Usianya tak lagi muda. Namun ia tak pantang menyerah di tengah pandemi. Bermodalkan uang Rp300 ribu, Isna Mohammad tekun melewati hari-harinya dengan berjualan makanan ringan di kawasan objek wisata Pohon Cinta, Marisa, Pohuwato.
Ramlan Tangahu, Marisa
Waktu menunjukan Pukul 16.00 Wita, Senin (17/5/2021). Aktivitas di objek Wisata Pohon Cinta, Desa Pohuwato Timur, Kecamatan Marisa, Kabupaten Pohuwato, terlihat sudah mulai sepi. Hanya ada satu dua orang yang lalu lalang sambil menikmati indahnya kawasan objek wisata unggulan Kabupaten Pohuwato tersebut.
Di pinggiran pelataran wisata pantai Pohon Cinta, duduk seorang perempuan paruh baya. Di sampingnya berjejer rapi berbagai macam makanan ringan. Ada kacang, pisang, llabulo (penganan khas Gorontalo), jagung rebus, serta beberapa gelas air mineral.
Isna Mohamad, demikian sapaan perempuan paruh baya itu. Isna merupakan salah seorang penjual kacang dan oisang yang selalu mangkal di pinggiran pelataran objk isata pantai Pohon Cinta, Kabupaten Pohuwato.
Selepas pukul 09.00 pagi, Isna memulai aktivitasnya sebagai penjual Kacang dan Pisang. Dari rumahnya di Desa Bakiah, Kecamatan Marisa Selatan, Kabupaten Pohuwato, Isna pergi menuju ke tempat Wisata Pantai Pohon Cinta menggunakan bentor. Aktivitas itu dilakoninya sudah cukup lama. Sebelum anak-anaknya duduk di bangku sekolah.
“Sebelum anak saya bersekolah, saya sudah jadi penjual kacang dan pisang. Sekarang mereka semua selesai SMA dan sudah punya anak,” kata Isna.
Harga penganan yang ditawarkan Isna bervariasi. Untuk kacang goreng dibanderol Rp5 ribu per bungkus (ukuran lebih kurang 100 gram). Pisang dijual Rp5 ribu tiga buah. Sedangkan untuk sate maupun ilabulo, Isna mematok harga Rp2 ribu.
Besaran pendapatan yang diterima Isna sangat bergantung pada banyaknya orang yang datang ke kawasan wisata Pohon Cinta.
“Kalau ramai bisa sampai Rp200-250 ribu, tetapi kadang kala tidak ada sama sekali,” ucap Isna.
Situasi pandemi Covid-19 yang berlangsung saat ini turut dirasakan Isna. Yakni berkurangnya aktivitas warga di luar, khususnya di kawasan objek wisata. Seperti pada libur lebaran Idulfitri 2021. Kebijakan Pemerintah yang menutup tempat wisata dalam rangka mencegah terjadinya kerumunan, ikut berpengaruh terhadap pendapatan yang bisa diperoleh Isna.
“Kalau sebelumnya-sebelumnya ramai, banyak yang datang sehingga banyak pula yang beli,” ujar Isna.
Kendati cukup berdampak, Isna tak mau berpangku tangan di tengah pandemi. Ia terus berupaya mengais rezeki dengan kemampuan yang ada, sembari berharap adanya sentuhan pemerintah agar usaha yang dilakoninya bisa berkembang.
“Mudah-mudahan bisa dapat penambahan modal jualan saya,” katanya.
Pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia. Meski saat ini perekonomian mulai bergeliat, namun dampak pandemi masih dirasakan. Terutama oleh para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), yang memiliki keterbatasan sumber daya. (***)