Pandemi virus corona disease (Covid-19) tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan. Sektor ekonomi menjadi salah satu yang ikut terkena imbas pandemi yang melanda tanah air sejak Maret 2020 itu. Tak sedikit para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ambruk. Namun ada banyak juga yang mampu menyesuaikan agar bisa bertahan.
Hasanuddin Djadin, Kota Gorontalo
Perempuan berjilbab itu menata tumpukan nasi bungkus dalam kemasan plastik mika di atas sebuah meja kecil. Di depannya terdapat secarik kertas. Tertera angka Rp10.000. Menunjukkan harga setiap bungkusnya.
“Alhamdulillah sudah lebih dari separuh yang laku,” ujarnya sembari tersenyum lebar.
Nurhayati, demikian perempuan itu disapa. Ibu dua anak itu merupakan salah satu penjual makanan siap saji yang ada di seputaran Jl. HB Jassin eks Agus Salim, Kota Gorontalo. Saban sore menjelang magrib, Nurhayati mulai mengatur lapaknya. Sebuah meja yang berukuran 1,5 meter x 75 centimeter. Dilengkapi dua kursi plastik. Dari rumahnya di Kelurahan Tomulabutao, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo, Nur (sapaan akrabnya) membawa nasi bungkus sebanyak 20-30 bungkus.
“Kalau malam kamis atau malam minggu biasanya bawa sampai 35 bungkus. Di luar malam itu biasanya 20-25 bungkus,” katanya.
“Sebelum ini corona datang, bisa sampai 50 bungkus. Dari sore dekat magrib sampai malam jam 10 atau jam 11,” imbuh Nurhayati sembari menghela napas dalam-dalam.
Nurhayati yang sudah lebih tiga tahun terakhir menjajakan nasi bungkus itu mengakui pandemi Covid-19 berdampak signifikan pada usahanya. Terlebih ketika Pemerintah memutuskan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada pertengahan Agustus 2021. Aktivitas warga Kota Gorontalo saat malam hari dibatasi hanya sampai pukul 21.00 wita. Situasi itu otomatis berpengaruh signifikan terhadap usaha Nurhayati.
“Saat Hari pertama (PPKM) itu, sepi sekali. Alhamdulillah ada lima bungkus yang laku saat itu,” kenang Nurhayati.
Semangat Nurhayati untuk mengais rezeki di tengah masa PPKM tak kendor. Ia memutar otak agar usahanya tetap berjalan. Penjualan secara online atau dalam jaringan (daring) menjadi alternatif bagi Nur mempertahankan roda usahanya terus berputar.
“Awalnya coba-coba posting di medsos. Pertama baru satu dua orang yang respon. Alhamdulillah sekarang bisa sampai 10 atau 15 bungkus setiap hari. Untuk ongkir (ongkos kirim,red) tergantung jarak. Tapi kalau masih di dalam kota terus ambilnya banyak ti paitua (suami) yang somo antar langsung (tanpa ongkir, red),” tuturnya.
Strategi penjualan melalui online juga diterapkan, Ihsan Amir, pelaku UMKM yang memiliki kedai makanan di Jl. Nani Wartabone, Kota Gorontalo. Di awal pemberlakuan PPKM, Ihsan hanya melayani pembelian untuk dibawa pulang. Menyiasati hal itu maka ia pun memanfaatkan pemasaran dalam jaringan (daring) alias online.
“Selain melalui media sosial, kami juga mencatumkan nomor handphone pada kemasan, sehingga pembeli atau pelanggan bisa memesan lewat sms atau pesan WhatsApp,” katanya.
Mantan karyawan perusahaan swasta itu mengaku, perpaduan penjualan sistem online dan offline menjadi strategi jitu bagi pelaku UMKM untuk bertahan di masa pandemi maupun PPKM. “Untuk penjualan offline (di tempat) kita tetap mengedepankan protokol kesehatan. Kapasitasnya hanya separuh. Tempat duduk dan meja jaraknya. Kemudian pengunjung diingatkan untuk memakai masker saat datang, serta setelah makan,” tuturnya.
Di balik sebagai strategi jitu dalam situasi PPKM, penjualan secara online memiliki tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM. Mulai dari pemesan yang lambat respon usai memesan, besaran ongkos kirim, hingga pembatalan order saat tiba di tujuan. Ihsan mengaku kadang menerima pesanan via pesan singkat atau Whatsapp. Saat akan dikonfirmasi kembali atau memastikan pesanan, sang pemesan lambat merespon.
“Ada pula masalah ongkos kirim, tidak jadi pesan. Ada yang sudah diantar sesuai pesan, tetapi komplain ini itu,” ujar Ihsan tertawa lebar.
“Bahkan ada yang sudah diantar tapi tak diterima dengan beragam alasan. Sedih juga sih, tapi namanya orang usaha pastikan ada risikonya,” imbuh Ihsan.
Sejumlah pedagang makanan di kompleks Taruna Remaja Kota Gorontalo mengaku tetap berdagang di tempat alias secara offline. Salah satu pertimbangan aktivitas warga yang mulai kembali bergeliat seiring mulai dilonggarkannya pengetatan yang diberlakukan sebelumnya. Apalagi saat ini PPKM di Kota Gorontalo masuk pada level 2. Warga mulai banyak lagi yang keluar rumah untuk membeli makanan.
Meski begitu penerapan protokol tetap menjadi perhatian. Jarak kursi antara satu dengan lainnya diatur agar tidak berdekatan/berhimpitan. Selain itu di beberapa titik terdapat tempat cuci tangan yang disertai sabun. Termasuk pengumuman berisi imbauan tentang prokes.
“Kami pun juga wajib menerapkan prokes. Terutama menggunakan masker, karena bila kita abai dan petugas datang maka akan kena teguran. Efeknya pengunjung akan jadi sepi,” ungkap Nani, salah seorang pedagang.
Sebelumnya Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian dan Perdagangan (Diskumperindag) Provinsi Gorontalo mencatat, ada sebanyak 29.396 UMKM di Gorontalo tumbang akibat pandemi Covid-19. Jumlah tersebut akumulasi sejak awal pandemi hingga Juli 2021.
“Ada sekitar 31 persen dari 94.829 UMKM yang ada di Gorontalo,” kata Kepala Diskumperindag Provinsi Gorontalo, Risjon Sunge.
Ada beberap faktor penyebab runtuhnya UMKM di masa pandemi. Antara lain biaya produksi yang tidak sebanding dengan keuntungan penjualan. Produk banyak yang tidak laris terjual, bahan baku kian mahal, serta dan modal usaha yang terbatas.
“Pemprov Gorontalo sudah mengusulkan 63 ribu UMKM ke pemerintah pusat untuk mendapatkan bantuan Rp1,2 juta per bulan bagi setiap UMKM. Jumlah yang sudah terealisasi baru sekitar 30 persen,” ungkap Risjon Sunge.
Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, juga turut memerintahan semua sumber daya pemprov diarahkan untuk membantu semua UMKM di kabupaten kota. Salah satu modal usaha dan bantuan sembako dari BAZNAS provinsi.
“Kita punya dana Baznas, selama ini untuk KPM kurang mampu. Kita arahkan dulu membantu UMKM. Kita kasih mereka modal usaha untuk bangkit lagi. Kita kasih juga sembako,” ungkap Rusli Habibie. (*/gopos)