“Gubernur memilih untuk bertindak dan bekerja dibanding mencari kesalahan, apalagi hanya untuk berpura-pura dan diam”.
Banjir bandang diawal bulan Juni terus berlanjut hingga awal Agustus 2020, jika dihitung dalam sebulan total banjir melanda Gorontalo sudah terjadi lebih kurang delapan kali.
Akibatnya, tidak hanya kerugian materi dialami warga terdampak, bahkan sudah menelan korban jiwa. Penyebab banjir tentu saja beragam alasan dikemukakan, akibat ulah tangan manusia, curah hujan cukup tinggi, tanggul jebol, hingga merengsek pada tak ada kepedulian pemerintah.
Padahal, saat banjir menerjang pertama kali di tahun 2020, Gubernur langsung bertindak cepat menginstruksikan instansi terkait untuk segera memprioritaskan keselamatan warga.
“Saya perintahkan semua dinas terkait bergerak cepat, amankan dan selamatkan warga dari hantaman banjir yang lebih besar. Dinas Sosial, BPDB, PMII dan unsur terkait segera bergerak”.
Dibalik cerita itu, ada sekelompok kecil masyarakat yang terus meniupkan terompet kebencian untuk menyalahkan Gubernur.
Seolah semua persoalan ini adalah tanggungjawab tunggal seorang Gubernur. Apakah Gubernur marah ? menyalahkan orang lain ?
“Tidak perlu mencari-cari kesalahan orang lain atas musibah banjir. Bekerja ikhlas, saya tidak ada kepentingan apa-apalagi selain untuk bekerja, bekerja, bekerja demi masyarakat saya”.
Dikritik, dibully bahkan difitnah Gubernur tidak marah justru menambah imun dan nutrisi baginya untuk terus berkarya. Hasilnya, warga dididik, diyakinkan bahwa persoalan banjir ini sudah lama diupayakan untuk diatasi.
Datang berulang kali menemui masyarakat, mengajak mereka diskusi dan memberikan pemahaman detail soal program dan kebijakan yang telah dikerjakan selama menjabat Gubernur Gorontalo.
“Strategi jangka pendek besok saya perintahkan instansi terkait untuk menyiapkan karung berisi pasir untuk mengantisipasi kemungkinan naik air sungai ke rumah warga, sambil berjuang untuk pembangunan waduk Bone Ulu yang mampu menampung 70-80 persen air hujan yang mengalir sampai ke daerah kota”.
Apa reaksi warga ? Warga bersyukur memiliki pemimpin yang peduli dengan kegelisahan dan keresahan warganya soal banjir. Ucapan syukur itu mengalir sembari mengucap terima kasih atas dedikasi Gubernur selama ini.
Hal ini bukan semata-mata untuk merespon kritik dan bully dari sekelompok kecil orang, tapi membuktikan bahwa pemimpin itu dinilai dari ucapan yang sejalan dengan tindakannya.
Ya, begitulah potret kepemimpinan Gubernur, tidak mencari-cari kesalahan, tidak pernah menunjukkan raut wajah marah disaat kinerjanya dikritik, inilah pesan tersirat dari kerja-kerja Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie.
Penulis: Novalliansyah Abdussamad