No Result
View All Result
gopos.id
  • BERANDA
  • NEWS
    • Hukum & Kriminal
    • Indepth News
    • INFOGRAFIS
    • Info Pasar
    • Olahraga
    • Pemilu
    • Peristiwa
    • Politik
  • DAERAH
    • Gorontalo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
    • Kabupaten Gorontalo
    • Boalemo
    • Bolmut
    • Kota Smart
    • Wakil Rakyat
  • NASIONAL
  • LIFESTYLE
    • Infotaintment
    • Kuliner
    • Tekno
  • Menyapa Nusantara
  • MULTIMEDIA
    • Foto
    • Video
  • Gopos Literasi
  • BERANDA
  • NEWS
    • Hukum & Kriminal
    • Indepth News
    • INFOGRAFIS
    • Info Pasar
    • Olahraga
    • Pemilu
    • Peristiwa
    • Politik
  • DAERAH
    • Gorontalo
    • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
    • Kabupaten Gorontalo
    • Boalemo
    • Bolmut
    • Kota Smart
    • Wakil Rakyat
  • NASIONAL
  • LIFESTYLE
    • Infotaintment
    • Kuliner
    • Tekno
  • Menyapa Nusantara
  • MULTIMEDIA
    • Foto
    • Video
  • Gopos Literasi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
gopos.id

Masjid Raya yang Agung di Gorontalo

Hasanuddin by Hasanuddin
Sabtu 3 Mei 2025
in Perspektif
0
Masjid Raya yang Agung di Gorontalo

Basri Amin

0
SHARES
Share on FacebookShare on TwitterShare on Whatsapp

Basri Amin

MASJID Raya (di) Gorontalo, apa kabar?

Masjid ada di mana-mana, lalu apa sesugguhnya yang butuh kita raya-kan? Kita bisa “sujud” di mana-mana, lalu dalam hal apa penghambaan kita kepada-Nya benar-benar dipandang oleh-Nya?

Sebuah masjid setiap saat bisa dibangun dan dibesarkan, tetapi secara ruhani dan jika hendak menjadi penanda (pencapaian) peradaban, sebuah masjid ‘membutuhkan’ banyak misi ruhani, sentuhan fisikal dan finansial, tata-kelola, dan kepemimpinan yang membumi. Bukan karena (nafsu) kuasa dan pujian manusia, bukan pula berupa gugusan material dan ilmu, melainkan terutama, sebagai penghambaan kita kepada Yang Maha Besar dan Maha Agung.

Emha Ainun Nadjib, tahun 1987, menulis puisi panjang “Seribu Masjid Satu Jumlahnya”: Cak Nun menulis:

Masjid itu dua macamnya// Satu ruh, Lainnya badan// Satu di atas tanah berdiri// Lainnya bersemayam di hati. Masjid batu bata Berdiri di mana-mana// Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya// Timbul tenggelam antara ada dan tiada.

Sangat mahal biaya masjid badan// Padahal temboknya berlumut karena hujan//
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban// Tak bisa lapuk karena 
asma-Nya kita dzikir-kan

Dalam benak saya sejak awal, aura masjid di Gorontalo sangat terasa. Masjid tersebar di mana-mana dengan tingkat pemakmurannya masing-masing. Di setiap masjid, selalu ada kebeningan ruhani yang dipancarkan oleh para “Imam” dan “Sara daa-nya, keguyuban jamaahnya, juga lanskap alam serta pekuburan yang mengitarinya. Untuk soal kemegahan, keindahan dan kebesaran, setiap orang bisa berpendapat.

Lagi pula, tidak setiap masyarakat membutuhkan rasa megah, besar dan indah. Bukankah elemen utama yang dibutuhkan adalah rasa lapang dan rasa bening (hati) dalam setiap ibadah di masjid. Belakangan, peneguhan identitas ke-Gorontalo-an itu melebar kepada pembangunan Islamic Center dan penentuan (jargon) identitas ‘Serambi Madinah’. Keduanya unik, satunya berbahasa Inggris dan satunya lagi mencoba meneguhkan sesuatu (?).

