GOPOS.ID, GORONTALO – Provinsi Gorontalo dikenal dengan daerah Adat bersendikan Syara, Syara bersendikan Kitabullah. Daerah ini memiliki banyak memiliki nilai tradisi budaya yang sering dijalankan terlebih di bulan Ramadan seperti sekarang.
Sebut saja malam Tumbilotohe atau Malam Pasang Lampu. Tradisi budaya yang sudah turun temurun sejak abad ke-15 ini menjadi kebiasaan masyarakat Gorontalo di tiga malam terakhir bulan Ramadan. Konon kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat untuk membantu menerangi jalan yang dulu belum memiliki listrik.
Di malam Tumbilotohe dahulu, banyak masyarakat yang antusias merayakannya dengan ragam cara. Ada yang membuat gerbang adat atau yang biasa disebut dengan Alikusu dan menyalakan lampu botol yang telah diisi dengan minyak tanah dan lain sebagainya.
Namun sayangnya seiring dengan perkembangan zaman, tradisi budaya leluhur Gorontalo ini sudah mulai tergerus. Beberapa tahun terakhir banyak masyarakat yang sudah beralih menggunakan lampu listrik untuk merayakan malam Tumbilotohe.
Belum lagi banyak rumah masyarakat yang sudah jarang melaksanakan tradisi ini dan cenderung berkelompok dengan menata sebuah lahan kosong untuk merayakan bersama.
Selain itu, langkanya minyak tanah untuk diperoleh masyarakat sekarang menjadi faktor penyebab antusias masyarakat menurun untuk mempertahankan tradisi tersebut.
Berangkat dari hal tersebut. Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas Pariwisata Provinsi dan Kabupaten Kota melahirkan sebuah gagasan bertajuk Green Tumbilotohe.
Green Tumbilotohe tersebut merupakan upaya pemerintah daerah untuk mengembalikan tradisi dan budaya masyarakat Provinsi Gorontalo jelang akhir Ramadan dengan tetap mengutamakan aspek nilai adat, agama, sosial, kearifan lokal yang tentu tidak mencemari lingkungan.
Di Green Tumbilotohe ini, Pemerintah daerah menggunakan lampu Padamala dari minyak kelapa dan kapas guna mengurangi pencemaran lingkungan yang dilaksanakan di enam Kabupaten Kota di Provinsi Gorontalo.
“Tumbilotohe ini perlu kita lestarikan. Ini bisa menjadi momentum masyarakat Gorontalo untuk berkumpul di setiap Ramadan. Tahun ini Pemerintah Provinsi Gorontalo mengusung Green Tumbilotohe yang ramah lingkungan dan religius sebagai upaya melestarikannya hingga anak cucu kita,” ujar Penjabat Gubernur Gorontalo Ismail Pakaya saat memberikan sambutan pada Festival Green Tumbilotohe di Taman Taqwa Bone Bolango, Ahad (7/4/2024).
Ismail pun mengungkapkan tradisi Tumbilotohe ini banyak diingat masyarakat Gorontalo yang ada di rantau jelang akhir Ramadan. Ditambahkannya, tahun ini Green Tumbilotohe dilombakan dan dinilai langsung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.
Di tempat yang sama, Deputi Industri dan Investasi Kemenparekraf RI, Rizay Handayani Mustafa menilai tradisi Tumbilotohe memiliki nilai religi dan kekeluargaan yang kental sehingga dia berharap tradisi tersebut harus menjadi kebanggaan masyarakat Gorontalo.
“Festival ini harus menjadi awal baliknya kembali gairah masyarakat Gorontalo untuk melestarikan tradisi dan ini memiliki potensi besar untuk mendatangkan wisatawan,” ucapnya.
Rizay pun berharap Festival Green Tumbilotohe akan menjadi karisma event nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI di tahun 2025.
Sementara itu, Bupati Bone Bolango, Merlan S Uloli ingin Festival Tumbilotohe di Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo bisa terus berkelanjutan sebagai upaya menjadi tradisi.(Indra/Gopos)