GOPOS.ID, GORONTALO – Kementerian Kesehatan mengungkap alasan didirikannya Pusat Bedah Robotik Indonesia. Salah satunya adalah sebagai upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
“Ada berbagai cara untuk meratakan pelayanan kesehatan. Jadi penggunaan robotic telesurgery ini adalah salah satu cara yang Kementerian Kesehatan coba lakukan,” kata Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat dan Alat Kesehatan Prof. dr. Laksono Trisnantoro, mengutip dari laman suara.com.
Prof. Laksono berharap dengan dukungan teknologi ini operasi bedah bisa dilakukan di semua wilayah di Indonesia.
Praktik bedah robotik jarak jauh atau robotic telesurgery posisi operator yang mengendalikan console, berjarak jauh dengan lengan robotik dan pasiennya. Jarak jauh bisa hanya berbeda ruangan di RS yang sama, atau di lokasi RS yang berbeda, bahkan bisa berbeda pulau, negara, maupun benua.
Keuntungan dari bedah robotik jarak jauh adalah dokter bedah tidak perlu datang ke daerah terpencil, daerah bencana, atau daerah konflik untuk dapat melakukan pembedahan kompleks yang tidak dapat dilakukan oleh dokter bedah di daerah tersebut.
Bedah robotik jarak jauh dikendalikan secara remote, posisi dokter bedah sangat ergonomis dan tidak melelahkan. Gerakan instrumen robotik sangat fleksibel, terdapat 7 arah derajat kebebasan gerak.
Jenis operasi yang bisa dilakukan antara lain bedah thoraks (pembedahan jantung dan paru), bedah digestif (kolesistektomi, appendektomi, reseksi kolon, reseksi gaster, pembedahan bariatrik, reseksi pankreas, liver, limpa), bedah urologi (pembedahan pada ginjal, kandung kencing, prostat), ginekologi (myoma uteri, kista ovarium, endometriosis).
Dokter Spesialis Bedah Digestif RS Hasan Sadikin Bandung dr. Reno Budiman mengatakan bedah robotik ini sebetulnya perpanjangan tangan dokter bedah tapi dengan akurasi yang lebih tinggi.
“Jadi karena robotnya itu tidak bergerak sendiri tetap harus ada operator yang mengendalikannya dan itu harus seorang dokter spesialis bedah. Robot ini memiliki gerakan yang lebih akurat dan lebih presisi sehingga pembedahan dilakukan dengan luka sekecil mungkin,” katanya.
Sebagai pilot project, ada dua unit robot bedah jarak jauh dengan merek Sina. Unit ada di RS Hasan Sadikin Bandung, dan RS Sardjito Yogyakarta.
“Proyek Kemenkes ini tidak hanya untuk menyediakan layanan kesehatan tapi juga untuk pendidikan dan pelatihan,” ucap dr. Reno.
Bedah robotik jarak jauh ini merupakan proyek jangka panjang. Roadmap yang dijalankan oleh Kemenkes pada saat ini, lanjutnya, baru dalam tahap pelatihan dokter bedahnya dalam menggunakan simulator. Langkah berikutnya latihan menggunakan hewan percobaan, setelah itu uji kelaikan sambil mengembangkan fasilitas telesurgery nya.
“Jangkauan telesurgery ini tergantung pada kemampuan bandwidth dari telekomunikasinya. Selama bandwidthnya bagus bukan tidak mungkin dokter operasi di Jakarta pasiennya di Indonesia Timur. Syaratnya memang fasilitas bandwidth telekomunikasi yang baik,” kata dr. Reno.
Baca Juga: Viral Anak Buta Lantaran Main HP, Ini Penjelasan Puskesmas Tilango, Kab. Gorontalo
Dikatakan dr. Reno, pembedahan robotik jarak jauh ini bisa dilakukan pada stadium awal penyakit seperti misalkan tumor pada stadium awal bisa dilakukan tapi kalau sudah menyebar itu susah.
Untuk pelatihannya masih menggunakan simulator. 1 dokter dilatih dalam waktu 20 jam, di mana 2 jam per harinya harus menyelesaikan tugas-tugas yang ada di simulator. Ada 14 tugas di mana betul-betul melatih keterampilan tangan dan visual mata dokter.
Pelatihan dimulai sejak Maret 2022. Target dokter yang dilatih dalam pogram ini sebanyak 40 dokter dalam setahun. (Suara/Putra/Gopos)