Baca Juga :  Daun Woka dan Bambu Laris Manis Jelang Lebaran Ketupat

Konsep keindahan dalam Islam memberi inspirasi sarjana di Barat dalam mengagumi konsep Seni Islam, sebagaimana ditunjukkan oleh Valerie Gonzales (2001). Penggunaan kaca kristal memberi aspirasi penting dalam sejarah (peradaban) Islam, sebagaimana tampak ketika Islam berjaya sekian abad di Spanyol, sehingga khalifah Andalusia, Al-Ma’mun membangun “istana kristal” (istana Toledo) dengan hamparan (taman) airnya yang indah, juga pilar-pilar masjidnya yang megah penuh wibawa, dengan warna marmer yang kemerahan yang lembut, yang hingga kini masih tampak sisa-sisa keindahannya di Spanyol (Lunde, 2002; Watt, A History of Islamic Spain, 1967: 144-146).

Di masjid, pengalaman visual tentang keindahan akan sekaligus tak terpisah dengan resonansi spiritual melalui aliran-aliran rasa dan kilatan-kilatan yang memang sejak awal “terkondisikan” oleh setiap orang yang pertama kali datang, yang selalu hadir atau yang sesekali hadir. Tentu, keindahan selalu membawa dua sisi: yang tampak-luar (zahir) dan yang tak tampak-dalam (batin). Karena Tuhan sendirilah yang telah memberi banyak “tanda” dan “contoh” tentang keindahan dan kemegahan itu melalui ciptaanNya di alam raya.

Tokoh terpandang dalam sejarah pemikiran seni Islam, Ibnu Hazim, adalah yang pertama merumuskan pentingnya dimensi material, spiritual dan etikal dalam konsep keindahan (arts, estetika) dalam masyarakat Islam. Ibnu Hazim (wafat 1064 masehi) adalah pemikir Andalusia di masa keemasan Islam Spanyol di Cordoba. Dialah yang menegaskan pentingnya kualitas fisik dan kekekaran, kecantikan yang manis (anggun, halawa), kemuliaan dan kewibawaan yang berjiwa (diqqa). Ibnu Hazim mengurai panjang lebar tentang keindahan dengan melibatkan banyak unsur, antara lain tentang “ketertarikan jiwa” kita kepada sesuatu, dan itu semua masih terus “memberi rasa” yang terkenang ketika seseorang berpisah dengan objek yang dikunjungi dan disaksikannya (Chapman, et al, 2012). Ada sejenis ruang di mana seseorang “merenungi”nya. Dengan demikian, kesejatian tentang indah tidaknya sesuatu, ia bisa ditentukan dari apa yang kita rasa dan akui menurut pengalaman kita sendiri.

Baca Juga :  Menelisik Pendidikan Vokasi di Jerman dan Australia

Dalam konteks (bangunan) masjid, keindahan memang sangatlah relatif, terutama bagi sebuah masyarakat yang tingkat pengalaman dan kesadaran estetisnya masih terbatas. Masjid, secara nilai, adalah “tempat beribadah” dengan beragam aspeknya, sehingga bentuk standar (bangunannya) cenderung “saling meniru” satu sama lain. Dalam banyak hal, hampir semua masjid adalah sebuah bangunan tumbuh, ia tidak pernah sekali jadi dan terdisain komplit sejak awal. Perkembangannya ditentukan oleh pengurus, jamaah dan kontribusi finansial dari warga, pemerintah, dll. Keindahan selalu hadir “dalam dirinya” sendiri dan ia pun bisa tumbuh ketika beroleh pujian, penghargaan dan pemuliaan. Tentu bisa timbal balik keduanya: karena ia bagus dan indah maka ia dipuji, atau karena ia dihargai dan dipuji maka tampak indahlah ia.

Meski kita sangat memberi kedudukan tinggi atas artefak Islam di Timur Tengah, tapi kebesaran sejarah Islam Nusantara, dunia Melayu dan Islam di benua lain, tak bisa dipandang sebagai sekadar perbandingan biasa. Itulah sebabnya, arsitek Islam Indonesia, juga di Gorontalo, terutama dalam hubungannya dengan pembangunan masjid-masjid kita, tidaklah harus dan otomatis berkiblat kepada Timur Tengah.

Kini yang kita butuhkan adalah “proporsi” dan “persepsi”, dengan begitu visi kita pun terbentuk secara otentik dan memberi dampak (internal) menyangkut identitas keGorontaloan yang unik di satu sisi (skala regional), tapi juga dalam konteks memperkaya  keIndonesiaan yang Islam(i) dan majemuk di sisi lain (skala nasional).

