GOPOS.ID KOTA GORONTALO – Wali Kota Gorontalo Marten A. Taha, menghadiri Peringatan Haul Syech Ali Rahman atau yang dikenal dengan Bapu Mato Mela, Ta Ja Oyibuo yang dilaksanakan pada Selasa, (10/5/2022) atau 9 Syawal 1443 Hijriah yang bertempat di Masjid Al-Ikhwan Kelurahan Bulotadaa Barat, Pemerintah Kota Gorontalo akan usulkan makam Syech Ali Rahman menjadi cagar budaya, dan tempat wisata religi.
Marten mengatakan bahwa Pemerintah Kota Gorontalo mengapresiasi pelaksanaan Haul Pertama Syech Ali Rahman yang merupakan hasil sinergitas Pemerintah Kota Gorontalo dengan seluruh masyarakat dalam menyukseskan wisata religi di Kota Gorontalo.
“Tercatat pada arsip pemerintah ada 22 makam keramat yang pemeliharaannya dan promosi menjadi wisata religius yang sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah Kota Gorontalo. Ke depan, makam Syech Ali Rahman akan kita masukan sebagai bagian dari wisata religi yang ada di Kota Gorontalo. Nantinya, pemerintah akan melakukan penataan akses jalan dan informasi mengenai Syech Ali Rahman,” ungkapnya.
Ia berharap semoga acara seperti ini akan terus digalakkan setiap tahun karena merupakan sebagian ikhtiar untuk tidak melupakan mereka yang berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam di Kota Gorontalo.
Peringatan Haul Syech Ali Rahman dilaksanakan pertama kali setelah selesainya pemugaran makam Syech Ali Rahman oleh Majelis Muhyin Nufus Provinsi Gorontalo dan Universitas Negeri Gorontalo yang kemudian menjadi dasar untuk diusulkan sebagai Cagar Budaya.
Ketua Majelis Muhyin Nufus Gorontalo, Rusli Salamanya menjelaskan bahwa peringati haul Syech Ali Rahman Pertama kali di Gorontalo. Syaikh Ali Rahman juga dikenal dengan julukan “Bapu Mato Mela, Ta ja Oyiabu” Julukan ini bermakna seorang kakek dengan mata merah yang dilahirkan tanpa pusar.
“Peringatan haul ini merupakan sebuah wujud penghormatan dan kecintaan kepada salah seorang ulama besar yang andil dalam menyebarkan Islam di Gorontalo.” ujar Rusli Salamanya.
Baca Juga: Hindari Polarisasi, Airlangga Jadi Capres Paling Dipilih
Pernyataan senada juga dikatakan oleh Halid Lemba, Jama’ah Majelis Muhyin Nufus, bahwa mencintai ulama, selain meneladani kiprahnya, juga adalah dengan memeringati haulnya.
“Haul ini diperingati semata untuk mengingatkan kita kembali dengan akar Islam di Gorontalo yang tidak bisa dilepaskan juga oleh para alim ulama di masa lalu. Sehingga, memeringatinya adalah cara mengambil hikmah sebesar-besarnya untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” papar Halid. (Sari/rls/gopos)