GOPOS.ID, GORONTALO – Hampir setiap hujan dengan intesitas tinggi, beberapa wilayah di Kabupaten Gorontalo sering mengalami banjir.
Sampai sejauh ini belum ada penanganan konkrit terhadap masalah banjir di Kabupaten Gorontalo. Hal ini seperti yang baru terjadi pada 4 November kemarin. Sebanyak 1.231 jiwa dari tiga kecamatan terdampak banjir di kabupaten Gorontalo.
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Negeri Gorontalo Muhammad Kasim bahwa faktor utama banjir yang terjadi di Kabupaten Gorontalo diakibatkan meluapnya Sungai Alo yang tidak dapat menampung debit air karena curah hujan yang tinggi.
“Kalau kita perhatikan, banjir yang terjadi membawa banyak lumpur. Hal ini terjadi karena adanya erosi yang terjadi di lahan-lahan terbuka. Akhirnya itulah yang menyebabkan banjir bersamaan dengan lumpur”, jelasnya.
Kasim menjelaskan untuk penanganan banjir tersebut ke depan harus dimulai dari hulu dengan menghijaukan kembali Daerah Aliran Sungai Alo (DAS) yang sebagian besar sudah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
“Pembangunan bangunan sipil di hilir seperti tanggul atau drainase tidak akan efektif jika daerah hulu tidak diperhatikan. Untuk di daerah hilir sebaiknya dibangun drainase yang saling menyambung”, ungkapnya.
Senada dengan Kasim, Dr. Sunarty Eraku, S.Pd., M.Pd., dosen Jurusan Ilmu Teknik Kebumian UNG mengatakan saat ini DAS Alo mengalami erosi akibat alih fungsi lahan.
“Hasil riset saya pada tahun 2010 menemukan gundulnya puncak-puncak gunung di DAS Alo akibat alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian jagung, sehingga mengakibatkan erosi. Dari bawah mungkin kita melihat masih rimbun seperti hutan, tetapi di atas sebenarnya sudah gundul”, ungkapnya.
Sunarty menjelaskan ketika curah hujan tinggi, erosi menyebabkan tanah tidak dapat menampung air hujan dan aliran air langsung menuju ke sungai kemudian meluap sehingga terjadi banjir.
“DAS Alo tidak cocok untuk menjadi lahan pertanian, seharusnya DAS Alo menjadi daerah tangkapan air”, tegasnya. (andi/rls/gopos)