Intinya, jangan kagum berlebihan dan jangan meniru dengan sepihak. Kita butuh nuansa kultural dan resonansi spiritual sendiri yang menampakkan kemandirian daya-cipta kita, tapi sekaligus keikhlasan tertinggi yang kita wujudkan dalam menghambakan diri dan kecintaan kepadaNYA, beserta segala kemampuan (imajinasi, rasa, kreasi, kontemplasi, dst) yang kita punyai. ***

Penulis adalah Parner di Voice-of-HaleHepu

E-mail: basriamin@gmail.com

Tags: Basri AminGorontaloMasjid Raya
Previous Post

Ketua DPRD Bone Bolango Ikut Prosesi Adat Mopotilolo Bupati dan Wakil Bupati

Next Post

Hamzah Muslimin Harap Kepengurusan MUI Baru Berkontribusi Buat Daerah

Related Posts

Masjid Raya yang Agung di Gorontalo
Perspektif

Proklamasi di Kabila dan Merah Putih 16 Agustus

Minggu 17 Agustus 2025
Annisa Yantu (Foto: Doc. Pribadi)
Perspektif

Siapa yang Benar-Benar Merdeka?

Sabtu 16 Agustus 2025
Bagaimana Kita Memahami Konflik Adhan vs Gusnar?
Perspektif

Bagaimana Kita Memahami Konflik Adhan vs Gusnar?

Sabtu 9 Agustus 2025
Munas Airlangga Menang Sekali Putaran ?
Perspektif

Khutbah Politik Partai Golkar Gorontalo

Minggu 27 Juli 2025
Masjid Raya yang Agung di Gorontalo
Perspektif

Penerbang Patriot di Zaman Pergolakan

Kamis 24 Juli 2025
Jejak Keluarga Tom Lembong di Gorontalo
Perspektif

Jejak Keluarga Tom Lembong di Gorontalo

Selasa 22 Juli 2025
Next Post
Hamzah Muslimin Harap Kepengurusan MUI Baru Berkontribusi Buat Daerah

Hamzah Muslimin Harap Kepengurusan MUI Baru Berkontribusi Buat Daerah

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Terpopuler

  • Menunggu hingga 4 Bulan, Guru Kontrak dan Operator Dapodik di Bone Bolango Berharap Gaji Segera Cair

    Jumlah Dipangkas, Petugas Paskibraka Pohuwato Kembalikan Honor

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bripda Farhan, Polisi yang Kabur di Hari Pernikahan: Sukmawati Ungkap Fakta Mengejutkan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tragis! Tabrakan Maut di Marisa, Mahasiswa Tewas Usai Motor vs Minibus

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Mayor Inf Anjas Suryana Putra, Komandan Upacara HUT ke-80 RI di Gorontalo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bocah yang Hanyut di Jembatan Jodoh Ditemukan di Muara Sungai Bolango

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
WA Saluran
Facebook Icon-x Youtube Instagram Icon-ttk

© 2019 – 2023 Gopos.id  |  Gopos Media Online Indonesia | Gorontalo.

Iklan  |  Karir  |  Pedoman Media Cyber  |  Ramah Anak  |  Susunan Redaksi  |  Tentang Kami  |  Disclaimer

No Result
View All Result
  • BERANDA
  • NEWS
    • Hukum & Kriminal
    • Indepth News
    • Info Pasar
    • INFOGRAFIS
    • Olahraga
    • Pemilu
    • Peristiwa
    • Politik
  • DAERAH
    • Gorontalo
    • Ayo Germas
    • Boalemo
    • Bone Bolango
    • Bolmong Utara
    • Gorontalo Hebat
    • Gorontalo Utara
    • Kabupaten Gorontalo
    • Kota Smart
    • Pohuwato
    • Wakil Rakyat
  • NASIONAL
  • LIFESTYLE
    • Infotaintment
    • Kuliner
    • Tekno
  • Menyapa Nusantara
  • MULTIMEDIA
    • Foto
    • Video
  • Gopos Literasi

© 2019-2023 Gopos.id Gopos Media Online Indonesia | Gorontalo.