Kesabaran 63 Kepala Keluarga (KK) di Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo sudah sampai batasnya. Setelah selama 7 bulan bertahan dalam situasi hidup yang tak mengenakkan. Rumah tempat berkumpul dan bercengkerama dengan sanak keluarga terendam air.
Wa Ode Saritilawah: (jurnalis gopos.id)
HIDUP di tengah genangan air bukanlah pilihan utama. Tapi hal itu dialami sebanyak 63 KK yang menempati 38 rumah di Kelurahan Dembe, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Kawasan permukiman yang berada di bantaran Danau Limboto tersebut sebelumnya merupakan areal kering. Tapi sejak Juli 2024, situasi tersebut berubah. Air hujan yang tak mengalir menimbulkan genangan. Dari mata kaki, naik ke lutut, hingga setinggi pinggang orang dewasa atau berkisar 1-1,25 meter. Sudah ada tiga unit rumah tenggelam.
Waktu berlalu, genangan air tak kunjung surut. Hidup layaknya di tengah danau bukanlah hal mudah. Untuk bertahan hidup, para warga membuat panggung. Menggunakan papan dan bambu. Di tempat itu mereka menjalani keseharian. Tidur, makan, beraktivitas, dan berkumpul dengan anggota keluarga.
“Rumah yang terendam ini dari bulan Juli sampe sekarang ini belum surut, air dalam rumah kasiang, hujan saja satu hari, air naik lagi, so tidak ada tempat keluarnya air dari sini,” kata Siswati Ibrahim, warga Kelurahan Dembe, Selasa (5/3/2025).
Selain genangan air yang membatasi gerak dan aktivitas, persoalan lain juga turut muncul. Air yang tergenang menimbulkan bau busuk. Bercampur limbah dari rumah tangga.
“Air yang terendam ini busuk sekali. Kalau air danau, ini tidak akan busuk, tapi air limbah rumah tangga. Tergenang satu hari saja, baunya memang sudah busuk skali. Air tidak bisa mengalir kerana saluran sudah tersumbat dengan material banjir dari gunung,” urai Siswati.
Bau busuk air tersumbat ikut mempengaruhi kesehatan warga. Penyakit gatal-gatal mulai menyerang.
“Bantuan sembako ada, torang berharap ini air cepat surut. Torang ini tidak tahan lagi dengan keadaan seperti ini. Air busuk, anak-anak banyak yang terkena penyakit, terutama gatal-gatal. Barang-barang rusak semua,” tutur Siswati.Â
“Saya khawatir, kalau air naik lagi akan rusak saya punya barang-barang di dalam. Tidak mengungsi tetap bertahan karena ini bulan puasa, ini barang-barang mo isi di mana.”.

Pemerintah Kota Gorontalo sudah melakukan peninjauan hingga pendataan terhadap rumah-rumahan dan kepala keluarga. Tapi untuk penanganan air tergenang belum terlihat. Warga pun berinisiatif membuat sudah membuat gorong-gorong manual untuk mengalirkan air ke danau, Selasa (5/3/2025). Menjebol tanggul Danau Limboto agar air bisa mengalir.
Aktivas warga yang menjebol Tanggul Danau Limboto sudah dilakukan bergotong royong. Bergantian di tengah sengatan terik mentari yang menyinari di sela-sela terpal plastik. Meski menahan dahaga dan panas matahari, semangat warga tak kunjung surut. Harapan mereka hanya satu, genangan air yang sudah mendekam 7 bulan segera mengalir.(***)