“CUKUP satu buku untuk membuat kita jatuh cinta pada membaca. Cari buku itu dan mari jatuh cinta” sebuah kutipan dari Najwa Shihab yang menjadi pembuka dalam di tulisan ini.
Disaat negeri ini keadaannya sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari wabah covid-19. Kebijakan DPR yang kontroversial.
Serta tagar #IndonesiaTerserah yang sedang trending. Hal ini perlu kita sadari bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja.
Tepat di hari ini tanggal 17 Mei kita memperingati hari buku nasional. Apa yang menarik dari hari buku? Bagi saya selaku pegiat literasi. Buku adalah sebuah alat untuk kita melawan.
Dengan membaca kita melawan dan dengan menulis kita bersuara. Buku adalah jendela dunia sebuah alat yang membentuk kerangka berpikir kita menjadi berwawasan luas.
Saya memiliki cerita tentang buku khususnya dalam giat literasi. Cerita ini saya ceritakan dalam tulisan ini karena memiliki kerinduan tersendiri.
Dengan keadaan yang saat ini menghimbau kita untuk tetap dirumah. Kegiatan literasi yang tujuannya mengembangkan minat baca khususnya pada anak-anak terhalang karena pandemi covid-19.
Seperti yang kita ketahui minat baca di Indonesia saat ini turun drastis seiring perkembangan zaman.
Khususnya pada anak-anak, buku bagi mereka saat ini adalah hal kuno. Anak-anak yang umurnya dari 6-12 tahun kini telah dikuasai oleh teknologi yang bernama “Gadget”.
Karena dengan kecanduan main game. Dan terlalu menikmati dengan layanan yang berada dalam gadget. Anak-anak saat ini enggan untuk membaca buku.
Bahkan ketika saya bersama kawan-kawan yang tergabung dalam komunitas Sahabat Pulau Chapter Gorontalo, melakukan survei di bidang pendidikan.
Survei kami tujukan di suatu kelurahan yang bernama kelurahan Tanjung Kramat, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.
Dari hasil survei tersebut kami menemukan bahwa di sekolah yang berada di Tanjung Kramat masih ada siswa kelas 4 SD yang belum bisa membaca.
Baca Juga: Pamflet Tentang Pelaksanaan Salat Idulfitri di Kabupaten Gorontalo Hoaks
Hal inilah yang membuat saya tergerak untuk mengembangkan minat baca terkhusus pada anak-anak yang sudah terpengaruh dengan gadget.
Saya bersama kawan-kawan volunter Komunitas Sahabat Pulau Chapter Gorontalo. Melakukan kegiatan literasi sosial di salah satu kelurahan yang berada di pesisir Kota Gorontalo.
Kelurahan Tanjung Kramat namanya, sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo.
Di sini kami dari komunitas Sahabat Pulau Chapter Gorontalo telah membangun sebuah taman baca yang kami beri nama Rubah (Rumah Baca Harapan).
Melalui Rubah kami gunakan untuk sebagai tempat bermain anak-anak serta tempat mereka belajar.
Kegiatan rutin kami lakukan setiap hari minggu. Dihari itu kami menyempatkan waktu untuk bermain dan belajar dengan mereka di rumah baca harapan.
Harapan kami melalui rumah baca harapan anak-anak yang berada di Tanjung Kramat tetap membaca meski dipengaruhi gadget.
Tujuannya juga demi kepentingan anak bangsa, dengan membaca juga anak-anak akan berpikiran secara luas. Mereka juga dapat membedakan mana yang baik dan buruk melalui membaca.
Kini, kegiatan kami terhalang oleh pandemi covid-19. kerinduan akan kegiatan literasi di Tanjung Kramat adalah kerinduan tersendiri bagi kami.
Dengan memperingati hari buku nasional tepat di hari ini, pesan saya tetap membaca. Karena buku adalah jembatan ilmu.
Dan buku juga merupakan hal efektif untuk mengurangi kebosanan kita saat karantina di rumah dalam mencegah virus mewabah.
Melalui tulisan ini saya persembahkan untuk pegiat literasi yang merindukan kegiatan mengembangkan minat baca. Meskipun tak di bayar kami sadar bahwa ini demi kepentingan anak bangsa.
Satu kutipan yang menutup tulisan ini “Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa di bentuk kembali. Kalau perlu dan memang perlu. Pakaian dan makanan dikurangi” (Tan Malaka). Selamat hari buku nasional, salam cinta dan salam literasi.
Bayu Harundja (Pegiat Literasi Komunitas Sahabat Pulau Chapter Gorontalo).