GOPOS.ID, GORONTALO – Sejulmlah istilah dalam penanganan pandemi virus corona (Covid-19) mengalami pergantian. Terkait hal itu, Rektor Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Eduart Wolok, menilai penggunaan kata yang sulit dimengerti menjadi salah satu penghambat besar dalam penganan Pandemi Covid-19.
Penilaian itu disampaikan Eduart dalam pemaparan hasil pendampingan pencegahan Covid-19 di Kabupaten Pohuwato, Jumat (17/7/2020). Menurut Eduart, sebaik apapun sistem yang dijalankan penanganan pandemi, jika tidak tersampaikan dan terkomunikasikan dengan baik kepada masyarakat maka akan sulit untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
“Dari new normal menjadi adaptasi kebiasaan baru. Juga PDP, ODP dan lainnya telah diganti. Karena memang sulit tersampaikan dengan baik ke masyarakat,” ungkap Rektor UNG.
Eduart mengatakan, hasil pendampingan di Kabupaten Pohuwato merupakan keberhasilan dalam kajian pandemi di setiap kabupaten/kota di Gorontalo. Tidak hanya penanganan pandemi, Rektor juga menegaskan telah melakukan kajian dari sosial maupun ekonomi.
“Ini pertama. Sudah beberapa daerah yang minta kami dampingi, dan selesai duluan adalah Pohuwato. Saya inginkan memang begitu,” jelas Eduart.
Pendampingan ini menjadi penting agar pengambilan kebijakan penanganan pandemi Covid-19, sesuai dengan kondisi masyarakat. Sehingga hasil pendampingan telah sampaikan apa adanya, sehingga tugas pemerintah daerah untuk terus mengimplementasikannya.
Dilihat dari angka yang menjadi rujukan, Kondisi Covid-19 di Pohuwato, bisa dikendalikan dengan baik. Sehingga jumlah pasien mulai menurun, namun bukan herarti penerapan protokol kesehatan dan berbagai upaya penanganan pandemi, bisa dilonggarkan.
“Meskipun begitu, protokol Kesehatan bukan berarti mulai dilonggarkan, karena ini yang akan memunculkan penyakit kembali. Akhirnya jumlahnya akan naik lagi. Selama belum ada vaksinya kita harus tetap sigap dalam penanganan pandemi ini,” tutup Rektor UNG. (Aldy/gopos)