan nilai Test Suneung sebagai faktor penentu dalam perekrutan. Beberapa perusahaan tetap mengutamakan pengalaman dan ketrampilan yang relevan dengan pekerjaan yang dilamar daripada hanya berfokus pada nilai Test Suneung.
Test Suneung yang berlangsung selama 8 (delapan) jam dalam satu hari tersebut secara rutin diadakan setiap tahun pada minggu kedua bulan November, yang terdiri dari enam mata pelajaran, yaitu Bahasa Korea, Matematika, Bahasa Inggris, Sejarah Korea, Bahasa asing kedua misalnya Bahasa Tingkok Klasik, serta mata pelajaran pilihan. Jumlah pertanyaan untuk test Bahasa Korea kurang lebih 45 pertanyaan dan harus diselesaikan dalam waktu 80 menit, Matematika 30 pertanyaan selama 30 menit, Bahasa Inggris 45 pertanyaan dalam waktu 45 menit, Sejarah Korea sebanyak 20 pertanyaan selama 20 menit, Bahasa asing kedua sebanyak 30 pertanyaan selama 30 menit, serta mata pelajaran pilihan sebanyak 20 pertanyaan dan harus diselesaikan dalam waktu 20 menit. Semua soal dikerjakan dalam format pilihan berganda kecuali Bahasa Korea.
Pada hari pelaksanaan Test Suneung, suasana kota di Korea Selatan sangat berbeda dari hari-hari biasa. Banyak jalan dan akses menuju lokasi ujian yang ditutup untuk memastikan kelancaran pelaksaan test tersebut. Banyak toko dan restoran di sekitar lokasi tes yang menawarkan promo khusus untuk siswa yang akan mengikuti test. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pemberian dukungan dan semangat kepada para siswa yang sedang menghadapi test yang sangat sulit namun penting dalam hidup mereka. Para orang tua juga turut berpartisipasi dalam memberikan dukungan, dengan berkumpul di luar lokasi test dan mendoakan serta memberikan semangat pada para siswa yang akan menghadapi Test Suneung. Meskipun suansana di hari pelaksanaan Test Suneung terlihat sangat mendukung, namun pada saat yang sama terdapat pula perasaan tegang dan cemas yang dirasakan oleh para siswa yang mengikuti test tersebut, karena hasil dari Test Suneung merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan masa depan mereka, sehingga banyak dari mereka yang merasa tertekan namun tetap berusaha keras untuk mendapatkan hasil terbaik dalam Test Suneung yang diikuti. Tidak sedikit siswa yang gagal dalam Test Suneung, sehingga menyebabkan kekecewaan yang besar. Beberapa siswa mungkin putus asa dan tidak memiliki motivasi untuk melanjutkan pendidikan, tetapi banyak juga yang masih memiliki semangat untuk mengulang tes di tahun berikutnya atau memilih untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi yang kurang terkenal atau diluar Korea Selatan, melalui jalur alternatif yang tersedia.(*)