Wisata paralayang kini hadir di Kabupaten Pohuwato. Lokasinya di Bukit Lelato, Desa Lomuli, Kecamatan Lemito. Selain memacu adrenalin, wisata paralayang turut menyajikan pemandangan alam yang memikat hati.
Muhajir S Matulu, Lemito
Mentari terus berajak meninggi di atas cakrawala Kabupaten Pohuwato. Berada di dekat garis khwatulistiwa membuat daerah berjulukan Bumi Panua itu memiliki suhu yang cukup panas.
Meski begitu, kondisi tersebut ini tak menyurutkan animo warga Desa Lomuli, Kecamatan Lemito. Walaupun harus berdiri di bawah terik matahari, mereka tetap antusias berkumpul di tanah lapang di desa tersebut. Menyaksikan sebuah sejarah baru dalam lembaran perjalanan sejarah Desa Lomuli.
Rabu, 11 November 2011, untuk pertama kalinya wisata olahraga paralayang hadir di Desa Lomuli. Tepatnya di Bukit Lelato. Olahraga terbang bebas menggunakan parasut ini berada pada ketinggian 460 meter di atas permukaan laut (MDPL). Untuk mencapai puncak Bukit Lelato, dibutuhkan waktu berjalan kaki hingga satu jam lebih. Kondisi jalan yang curam dan menanjak membuat perjalanan begitu menguras tenaga.
Dari atas Bukit Leato, panorama ditawarkan sangat memukau. Pemandangan Kecamatan Wanggarasi, Lemito dan Popayato ditambah birunya lautan begitu memikat hati.
Pukul 11.00 Wita, siang itu, Kepala Desa Lomuli, Abdul Kadir Yunus turut mencoba penerbangan perdana paralayang di Lomuli. Abdul Kadir lepas landas menggunakan parasut dari puncak Bukit Lelato bersama master paralayang, Haruman Jingga, yang didatangkan dari Jawa Barat.
“Bahagianya saya menikmati paralayang melihat pemandangan di bawah kecamatan Popayato sampai Wanggarasi. Luar biasa dan ini terwujud di desa saya sendiri,” cerita Abdul Kadir.
Abdul Kadir tidak pernah menduga bisa merealisasikan paralayang di desanya. Ia mengaku terinspirasi menggagas wisata paralayang di Desa Lomuli setelah studi banding di wilayah Jawa. “Saya terinspirasi kenapa di Jawa bisa di sini tidak bisa (membuat paralayang),” ungkap Abdul Kadir.
Melayang di ketinggian menggunakan paralayang menjadi sensasi tersendiri bagi Abdul Kadir. Ia pun sempat meneriakkan yel-yel hidup Desa Lomuli, sesaat akan mendarat.
Teriakan Kadir direspon warga Lomuli dengan tepukan tangan. Ia pun dihampiri serta dikelilingi warganya.
“Terima kasih warga Lomuli, tanpa dukungan dan doa kalian wisata ini takkan terwujud,” ungkap Kadir dengan wajah bersuka cita.
Kadir mengatakan bakal terus mengembangkan wisata paralayang di Lomuli. Ia berencana mengirim 4-5 anak muda di Lomuli untuk berlatih paralayang di Jawa. “Mereka nanti akan jadi master paralayang di Lomuli,” imbuhnya.
Selain itu, Kadir berharap wisata paralayang dapat berkembang dan mendapat dukungan dari pemerintah daerah dalam bentuk anggaran. Ia berencana membangun kareta gantung di tahun 2021 sebagai solusi sulitnya akses jalan menuju puncak Bukit Lelato.
“Semoga hadirnya wisata paralayang bakal meningkatkan ekonomi warga Lomuli,” kata Kadir penuh harap.(*)
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakah, Mohon maaf sebelumnya. Tahun take-off. 2011. Demikian. Wassalam.