Oleh Muhammad Arif Hidayatullah Bina
Ketua DPD IMM Gorontalo Bidang Media dan Komunikasi.
Hidup selalu mensicayakan banyak hal yang saling berkontradiksi, bernegasi dan bermediasi. Menurut Hegel menyadari keseluruhan hal-hal itu adalah titik tumpu dari berfikir dialektis. Mengenai hal ini, Hegel menekankan bahwa dalam berfikir dialektis sama sekali tidak mengenal kompromi. Kompormi baginya adalah upaya untuk meniadakan unsur-unsur yang bertentangan. Sementara pemikiran dialektis mengharuskan segala hal di atas untuk saling bertarung karena dianggap memiliki potensi kebenarannya masing-masing sehingga peniadaan unsur-unsur itu tidak boleh ada.
Lantas, kapan kita bisa ketemu dengan synthesis atau kesimpulan dari satu permasalahan? Menjawab ini, dialektika yang dirumuskan oleh Hegel tidak bisa hanya disederhanakan dengan rumusan thesis-anti thesis dan synthesis. Hal ini, hanya akan mengaburkan dan mengakibatkan banalitas dalam berfikir. Asbab dengan membiarkan segala sesuatu saling bernegasi, saling mengingkari dan dingkari, pengetahuan kita tentang segala sesuatu akan semakin diperkaya. Ketika unsur-unsur tersebut saling bermediasi, kita akan mengetaui kebenaran sesuatu dari sudut pandang lain yang diperantarai oleh lawan atau kawan diskusi kita.
Musyda IMM harusnya menjadi pusat segala prespektif, ide dan gagasan dipertahankan dan diperdebatkan secara dialektis. Bukan menjadi ajang pemaksaan gagasan dengan embel-embel senioritas dan garis komando struktural. Setiap kader di setiap level kepeminpinan berhal mendengar dan didengarkan ide dan pengetahuannya. Dengan demikian cita-cita inklusif dan berkemajuan yang menjadi tema besar Musyda IMM Gorontalo tahun ini akan akan berhasil diwujudkan.
Selamat bermusyawarah. (*)