Oleh: Rian Uno
(Ketua Bid. Organisasi Partai Golkar Pohuwato)
Tak ada yang menyangkal, jika di periode kedua sebagai Anggota legislator Bumi Panua (2019- 2024), Nasir Giasi harus rela kehilangan tampuk kepemimpinannya. Meski itu hanya bersifat sementara, tapi tetap saja kepemimpinan yang selama lima tahun digenggamnya harus lepas.
Padahal, semua publik tahu bahwa hasil pleno partai Golkar mengusulkan nama Nasir Giasi sebagai salah satu bakal calon Ketua DPRD Pohuwato yang diajukan ke DPP. Itu berarti, Nasir masih memiliki kans kuat untuk kembali memimpin singgasana DPRD Pohuwato lima tahun kedepan. Baik sebagai pimpinan sementara maupun definitif.
Namun, sang dewi fortuna belum berpihak kepadanya. Saat pelantikan DPRD kemarin, publik dibuat kaget. Partai Golkar malah menunjuk dan menugaskan kader lain menjadi pimpinan sementara DPRD. Alasannya sederhana, yakni demi mengisi kekosongan pimpinan DPRD dan menghargai proses di DPP Partai Golkar itu sendiri, yang konon belum selesai terkait penentuan empat nama bakal calon Ketua DPRD yang diajukan.
Secara psikologis kita bisa menilai, sebagai manusia biasa, Nasir bisa saja mengalami tekanan bathin yang kuat atau bahkan power syndrome. Namun, tidak demikian adanya. Nasir Giasi malah terlihat biasa saja. Tidak ada perubahan yang signifikan pada dirinya. Ia bahkan dengan gentle memberi pernyataan di media bahwa dirinya sangat menghargai keputusan partai. Terlebih keputusan itu, didaulat oleh Ketua Partai Golkar Syarif Mbuinga, sosok senior yang juga pemimpin yang ia banggakan dan hormati.
Fenomen ini tentu saja harus diakui sebagai salah satu esensi pembuktian tentang kekaderan. Dalam hal ini, Nasir Giasi, bukan hanya sosok kader yang bisa diandalkan, melainkan juga bagian dari potret kader yang loyalis. Nasir merupakan kader golkar yang potensial, juga sosok politisi yang memiliki naluri kepemimpinan yang bijak.
Meski kehilangan jabatan (sementara,red), Nasir senantiasa tampil apa adanya. Ia tetap loyal dan konsisten, serta enggan terlibat konflik dengan siapapun. Ia tetap ramah dan santun. Yang paling terpenting lagi, Nasir mampu menunjukkan jati dirinya sebagai kader ideal yang loyalis, yang bisa saja menjadi sumber referensi bagi politisi- politisi muda Pohuwato di masa mendatang. Semoga…!
‘Wallahu a’lam bishowaf’. (***)