GOPOS.ID, GORONTALO – Untuk Mempererat silaturahmi dan kekeluargaan antara Sivitas Akademika Universitas Bina Mandiri (UBM) Gorontalo dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) serta jurnalis di Provinsi Gorontalo, juga menjadi ajang untuk memperkuat sinergi, Kampus UBM menggelar silaturahmi dan buka puasa bersama, pada Kamis (20/3/2025) di Musholla At Tin Kampus UBM Gorontalo.
Kegiatan ini diawali dengan diskusi santai sebagai momen untuk menyampaikan saran dan masukan positif terkait kontribusi pengembangan Pendidikan Tinggi di Provinsi Gorontalo.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua Yayasan Bina Mandiri Gorontalo (YBMG), Dr. Azis Rachman, MM, IPM, Rektor UBM Gorontalo, Dr. Titin Dunggio, M.Si, M.Kes, didampingi Unsur Pimpinan, staf UBM Gorontalo, dan Ketua PWI, Fadli Poli serta rekan-rekan jurnalis yang ada di Provinsi Gorontalo, berjumlah 22 orang dari media pemberitaan online, cetak dan TV.
Suasana hangat dan penuh keakraban terasa saat Ketua YBMG, Rektor dan Pimpinan, staf UBM Gorontalo bersama rekan-rekan media menyantap hidangan berbuka puasa bersama, dilanjutkan dengan sholat Maghrib berjamaah.
Ketua YBMG, Dr. Azis Rachman, di awal diskusi menyampaikan apresiasi atas kehadiran para wartawan yang telah memenuhi undangan UBM Gorontalo, berharap silaturahmi dan kemitraan antara UBM dengan media terus terjalin erat, serta saling mendukung dalam menyampaikan informasi terkait sosialisasi dan pengembangan pendidikan tinggi di Gorontalo melalui publikasi kegiatan dalam pemberitaan.
“Kondisi saat ini dengan perkembangan Teknologi Informasi, semua serba cepat. Terkait hal tersebut, sebagai pembelajaran UBM untuk tumbuh semakin kuat dan perlu mengantisipasinya. Peran media sangat penting dalam menyebarluaskan informasi tentang Kampus UBM Gorontalo, terutama terkait sosialisasi dan publikasi kegiatan dan capaian prestasi dari Kampus UBM Gorontalo,” ujar Dr. Azis.
Masih katanya, peran Perguruan Tinggi Swasta (PTS) sangat penting untuk membantu pemerintah dalam peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Tinggi di Gorontalo yang saat ini baru mencapai 30-35%. Tanpa kehadiran PTS, dapat dipastikan mayoritas tenaga kerja di Gorontalo hanya lulusan SMA. kehadiran PTS adalah upaya nyata untuk mengisi kekosongan akses pendidikan yang belum mampu dipenuhi Pemerintah melalui PTN.
“Banyak hikmah yang dapat kita petik bersama, kami tetap komitmen untuk terus unggul dan profesional dalam meningkatkan mutu dan kualitas layanan di Kampus UBM Gorontalo. Terima kasih Ketua PWI dan rekan-rekan media, semoga silaturahmi ini dapat menjembatani perbedaan yang terjadi saat ini, sehingga semakin mencerahkan masyarakat Gorontalo,” harap Dr. Azis.
Rektor UBM Gorontalo, Dr. Titin Dunggio, M.Si, M.Kes, menjelaskan Kampus UBM sebagai salah satu PTS yang terus konsisten untuk maju dan berkembang menjadi institusi pendidikan mandiri, siap bertransformasi dengan visi unggul, profesional dan mengglobal.
Sinergitas Perguruan Tinggi dan Media sangat berperan penting dalam memajukan pendidikan tinggi, khususnya di Provinsi Gorontalo. Melalui model kerja sama pentahelix merupakan kunci untuk mendorong kemajuan Gorontalo yang berkualitas. Sinergi antar berbagai sektor seperti perguruan tinggi, dunia industri, pemerintah, masyarakat, dan utamanya media, diharapkan dapat saling mengisi agar Provinsi Gorontalo lebih maju dan unggul Sumber Daya Manusianya.
“Melalui sinergitas pentahelix dapat terbangun kerja sama yang lebih baik, terkait sosialisasi dan publikasi kegiatan atau prestasi Kampus UBM Gorontalo kepada masyarakat. Dan untuk rekan-rekan jurnalis yang memerlukan konfirmasi pemberitaan, dapat berkoordinasi dengan Humas UBM Gorontalo,” terang Rektor.
Ketua PWI Provinsi Gorontalo, Fadli Poli mengatakan ada keterkaitan yang erat antara PWI dan Kampus, setelah adanya Morandum of Understanding (MoU) dengan salah satu PTN di Gorontalo yang sudah berjalan 3 tahun. Dampak positif, mahasiswa yang ada di Perguruan Tinggi dapat melaksanakan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di media, sehingga dapat mengakomodasi mahasiswa untuk magang di dunia jurnalistik.
Fadli Poli juga menjelaskan terkait kebebasan jurnalis dalam menulis pemberitaan. Permasalahan yang dapat timbul dari penulisan jurnalistik yang tidak sesuai dengan kaidah dan kode etik jurnalistik, yaitu akurasi, keberimbangan, etika jurnalistik, pelanggaran hak cipta, serta bercampurnya opini dengan pberita.
“Sangat diperlukan komitmen untuk melakukan inisiatif untuk konfirmasi. Jangan menulis suatu pemberitaan dengan Tendensius. Hal itu juga tentu sangat bergantung pada pribadi jurnalis. Dorongan dari etika dan moral merupakan hal terpenting untuk mengubah sudut pandang jurnalis, yang dapat mencerdaskan pembaca,” tutup Fadli Poli. (Rls/Putra/Gopos)