GOPOS.ID, GORONTALO – Kasus gangguan jiwa di Gorontalo terbilang cukup tinggi. Sepanjang Januari hingga Juni 2020, tercatat jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Provinsi Gorontalo sebanyak 1.648 jiwa.
Jumlah tersebut merupakan akumulasi penderita gangguan jiwa yang ada di kabupaten/kota se-Provinsi Gorontalo. Meliputi gangguan jiwa ringan hingga berat. Sebelumnya pada 2019, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mencatat jumlah penderita gangguan berat yang dilayani sebanyak 1.493 jiwa.
Kabupaten Gorontalo menempati urutan pertama dalam hal jumlah ODGJ di Gorontalo, yakni sebanyak 672 jiwa. Kemudian Bone Bolango sebanyak 272 jiwa. Disusul Kota Gorontalo sebanyak 266 jiwa; Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 160 jiwa; Pohuwato sebanyak 152 orang; serta Boalemo sebanyak 126 jiwa.
Sementara itu, dari total penderita gangguan jiwa sebanyak 1.648 jiwa, ada tujuh di antaranya sempat melakukan percobaan bunuh diri.
Baca juga: Pemprov Gorontalo Buka Kembali Sekolah Senin Depan
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Keswa, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Jeane Dalie, menjelaskan pihaknya terus menelusuri fenomena meningkatnya ODGJ di Gorontalo. Penelusuran dilakukan melibatkan Puskesmas Kota Utara dan pengelola Program Kesehatan Jiwa (Keswa).
“Ada beberapa yang ditemukan di jalanan. Mereka sedang jalan kaki dengan perasaan takut dan pandangan kosong,” ungkap dr. Jeane Dalie.
Lebih lanjut, dr. Jeane mengatakan proses penelusuran kasus ODGJ di Gorontalo sejauh ini berjalan baik. Proses pengobatan pasien pun berjalan dengan lancar. Hal itu dibuktikan dengan pihak keluarga yang kooperatif membantu petugas memberikan terapi.
“Kesehatan jiwa sama berharganya dengan kesehatan fisik. Apa artinya fisik sehat dan ideal, tetapi jiwa kita terganggu,” tutur dr. Jeane.
Untuk menjaga kesehatan jiwa ada beberapa anjuran yang dapat dilakukan. Antara lain menyediakan waktu untuk melakukan hobi atau kegiatan yang menyenangkan. Menyediakan waktu santai ketika sedang istirahat dari rutinitas kerja. Rajin menggerakkan badan seperti berolahraga, berjalan di taman, atau mengerjakan pekerjaan rumah.
“Konsumsi makanan yang sehat. Hindari alkohol, dan obat terlarang. Bicarakan masalah atau perasaan yang dihadapi pada orang yang dipercaya,” urai dr.Jeane.
Anjuran lainnya, menerima diri sendiri dengan kekurangan yang ada. Bangga atas kelebihan yang dimiliki, serta menetapkan tujuan yang realistis. Kenali penyebab stress, dan respon diri terhadap stress.
“Terpenting selalu menjaga spiritualitas dengan berdoa dan menjalankan ritual keagamaan,” imbau dr. Jeane.(muhajir/gopos)