GOPOS.ID, GORONTALO – Di tengah derasnya arus perubahan zaman, di mana gawai dan layar lebih sering menemani keseharian, ada satu keresahan yang diam-diam menggerogoti nurani. Bukan soal tren atau teknologi, melainkan tentang semakin sepinya majelis pengajian konvensional. Jamaah yang dulu memadati masjid dan rumah-rumah ibadah, kini perlahan berkurang. Keadaan diperparah dengan maraknya konten-konten digital yang kadang justru membawa pesan menyesatkan.
Namun, dari keresahan itu lahirlah sebuah jawaban. LISAN GADIS namanya. Sebuah singkatan dari DigitaLISasi PenyuluhAN AGama di ErA DISrupsi. Metode dakwah berbasis digital ini menjadi solusi cerdas untuk mengembalikan semangat masyarakat dalam menuntut ilmu agama. Bukan sekadar konsep, LISAN GADIS menjelma menjadi gerakan yang nyata.
Di balik lahirnya metode ini, ada sosok inspiratif bernama Gahara Utiarahman, seorang guru mengaji asal Gorontalo dan juga
Penyuluh agama Islam Kantor Kemenag kota Gorontalo di Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Kota Utara. Perempuan sederhana itu kini menyita perhatian publik setelah menyabet Juara 1 Penyuluhan Agama Islam Award 2025 Tingkat Provinsi Gorontalo untuk kategori penyuluhan baru.
Bagi Gahara, dakwah tak cukup hanya disampaikan di mimbar atau pengajian rutin. Dunia kini berubah, dan pesan kebaikan pun harus ikut menyesuaikan zaman. Lewat LISAN GADIS, Gahara memanfaatkan semua jenis media digital mulai dari video pendek di TikTok semuanya dikemas dengan gaya kekinian namun tetap menjaga substansi dakwah yang lurus dan menyejukkan.
Dampaknya Luar biasa. Partisipasi masyarakat meningkat secara signifikan. Interaksi diskusi agama tak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Generasi muda yang mungkin enggan datang ke pengajian, kini mulai menyimak dakwah perlahan sambil scroll di media sosial. Para orang tua pun tak ketinggalan, mendengarkan kajian dari ponsel mereka di sela-sela aktivitas harian.
“Dengan LISAN GADIS, dakwah bukan hanya soal menyampaikan, tapi juga soal bagaimana kita hadir di tengah masyarakat tanpa dibatasi waktu dan tempat,” ujar Gahara penuh semangat.
Kini, Gahara Utiarahman akan melangkah lebih jauh, membawa nama Gorontalo ke panggung nasional. Bukan hanya membawa prestasi pribadi, tapi juga membawa misi besar menyebarkan cahaya kebaikan di era digital yang penuh tantangan.
Di tangan para penyuluh seperti Gahara, agama tidak lagi terasa jauh. Dakwah tak lagi terdengar kaku. Semuanya terasa dekat, hangat, dan menyentuh siapa saja—tanpa mengenal batasan usia maupun latar belakang.
Di tengah hiruk pikuk dunia maya di Kota Gorontalo, LISAN GADIS hadir sebagai lentera. Sebuah cara baru berdakwah. Sebuah upaya menyapa hati yang ingin mendengarkan ilmu-ilmu kebaikan meski mungkin tak lagi sempat duduk di majelis pengajian. (Rama/Gopos)