GOPOS.ID, GORONTALO – — Perkembangan industri digital yang kian pesat memberikan sejumlah peluang baru, yaitu profesi yang berawal dari kegemaran atau hobi.
Apabila dikemas dengan baik, hobi tersebut berpotensi menjadi sumber pendapatan baru penghasil “cuan”. Namun, tetap dibutuhkan kecakapan digital agar hobi tersebut benar-benar optimal sebagai sumber pendapatan baru.
Topik tersebut menjadi perbincangan dalam webinar “Meraup Cuan di Era Digital: Jadikan Hobi menjadi Profesi!” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi secara hibrida, Selasa (27/9), di Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
Dihadiri oleh Wali Kota Gorontalo Marten A. Taha dan Narasumber yang turut hadir dalam acara tersebut adalah Relawan TIK Wilayah Provinsi Gorontalo, Rian Oktavianto Husain; Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Gorontalo, Daud R. Panigoro; Jawara Internet Sehat Provinsi Gorontalo Candra Adi Saputra, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan UKM Kota Gorontalo, Nixon Rachman; serta Wakil Wali Kota Gorontalo, Ryan F Kono.
Di acara tersebut juga diramaikan influencer dan figur publik, Tarra Budiman dan CEO & Founder Rumah Karawo, Agus Lahinta.
Dalam paparannya, CEO & Founder Rumah Karawo Agus Lahinta mengatakan, di era digital yang tumbuh pesat sekarang ini, banyak peluang baru yang bermunculan dan berpotensi menghasilkan “cuan”.
Beberapa di antaranya adalah menjadi blogger, novelis, copywriter, content writer, atau juga content creator. Tak hanya di bidang tulis-menulis, di bidang fotografi pun banyak peluang baru, misalnya sebagai fotografer pernikahan atau fotografer profil perusahaan.
“Semua itu bisa berawal dari hobi yang berlanjut menjadi sebuah profesi untuk mendatangkan cuan. Hobi lain yang juga bisa mendatangkan cuan adalah memasak, berkebun, atau desain fashion,” ujar Agus yang memiliki hobi travelling tersebut.
Agus menuturkan pengalaman tentang hobi travelling-nya tersebut. Pada 2010, ia menjadi salah satu pemenang kompetisi Travelling Detik.Com untuk berkeliling Indonesia.
Dari situ, ia banyak mengenal ragam dan budaya di sejumlah tempat di Nusantara. Salah satu ketertarikannya adalah ragam kain Nusantara di kawasan timur Indonesia.
“Saya lantas jatuh cinta pada kain Indonesia dan berlanjut dengan mendirikan Rumah Karawo pada 2014. Penjualan kain karawo yang merupakan khas Gorontalo dilakukan lewat media sosial, seperti Facebook dan Instagram,” ucap Agus.
Rian Oktavianto Husain menambahkan, profesi yang diawali dengan hobi akan terasa menyenangkan. Ia menuturkan pengalamannya, profesi yang berawal dari hobi menjadi tidak terasa berat lantaran melakukannya dengan hati yang gembira. Biasanya, profesi yang berawal dari hobi akan menumbuhkan produktivitas.
“Agar hobi bisa menghasilkan cuan, fokuslah pada satu bidang, lalu perkuat dengan branding, baik online maupun offline. Terus berinovasi dan bergabung dengan komunitas agar jejaring semakin bagus, itulah beberapa cara agar hobi bisa menghasilkan cuan,” ujarnya.
Tarra Budiman sepakat bahwa hobi bisa menjadi sumber “cuan” bagi siapa saja. Syaratnya, harus ada strategi pemasaran secara digital yang tepat agar hobi tersebut bisa optimal sebagai sumber cuan. Selain efektif dan efisien, strategi pemasaran digital bisa menjangkau lebih banyak orang tanpa dibatasi oleh geografis.
Etika pemasaran
Sementara itu, menurut Nixon Rachman, agar produk UMKM bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, dibutuhkan etika dalam pemasarannya yang secara digital. Selain harus jujur tentang produknya, pelaku UMKM harus ramah dan cepat dalam melayani pelanggan. Pelaku UMKM juga wajib menghindari plagiasi atau menjiplak merek maupun foto karya orang lain.
“Jangan ingkar janji dalam proses pengiriman barang ke pembeli. Sekali kita ingkar, maka reputasi kita sebagai penjual akan jatuh,” katanya.
Candra Adi Saputra menambahkan, tingginya penetrasi internet di Indonesia menjadi peluang baru sekaligus tantangan dalam pemasaran produk UMKM. Peluang tersebut berupa jangkauan pemasaran yang semakin luas dan terbuka lebar. Sedangkan tantangannya adalah berupa pentingnya keamanan digital bagi pelaku UMKM.
“Perkuat sistem keamanan digital di perangkat yang digunakan dari ancaman kejahatan siber, seperti phishing, malware, hacking, dan sebagainya,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Gorontalo Ryan F Kono mengakui, transformasi ke ekosistem digital menjadi keharusan bagi pelaku UMKM di manapun berada, termasuk di Gorontalo. Namun, masih ada sejumlah kendala bagi mereka untuk bertransformasi ke ekosistem digital, seperti kualitas jaringan yang tidak merata dan rendahnya literasi digital di sejumlah pelaku UMKM.
“Agar UMKM lebih mulus bertransformasi ke ekosistem digital, mereka membutuhkan pelatihan dan pendidikan literasi digital. Selain itu tentunya dibutuhkan pula penguatan jaringan internet di berbagai pelosok daerah agar transformasi bisa berjalan lancar tanpa hambatan,” kata Ryan.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Kegiatan ini khususnya ditujukan bagi para komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya yang tidak hanya bertujuan untuk menciptakan Komunitas Cerdas, tetapi juga membantu mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih unggul dalam memanfaatkan internet secara positif, kritis, dan kreatif di era industri 4.0.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama GNLD Siberkreasi juga terus menjalankan program Indonesia Makin Cakap Digital melalui kegiatan-kegiatan literasi digital yang disesuaikan pada kebutuhan masyarakat. Untuk mengikuti kegiatan yang ada, masyarakat dapat mengakses info.literasidigital.id atau media sosial @Kemenkominfo dan @Siberkreasi. (adm-01/gopos)